TAMBRAUW, SUARAPAPUA.com— Perempuan Tambrauw dituntut untuk bersatu dan berani melawan berbagai bentuk kekerasan.
Ha tersebut ditegaskan Jhoana Kamresar salah satu aktivis perempuan di Tambrauw. Ia mengatakan, untuk melawan tindak kekerasan terhadap perempuan Tambrauw harus bersatu dan bergandeng tangan dengan pemberdayaan perempuan dan juga forum-forum yang peduli terhadap perempuan.
” Perempuan Tambrauw harus bersatu. Karena kasus kekerasan terhadap perempuan ini bukan hanya terjadi di Tambrauw tetapi sudah sering dan selalu terjadi di seluruh di Tanah Papua,” katanya di Tambrauw, pada Selasa (10/12/2019) kemarin.
Ia menekankan bahwa jika hari ini perempuan Tambrauw masih tetap berdiam diri, maka kekerasan akan terus terjadi.
Ada banyak bentuk kekerasan terhadap perempuan. Maka itu penting untuk perempuan Tambrauw paham bentuk-bentuk kekerasan itu. Sehingga dengan memahami bentuk-bentuk kekerasan itu, perempuan bisa mencari solusinya,” ujar Kamesrar.
Sementara itu, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Anak Kab. Tambrauw, Magdalena Titit mengatakan, kasus kekerasan yang terjadi terhadap perempuan di Tambrauw sudah banyak dan sering terjadi.
Kata Magdalena, dengan melihat banyaknya kasus kekerasan terhadap perempuan di Tambrauw, pihaknya sudah membentuk Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A).
“Kami sudah bentuk P2TP2A tetapi belum berjalan secara optimal seperti yang kami harapkan. Karena kendala keuangan P2TP2A masih bergantung sama kami di pemberdayaan,” ungkapnya.
Tambrauw, kata dia, berada dalam budaya yang sangat kuat sehingga sulit untuk menindak para pelaku kekerasan terhadap perempuan.
“Ini [budaya] membuat kami dari pemberdayaan kesulitan untuk mencari solusi untuk menjerat para pelaku kekerasan,” kata Magdalena.
Pewarta: SP-CR12
Editor: Arnold Belau