DOGIYAI, SUARAPAPUA.com — Honai merupakan warisan leluhur suku Lani sebagai pusat interaksi sosial budaya, membangun pemahaman bersama dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau persoalan dan berbagai hal penting terkait, selain tempat tinggal bagi masyarakat setempat.
Menyadari pentingnya filosofi Honai, pemerintah kabupaten Tolikara melalui Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) terus mensosialisasikan kepada masyarakat terutama generasi muda untuk lebih memahami dan mencintai warisan budaya luhur suku Lani.
“Memang sangat penting memahami nilai-nilai luhur dari Honai agar dapat dilestarikan dan tidak tergilas arus modernisasi. Oleh karenanya, kami terus mengingatkan kepada anak-anak Tolikara,” kata Yosua Noak Douw, kepala badan Kesbangpol kabupaten Tolikara kepada suarapapua.com, Senin (23/12/2019).
Dalam sosialisasi filosofi Honai kepada ratusan siswa-siswi SMP YPPGI Karubaga, Kamis (7/11/2019) lalu, Douw menyampaikan pemaknaan Honai selain tempat tinggal, terkandung banyak filosofinya sebagai warisan budaya masyarakat setempat.
“Antara lain ada nilai-nilai positif kesatuan dan persatuan yang paling tinggi diantara masyarakat untuk mempertahankan dan mewariskan budaya, suku, harkat, martabat yang telah dipertahankan oleh nenek moyang Lani dari dulu sampai sekarang,” ujarnya.
Selain itu, dari Honai pula masyarakat berbicara dan mengambil keputusan bersama. “Orang berkumpul di Honai, membangun satu hati, pikiran, dan tujuan bersama untuk misalnya menyelesaikan suatu pekerjaan,” kata Douw.
Pada intinya, Honai menggambarkan tempat masyarakat suku Lani membangun sosialisasi, silaturahmi dan membangun interaksi sosial budaya.
“Sangat penting bagi generasi muda di Kabupaten Tolikara untuk diajak agar lebih memahami tentang wawasan kebangsaan tanpa meninggalkan kearifan lokal yaitu filosofi Honai,” jelasnya.
Douw juga mengajak para pelajar menghormati pemerintah yang ada, tak boleh membenci, termasuk guru-guru sebagai perwakilan pemerintah.
“Sebab ilmu tidak datang dari langit, tetapi diajarkan guru-guru. Itulah sebabnya, kita harus menghormati dan saya pastikan kalian akan berhasil,” imbuh Yosua.

Nelly Esri Tandilembang, kepala SMP YPPGI Karubaga, mengatakan, kegiatan tersebut sangat bermanfaat tak hanya para guru, tetapi juga peserta didiknya di ibukota kabupaten Tolikara.
“Sosialisasi tentang filosofi Honai direspons positif oleh siswa-siswi dan guru-guru kami. Di sekolah ini kami sudah berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan pemahaman kepada anak-anak, sebagai porsi kami guru, bukan hanya ilmu pengetahuan yang kami ajarkan, tetapi juga mengenai etika, moral, dan tata karma. Hal-hal ini sangat penting bagi generasi muda,” tuturnya.
Sembari berterimakasih kepada pemerintah daerah dalam hal ini Badan Kesbangpol dengan inisiatif selenggarakan kegiatan tersebut, Esri berharap hal sama dapat dilakukan lagi di lain waktu.
“Kami sangat senang dengan kegiatan dari Kesbangpol karena mau membantu untuk membuka pola pikir anak-anak supaya mereka maju menggapai cita-cita untuk membangun Tolikara dan Papua umumnya.”
Esri menambahkan, dari 18 guru yang ditugaskan, sejauh ini hanya 11 orang masih aktif mengajar. Beberapa guru belum kembali karena sedang tugas, ada juga meminta izin.
“Di sekolah swasta ini sebagian besar guru kontrak dan guru honor. Sedangkan guru PNS yang ditempatkan di sini hanya beberapa orang saja,” kata Esri.
Hadir di kegiatan ini sekretaris Kesbangpol, Aryo Mangkunegoro, Pdt. Arius Gurik, dosen IPDN Jayapura, dan Mesak Fahuri, staf Kominfo yang juga tokoh pemuda Klasis Konda.
Selain di tingkat sekolah yang dihadiri peserta didik dan para guru, kegiatan sama diberikan kepada umat Muslim di Tolikara.
Pewarta: Markus You