KOTA SORONG, SUARAPAPUA.com— Idris Iriwa, sosok lelaki tangguh yang mengolah daun Sagu menjadi rupiah untuk memenuhi kebutuhan sehar-harinya dalam kelurga.
Idris yang dijumpai suarapapua.com, di Kota Sorong menjelaskan, ia gelututi usaha tersebut untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam rumah tangga. Ia harus menjual atap sagu, dan kadang mencari ikan namun untuk natalan kali.
“Saya jual atap sagu dan hasilnya akan digunakan untuk menyambut natalnya bersama keluarga. Anak, ini jalan satu-satunya untuk kami bisa bertahan hidup. Habis kita mau ke mana lagi. Ini sudah yang kita punya untuk memenuhi kebutuhan”.
“Kami harus jual atap sagu, batu karang, kayu umbul-umbul, dan kayu bakar. Natal ini rame. Orang banyak butuh atap sagu untuk pondok natal. Bapak setiap jam 3 sore itu, sudah bawa atap sagu taru di depan sini,” katanya saat dijumpai suarapapua.com, pada Jumat, (20/12/2019) lalu.
Ia menceritakan, atap sagu biasa laku 100.000 sampai 300.000 ribu rupiah. Satu atap sagu, 10 ribu rupiah.
“Saya biasa bawa daun sagu dari Aimas, kabupaten Sorong. Uang itu, bapak pakai untuk beli beras, minyak, dan untuk anak jajan, dan kebutuhan lainnya,” katanya.
Idris meminta pemerintah kota (pemkot) Sorong untuk memperhatikan kebutuhan dasar warga suku kokoda yang di kota Sorong.
“Saya tidak minta apa-apa. Saya mau wali kota perhatikan, ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan perumahan kami warga suku Kokoda,” pintanya.
Sementara itu, Esau Kogoba, Ketua Lembaga Masyarakat Adat, Suku Kokoda beranggapan pemkot Sorong selama ini belum memperhatikan sukunya. Padahal, mereka juga berkontribusi dalam memenangkan wali kota dan juga DPRD.
“Tolong pemkot buka mata dan hati. Perhatikan masyarakat punya ekonomi dan perumahan. Suku ini belum diperhatikan dengan baik. Pemkot harus membuat pelatihan-pelatihan seperti wirausaha sehingga masayarkat kokoda punya ekonomi sendiri. Kami juga pilih bapak Wali kota dan DPRD. Kenapa belum diperhatikan baik-baik sampai sekarang,” katanya.
Pewarta: SP-CR03
Editor: Arnold Belau