Perang, Rebut dan Pertahankan Tanah Air West Papua

4
1822

Oleh: Awuyom Koleyom)*

Perjuangan yang dilakukan oleh rakyat West Papua saat ini adalah perjuangan melawan suatu sistem penindasan. Bukan perjuangan melawan “bangsa kulit kuning sawo matang” (Indonesia saat ini)”. Karena, kita tidak cukup sekedar menggantikan birokrat orang indonesia dengan “birokrat” kulit hitam Orang Papua dalam membangun sistem pemerintahan yang baru.

Pertama, dalam kaca mata kita, perjuangan yang dilakukan oleh rakyat West Papua yang tergabung dalam gerakan sipil maupun geriliyawan di hutan adalah suatu perjuangan melawan sistem eksploitasi SDA dan penindasan terhadap rakyat West Papua di seluruh negeri dari Sorong sampai Almasuh. Baik itu penindasan yang sedang dihadapi oleh rakyat Bangsa Papua saat ini karena kehadiran kolonialisme Indonesia maupun penindasan dan penghisapan kapitalisme dalam bentuk lain yakni eksploitasi karena kepentingan kapitalis dan imperialisme barat.

Kedua, sistem penindasan tersebut harus dihadapi secara sistematis pula. Yakni dengan membangun kekuatan rakyat yang terorganisir, sistematis, dan masif. Rakyat Papua dalam pandangan perjuangan melawan kolonialisme Indonesia dan kapitalisme global, adalah rakyat harus mendapat tempat yang istimewa dalam membangun gerakan bersama.

Rakyat mempunyai posisi maha penting ketika kita membangun perlawanan, jika kita berbicara mengenai gerakan, berarti kita bekerja dan melaksanakannya. Adalah kita harus selalu menyadari bahwa kekuasaan perjuangan sepenuhnya milik rakyat tertindas, bahwa kita semua sama-sama mengalami penindasan, penghinaan, penjualan, penghisapan, eksploitasi, pembunuhan massal melalui operasi-operasi militer Indonesia di seluruh pelosok negeri, dan bahwa kita semua adalah saudara dari kelas sosial yang sama dengan satu tujuan: memenangkan perjuangan revolusioner melawan kolonialisme Indonesia dan sistem-sistemnya yang menindas rakyat kita, dan untuk melayani rakyat kita. Maka inilah yang menjadi dasar kesatuan dan persatuan perjuangan kita, titik awal dari demokrasi yang kita perjuangkan.

ads
Baca Juga:  Musnahnya Pemilik Negeri Dari Kedatangan Bangsa Asing

Kolonialisme Indonesia di West Papua hari ini adalah hasil dari Imperialisme Amerika Serikat yang mengatur konspirasi ekonomi politik melalui Perjanjian New York, 15 Agustus 1962. Pendek kata, kolonialisme Indonesia harus tunduk pada imperialisme AS demi politik kolonialismenya di West Papua, dan AS harus selalu dukung NKRI agar eksploitasi SDA di West Papua dapat dijaga dan dijamin aman oleh Indonesia.

Bayangkan! Tanah air West Papua, yang berpenghuni, hidup sekitar 600.000 tahun ini, menjadi transaksi ekonomi politik para imperialis dan kolonialis. Mulut dan telinga pemilik teritori ini dipasung senjata. Tak satu pun dilibatkan dalam perjanjian yang menentukan nasib masa depan hidupnya. Pepera 1969 akhirnya menjadi bukti sandiwara dan kejahatan kemanusiaan terhadap bangsa Papua yang pada 1 Desember 1961 berikrar menjadi bangsa menuju negara sendiri.

Tanah air West Papua masih menjadi ladang pembantaian dan exploitasi dari kekuasan kolonialisme Indonesia dan imperialisme AS. Tentang Freeport, polanya sama: negosiasi AS dan RI tanpa pelibatan orang Papua. Dalam mindset para penjahat ini, orang Papua itu binatang yang harus dibasmikan demi pendudukan dan eksploitasi SDA. Maka pola hegemoni pembangunan, yakni: kasih Otonomi (Otsus) agar kita lupa harga diri dan perjuangan. Seekor babi liar dibuat jinak untuk disembeli? Berarti “Jiwa pemberontakan kita dicabut dengan uang dan jabatan.

Baca Juga:  Mengungkap January Agreement 1974 Antara PT FI dan Suku Amungme (Bagian II)

Apa yang menjadi sebab kita melakukan pengorbanan dalam gerakan? Mengapa kolonialisme Indonesia begitu keras kepala dan kejam? Dan mengapa, walaupun negara-negara penggiat HAM seperti PIF, dll.

Di muka bumi ini mengutuk kekerasan kolonialisme Indonesia terhadap kita, tetapi Indonesia masih mendapatkan dukungan dari AS, Inggris, China, Australia, New Zealand, PNG, Fiji dll. Bahkan dukungan dan bantuan yang kolonialisme Indonesia butuhkan untuk melanjutkan penindasan dan kejahatan kemanusiaan terhadap Rakyat West Papua di sini, didukung 100%.

Sementara tanggung jawab perjuangan kita masih besar, sedang kemampuan kita terbatas. Tetapi kita punya kelebihan yang besar dan menentukan yaitu; “Satu pandangan yang sama yaitu tidak lain adalah “Sosioalis”. Kita punya garis politik perjuangan yang tepat dan massa rakyat West Papua ada bersama kita dalam membangun gerakan-gerakan perlawanan melawan kolonialisme dan kapitalisme.

Maka alat yang kita butuh saat ini adalah kita membutuhkan perjuangan revolusioner, membangun perjuangan melawan penindasan baik kolonialisme maupun neokolonialisme dan imperialisme atau penindasan dalam bentuk apapun, tidak terlepas dari pengorganisasian kolektif atau selalu saja kita membutuhkan “pengorganisasian”.

Pengorganisasian terutama pengorganisasian rakyat menjadi kunci dari suksesnya perjuangan melawan penindasan kolonialisme dan imperialisme.

Catatan sejarah membuktikan kebenaran tesis ini. Kuba dalam konteks perlawanan terhadap kapitalisme dan neo-kolonialisme adalah contoh yang baik dalam abad ke-20. Inilah penjelasan tentang perang merebut negeri kita West Papua.

Seperti seorang yang dipenuhi oleh kutu harus merendam pakaiannya ke dalam air mendidih, untuk membuang kutu-kutu itu, terlepas dari warnanya atau dari mana asalnya, kita juga dipaksa untuk memasukkan negeri kita ke dalam api peperangan untuk bisa melepaskan diri dari eksploitasi kolonialisme dan kapitaslime, terlepas dari warna atau asal-usul agen-agennya.

Baca Juga:  Saatnya OAP Keluar Dari Perbudakan Dosa dan Tirani Penjajahan Menuju Tanah Suci Papua

Pola penaklukkan oleh imperialisme dan kolonialisme ini harus dilawan. Perlawanan pada dua musuh ini tidak hanya milik orang Papua, tetapi oleh rakyat sejagat raya yang masih terkungkung bius nasioalisme chauvisnis dan hegemoni imperialis. Membangun solidaritas dengan bekas negara-negara jajahan agar mendukung kemerdekaan Papua, mengakhiri kolonialisme, dan mengantisipasi serta menghancurkan neo-kolonialisme (post-kolonial). Itu tugas semua manusia, terutama Indonesia, Bolivia, Venezuela, Timor Leste, Kuba, dll.

“Di West Papua, setiap orang Papua harus wajib mengambil tanggung jawab membangun basis perlawanan. Jangan biarkan kolonial dan kapitalis menduduki dan menguasai tanah air kita. Jangan memberi wewenang kepada kolonial dan kapitalis mengatur nasib masa depanmu.” Victor F. Yeimo.

Biarkan para penjahat itu buat perjanjian-perjanjian, dan kita rakyat Papua sendiri bikin perjanjian antara sesama. Kita berjanji berdiri dan bergerak bersama mengakhiri penderitaan ini. Berjanji pada tanah air dan anak cucu kita bahwa kelak mereka jangan lagi menderita dan dieksploitasi. Berjanji pada diri sendiri bahwa saya generasi perjuangan, dan bukan penikmat sesaat.

Patria Ou Muerte! [Tanah Air atau Mati]

Kita Harus Mengakhiri. Lawan…!!

Numbay, Minggu 24 November 2019

)* Penulis adalah aktivis Komite nasional Papua Barat

Artikel sebelumnyaPresiden Minta PNG dan Bougainville Membentuk Komisi Konsultasi
Artikel berikutnyaPLI Resmikan Kampus Cabang di West Sepik, PNG