Guru: Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

0
1715

Oleh: Florentinus Tebai)*

Guru pemalas mengajar sisiwa/I merupakan satu persoalan dalam bidang pendidikan yang sudah dan sedang terjadi di pedalaman Papua pada umumnya. Diantaranya seperti, di Kabupaten Lanny Jaya. Guru Malas Ngajar, Siswa Terlantar (Cepos, Senin, 17 Juni, 2019). Di Kabupaten Merauke, pada awal tahun 2015 warga kampung Tambat mengeluh ketika proses belajar mengajar tidak berjalan lancar. Di Kabupaten Pegunungan Bintang, aktifitas guru di SMP Kiwirok tidak berjalan lancar, karena para guru tidak ada di tempat. Di Kabupaten Dogiai, pada awal November, (4/11/2015) aktifitas pendidikan tidak berjalan lancar, karena tidak ada guru di tempat (SKP Se-Papua, 2015-2017:58). Di Kabupaten Agast-Asmat, kondisi bangunan parah. Tidak ada guru yang bertugas di Sekolah (Rangga, 2018 : 68).

Pengalaman telah membuktikan bahwa situasi pendidikan di pedalaman Papua amat memprihatinkan. Guru malas mengajar siswa. Proses kegiatan belajar-mengajar (KBM) tidak berjalan baik, karena tidak ada guru di tempat. Aktifitas guru yang tidak berjalan dengan baik dan lancar. Terkesan tidak ada guru di tempat. Kondisi bangunan yang parah. Singkatnya, aktifitas pendidikan di pedalaman Papua tidak berjalan dengan baik dan lancar. Pertanyaannya, Apa pentingnya peran guru dalam membangun peradaban?

Memahami Peran Guru dalam Membangun Peradaban

Pengalaman telah membuktikan bahwa peran guru amatlah signifikan (Penting) dalam upaya mencerdaskan anak bangsa. Sebab, Guru adalah tombak perubahan generasi penerus bangsa dan negeri. Ia adalah motor penggerak dalam mencerdaskan anak. Baik itu cerdas dalam berpikir, berucap dan bertindak dalam setiap tindakan, perkataan dan perbuatan dari anak tersebut dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Ia (Guru) adalah seorang yang mampu mendidik anak didiknya menjadi cerdas dalam berpikir, perkataan dan perbuatannya.

ads
Baca Juga:  Musnahnya Pemilik Negeri Dari Kedatangan Bangsa Asing

Guru adalah seorang pendidik bagi anak-anak didiknya (Siswa/i) di Sekolah. Ia mendidik anak-anaknya, agar menjadi pribadi yang unggul dan samapta secara utuh dan menyeluruh. Ia mengarahkan anaknya menuju kepada suatu perubahan dalam dirinya (Revolusi Mental) dari anak didiknya. Ia mendidik, supaya anak menjadi mental yang baik dan bijaksana dalam hidup bersama di tengah masyarakat. Ia mendidik, agar anak menjadi manusia yang bertangungjawab terhadap diri, sesama (Masyarakat) dan seluruh alam semesta di bumi. Singkatnya bahwa guru adalah seorang pendidik sejati. Ia tidak pena berhenti mendidik hal baik dan berguna bagi anak-anaknya, sebab itu merupakan tugas luhur dan mulia. Oleh karena itu, Guru sering dijuluki sebagai seorang pahlawan tanda tanda jasa.

Guru adalah seorang pahlawan, karena pengabdiannya kepada anak didiknya tidak memandang suku dan budaya serta ras. Tapi, ia menjalankan tugasnya, karena merupakan sebuah panggilan dan perutusannya yang diembankan oleh sang Maha Esa (Pencipta), agar ia menjalankan tugas pengabdiannya secara menyeluruh dan totalitas. Ia membaktikan diri secara utuh dan menyeluruh melalui pengabdian dalam seluruh tenaga, pikiran dan waktunya hanya bagi anak-anak didiknya, agar anak-anak didiknya menjadi manusia yang beradab (Cerdas).

Guru adalah seorang yang bertugas untuk melahirkan manusia yang beradab. Ia membina dan mendidik anak didiknya menjadi pribadi yang cerdas. Ia  mendidik anaknya menjadi anak yang punya perilaku yang beretiket baik dalam pergaulan di tengah masyarakat yang majemuk. Singkatnya, Guru adalah sebuah rahim yang berfungsi untuk melahirkan generasi anak bangsa yang cerdas dan unggul demi keutuhan dan ketahana serta kemajuan bangsa dan negeri. Guru adalah aktor dan creator (Pencetak) anak yang samapta (Siap siaga) dalam segala hal apaun, kapan dan dimanapun.

Baca Juga:  Freeport dan Fakta Kejahatan Kemanusiaan Suku Amungme dan Suku Mimikawee (Bagian 3)

Anak berintegritas adalah anak berkarakter samapta. Ia (Anak) akan membuktikan integritasnya melalui kesatuan dari pikiran, perkataan dan perbuatanya. Ia berani mengambil tanggungjawab. Ia berani berpikir holistik (Menyeluruh) dan bertindak transparan. Artinya, ia berani mengambil kebijakan sesuai dengan permasalahan. Ia memiliki ketegasan dan mengambil keputusan. Ia tidak membuat bingung para pelaksananya dalam melakukan setiap kebijakan. Tapi, Ia mengedepankan prinsip, terbuka, konsisten, dan respek terhadap keprihatinan sosial. Ia mempunyai hidup moral yang baik.

Mengapa Guru Pemalas Mengajar?

Pertanyaan ini tidak asing di telinga kita, sebab kita sering mendengar pertanyaan ini. Berkaitan dengannya bahwa ada beberapa hal yang bisa menyebabkan guru malas mengajar.

Pertama: Guru malas mengajar di sekolah, karena guru tersebut tidak menguasai bahan (Materi) ajarnya. Sebab, ada kemungkinan yang bisa terjadi, bahwa ketika guru tidak siap lalu mengajar siswa di kelas, maka siswa yang sudah siap dapat membingungkan dan bahkan bisa menjatuhkan gurunya di dalam ruang kelas.

Kedua: guru malas mengajar bisa juga terjadi, karena tempat tinggal yang harus di tempuh dari rumah hingga ke tempat tugas (Sekolah) jauh, sehingga berakibat pada guru malas pergi ke Sekolah.

Ketiga: Guru bisa malas mengajar juga, karena penyediaan sarana dan prasarana serta fasilitas Sekolah yang minim (Kurang), sehingga berakibat pada guru malas mengajar di sekolah.

Keempat: Guru bisa malas mengajar juga bisa terjadi, karena gaji guru yang sangat minim (Kurang). Hal ini sering terjadi karena dana boss yang disalurkan ke setiap sekolah untuk mengaji para guru sering dikorupsi oleh kepala sekolah, sehingga pada ujung-ujungnya pendapatan para guru sangat minim.

Baca Juga:  Politik Praktis dan Potensi Fragmentasi Relasi Sosial di Paniai

Kelima: Guru malas mengajar bisa juga terjadi, karena tidak betah tinggal di kampung. Lihatnya bahwa kebanyakan dari guru-guru berbulan-bulan tinggal di kota tanpa tujuan yang jelas. Mereka menuntut upah, namun melalaikan tugas.

Keenam: Guru malas mengajar juga bisa terjadi, karena siswanya bandel (Nakal) atau tidak mau mendengar siswanya, sehingga guru tidak malas datang untuk mengajar di Sekolah.

Ketujuh: Guru malas mengajar, juga bisa terjadi karena siswanya tidak mau datang ke Sekolah. Akibatnya, Guru tidak melakukan kegiatan belajar mengajar (KBM) di Sekolah.

Solusi Alternatif yang bisa diambil

Akhirnya, Saya menawarkan tiga solusi. Pertama: Setiap guru kiranya menguasai materi sesuai dengan ilmu atau bidang yang digelutinya, supaya ketika mengajar tidak grogi.  Atau ketika siswa bertanya, supaya guru tidak grogi di kelas. Kedua: Pemerintah daerah, kota dan kabupaten, supaya ikut bertanggungjawab atas seluruh permasalahan pendidikan di Papua pada umumnya dan pedalaman Papua khususnya. Misalnya, melalui dana Otsus, supaya pemerintah kota dan kabupaten, agar segera memenuhi saran dan prasarana serta fasilitas sekolah yang memadai. Ketiga: Guru yang pemalas mengajar dan suka korupsi, agar segera dicopot dari jabatannya. Sebab pembiaran terjadi, maka ini adalah bentuk dari pengrusakan wajah pendidikan yang kualitas.

*) Penulis adalah Mahasiswa Semester III dan Anggota Group Kebadabi Voice di STFT Fajar Timur, Abepura, Jayapura, Papua.

Artikel sebelumnyaJelang Natal, 13 PSK Kena Razia di Yahukimo
Artikel berikutnyaIni Seruan KNPB Peringati HUT Manifesto Politik Bangsa Papua ke-58