Ekien Kenangalem Mengajar 15 Anak Yahukimo Saat KBM Lumpuh

0
1667

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Masa cuti semester dipergunakan dengan baik untuk mengajar saudara-saudarinya di Dekai, Kabupaten Yahukimo, Papua, apalagi setelah beberapa waktu terakhir kegiatan belajar (KBM) di sana lumpuh.

Itulah yang dilakukan Ekien Kenangalem begitu tiba di kampung halaman melihat tiap pagi anak-anak tak ke sekolah seperti biasanya. Menyaksikan langsung macetnya aktivitas KBM di semua tingkatan pendidikan, ia lantas berinisiatif untuk membuka kelas bagi murid sekolah dasar (SD).

“Saya cuti satu semester dan sudah pulang ke Papua. Sampai di Yahukimo, saya melihat KBM sudah lumpuh total. Jadi, saya kumpulkan anak-anak dan kami belajar bersama,” jelasnya kepada suarapapua.com melalui pesan elektronik dari Dekai, Selasa (12/11/2019).

Ekien mengaku terpanggil untuk berbuat sesuatu bagi anak-anak di Dekai. Terutama karena sangat prihatin dengan macetnya KBM selama beberapa bulan terakhir. Aktivitas pendidikan lumpuh sejak Agustus 2019.

Karena itu, ia membuka kesempatan untuk belajar. Ekien mengajar tiap sore.

ads
Baca Juga:  Dinas Sosial Lanny Jaya Salurkan Sejumlah Bantuan Pemprov ke Masyarakat

Ia mengajak anak-anak berkumpul di rumahnya dan mengajar mereka.

Kegiatan belajar yang digagas Ekien, dimulai sejak 14 Oktober lalu.

“Sejak pertengahan bulan lalu saya mengajar anak-anak di rumah dengan niat saya sendiri untuk membantu adik-adik asal Yahukimo,” katanya.

Belajar di alam terbuka. Ekien Kenangalem mendampingi anak-anak bermain di halaman rumah. (IST – SP)

Tak hanya para bocah, ia juga mengajar beberapa orang dewasa yang memang berkeinginan untuk belajar. Sejumlah pelajar SMP dan SMA tertarik dengan kelompok belajar yang digagas mahasiswi salah satu perguruan tinggi di Yogyakarta ini. Mereka kemudian ikut bergabung.

“Jumlah pesertanya ada 15 orang. Terdiri dari anak-anak SD, SMP, SMA dan orang dewasa,” rincinya.

Ekien saat ini sedang libur di Dekai. Ia kuliah di salah kampus yang ada di Kota Gudeg, julukan Yogyakarta. Di kampus, ia mengambil Jurusan Psikologi.

“Semester ini saya cuti, jadi saya ada pulang kampung.”

Inisiatifnya mengajak dan mengumpulkan anak-anak untuk belajar, bagi Ekien, sangat bermanfaat di saat sekolah mereka tak ada KBM. Beberapa diantaranya bahkan merasa terbantu, apalagi sudah mulai berbahasa Inggris.

Baca Juga:  Komisioner KPU Yahukimo Nyatakan Siap Selenggarakan Pemilu 2024

Sejauh ini, kata dia, perkembangan anak-anak sudah bagus karena mampu mengenal huruf dan bacaan.

“Saya mengajar semua mata pelajaran untuk anak-anak. Kalau yang dewasa, saya mengajar mereka bahasa Inggris dan komputer. Walaupun mereka tidak praktek karena tidak ada komputer, saya juga mampu mengajar banyak kelas yang berbeda,” tuturnya.

Saat sedang belajar di rumah orang tua Ekien Kenangalem. (IST – SP)

Prihatin menyaksikan langsung lumpuhnya aktivitas pendidikan di Dekai, membuat Ekien mencurahkan perhatian penuh bagi generasi masa depan di saat tak ada KBM di sekolah mereka.

Ekien tentu sangat prihatin dengan situasi tersebut. Ia terlibat langsung melawan situasi yang mengorbankan masa depan anak-anak Papua.

Syukurlah, kata Ekien, kini ada perkembangan yang diperlihatkan anak-anak.

Gadis manis ini mencoba terapkan metode yang menyenangkan. Belajar diselingi dengan bermain. Sesuai tahapan usia dan kebutuhan mereka.

Baca Juga:  FPD Yahukimo Aksi di Kantor KPU Papua Pegunungan Tuntut Pleno Dibatalkan

“Mereka bisa berbicara karena saya mengajar dengan kebutuhan mereka, banyak praktek daripada teori.”

Anak-anak sedang bermain didampingi Ekien Kenangalem di halaman rumah. (IST – SP)

Ekien berharap perkembangan selama sebulan masih akan berlanjut dengan hasil memuaskan.

Karel Kenangalem, orang tua dari Ekien, menyatakan sangat mendukung aktivitas anaknya mengajar belasan orang di rumah mereka.

“Di sela-sela lumpuhnya roda pendidikan di Dekai, anak saya dengan antusias mengajar beberapa anak-anak di sini. Saya sangat mendukung karena ini kegiatan positif, sangat membantu sesama anak negeri,” tutur Karel kepada suarapapua.com melalui telepon seluler, Rabu (13/11/2019).

Meski dengan segala keterbatasan, apalagi tak punya komputer, Karel yakin mereka bisa mendapat sedikit gambaran untuk dipahami sejak dini.

Termasuk pelajaran bahasa Inggris, ia melihat anak-anak sudah mulai bisa ucapkan kata-kata sapaan atau salam.

“Perlahan pasti sukses. Mereka dari tidak tahu menjadi tahu, itu luar biasa. Saya senang sekali. Saya sangat mendukung,” ucap Karel.

Pewarta: SP-CR01
Editor: Markus You

Artikel sebelumnyaIntelektual: HUT Otsus Kenapa Hanya Libur Saja?
Artikel berikutnyaDemi Ekonomi Keluarga, Mama Yosephina Tanyuga Jualan Pinang Empat Tahun