Ini Pesepak Bola Papua yang Pernah Jadi Kapten Timnas Indonesia

0
2074

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com— Pelatih tim nasional (timnas) Indonesia, Simon McMenemy, mengungkapkan alasannya menunjuk Rudolof Yanto Basna menjadi kapten saat timnya menjamu Vietnam di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar, Selasa (15/10) malam. Laga tersebut merupakan lanjutan grup G Kualifikasi Piala Dunia 2022.

Sayangnya, pada laga debutnya menjadi kapten tim, Yanto Basna gagal membawa skuad Garuda meraih kemenangan ataupun poin perdana dalam ajang ini. Ya, Indonesia harus mengakui keunggulan tim tamu dengan skor 3-1.

“Di Indonesia mungkin agak sulit untuk mencari sosok kapten, dan ini berlawanan juga dengan budaya di sini. Mungkin Anda (wartawan) bisa memberi tahu saya siapa yang main di Liga, yang cocok jadi pemimpin di timnas? Menurut saya, terakhir kali kapten yang bermain di liga dan sangat bagus serta punya jiwa kepemimpinan adalah Hamka Hamzah,” kata McMenemy.

  1. Yanto Basna

“Lalu kenapa Yanto Basna kapten? Dia bisa berbicara dengan pemain lain dengan baik, mampu memberikan motivasi, dan dia punya respek. Dan secara umum di laga ini dia bermain bagus,” jelas pelatih asal Skotlandia tersebut.

Sementara itu, posisi McMenemy saat ini pun semakin tidak aman sebagai pelatih timnas Indonesia. Belum meraih poin dari empat laga yang telah dijalani, tim Merah Putih kini terpuruk di dasar klasemen grup G.

ads

Rudolof Yanto Basna mengawali kariernya Bersama Terens Puhiri di Sekolah Sepak Bola (SSB) Numbay di bawah asuhan pelatih alm Amos Makanway hingga kariernya berkembang. Pemain kelahiran Sorong 12 Juni 1995 berposisi bek tengah ini memiliki tinggi badang 1,80 meter sangat ideal menggantikan Ricardo Salampessy di Persipura. Bersama Terens Puhiri keduanya pernah berlatih sepak bola di Uruguay

Baca Juga:  PFA Cetak Sejarah Gemilang di Selangor Open Malaysia dan Piala Barati 2024

Saat ini Yanto bermain di LIga Thailand, di klub Sukhothai, sementara rekannya Terens Puhiri kembali ke Kalimantan klub lamanya.

2. Boaz T Solossa

Bambang Pamungkas mantan kapten timnas Indonesia sejak awal menilai Boaz T Solossa pantas jadi kapten timnas berikutnya. Memang akhirnya pelatih M Rahmad Darmawan menunjuk Kapten Persipura Jayapura Boaz Salossa menjadi kapten Timnas sepak bola Indonesia dalam pertandingan Pra Piala Asia melawan Arab Saudi, Sabtu malam, 23 Maret 2013. Ini adalah kali kedua Boaz memimpin tim Garuda. Sebelumnya, pemain asal Papua itu memimpin Timnas saat melawan Turkmenistan pada 2011 lalu.

Terkait keputusan itu, pelatih kepala Timnas Rahmad Darmawan pun memberi alasan. “Keputusan itu adalah bentuk penghargaan saya kepada seniman sepak bola seperti Boaz Solossa,” kata Rahmad Darmawan seusai pertandingan.

Keinginan menunjuk Boaz sebagai kapten Timnas, kata Rahmad, sebenarnya telah dipendam sejak lama. “Sudah sejak melawan Turkmenistan pada 2011 lalu. Saya memang ingin kapten dipegang pemain yang tidak hanya punya jiwa kepemimpinan, tapi juga seniman,” ujar Rahmad lagi.

Status kapten di Timnas memang berubah cepat dalam tiga tahun terakhir. Seringkali kapten dipegang mantan pemain Persija Jakarta Bambang Pamungkas. Namun pada Piala Federasi Sepak Bola Asia Tenggara 2010 lalu, kapten Timnas dijabat pemain belakang Wahyu Wijiastanto. Sempat pula kapten dijabat Firman Utina dan Elie Aiboy

3. Elie Aiboy

Elie Aiboy adalah pesepak bola jebolan Hamadi Putra. Ia membuktikan totalitas pengabdiannya untuk Indonesia dengan tak pernah menolak membela timnas tanah airnya. Selama hayat dikandung badan.Gelandang asal Papua tersebut memenuhi panggilan Pelatih Indonesia, Nil Maizar, untuk memperkuat skuad “Garuda” di Piala AFF 2012.

Baca Juga:  Leg Kedua Sore Ini di Biak, Persiraja Siap Dipulangkan PSBS

“Sejak umur 15 tahun (bergabung dengan PSSI Baretti), aku berada di luar negeri dengan dibiayai pemerintah. Karena itu, aku sudah bilang, tidak ada lagi cerita bagi Merah Putih. Selagi dibutuhkan, aku akan datang,” tuturnya kepada Kompas.com

Nil paham betul sosok Elie mengingat keduanya pernah bekerja sama di Semen Padang. Elie dipandang sebagai momok pertahanan lawan, dengan kecepatan dan kelincahan yang dimilikinya meski usianya sudah tak muda lagi.

Kekompakan tim juga tidak terlepas dari kepemimpinan eks gelandang Selangor FC itu kala berada di lapangan hijau. Jarang pemain memiliki jiwa pengayom dan pendidik seperti Elie.

”Dasar saya memanggilnya karena kontribusinya cukup baik meski tak bisa lagi bermain 90 menit di Semen Padang. Namun, kehadirannya sangat berpengaruh bagi tim. Leadership-nya bagus dan memberikan motivasi kepada pemain lain,” ungkap Nil dalam obrolannya dengan Kompas.com.

Layak jadi panutan. Tidak bisa dipungkiri lagi, Semen Padang membesarkan kembali nama Elie saat memutuskan hijrah dari Persipura Jayapura pada 1999. Sebagian besar publik sepak bola Sumatera Barat kehilangan sosok Elie saat hengkang ke Persija Jakarta pada 2002. Elie kemudian merasakan masa keemasan kala membela Selangor pada 2005.

Pada musim pertamanya di “Negeri Jiran”, Elie bersama Bambang Pamungkas langsung mempersembahkan gelar treble winners, yakni Liga Perdana Malaysia, Piala Malaysia, dan Piala FA Malaysia, plus mengantarkan Selangor berpromosi ke Liga Super Malaysia. Gelar pemain terbaik Piala FA Malaysia 2005 berhasil disabet Elie.

Ia kembali pulang ke Tanah Air dan membela Arema Malang pada 2007. Elie sempat memperkuat “Singo Edan” berlaga di Liga Champions Asia dan menyumbangkan satu gol, meski langkah Arema terhenti di babak penyisihan grup.

Baca Juga:  Manajer RANS FC Kembali Merumput, Kok Bisa?

Semusim kemudian, Elie kembali memperkuat Selangor. Menyusul dilarangnya penggunaan pemain asing oleh Federasi Sepak Bola Malaysia (FAM) pada musim 2008/09, Elie mau tak mau kembali ke “Negeri Jiran” dan kemudian membela PSMS Medan selama semusim.Ia lalu pindah ke Persidafon Dafonsoro pada musim 2009/10, sebelum kembali ke Semen Padang pada musim 2010/11. Elie pun mengantarkan klub tersebut menjuarai Indonesia Premier League (IPL) pada musim berikutnya.Perjalanan Elie yang malang melintang di berbagai klub membuatnya makin matang.

Dia tidak pernah berulah selama mengikuti pelatnas. Bahkan, kala mencari nama Elie di mesin pencari Google, sama sekali tidak ada catatan hitam sejak mengenakan seragam timnas di ajang kualifikasi Piala Dunia Korsel-Jepang 2002.Dengan segala reputasinya tersebut, Elie tak gila hormat. Ia tetap memosisikan diri sejajar dengan pemain lain.Elie juga bukan sosok yang pelit mentransferkan pengalamannya kepada rekan-rekannya yang terbilang muda.”Aku selalu memberikan motivasi kepada mereka untuk berani bersaing. Aku akan memberi tahu mereka kalau membuat kesalahan dan menjaga mereka agar tidak saling cekcok satu sama lain,” terangnya.

Fakta Elie Aiboy

Nama lengkap: Elie Aiboy Tempat dan tanggal lahir: Jayapura, Papua, 20 April 1979 Posisi: Gelandang Karier klub: 1997/98 : PSB Bogor 1998/99 : Persipura Jayapura 1999-2002 : Semen Padang 2002-04 : Persija Jakarta 2005/06 : Selangor FC 2006/07 : Arema Malang 2007/08 : Selangor FC 2008/09 : PSMS Medan 2009/10 : Persidafon Dafonsoro 2010 dan : Semen Padang. Sekarang menjadi pelatih kepala Persewar Waropen Bersama Carolino Ivakdalam.

Source: GoalPapua

SUMBERGoal Papua
Artikel sebelumnyaMK Tak Berwewenang Nilai Keabsahan Pepera
Artikel berikutnyaDiduga Kali Fulika Tercemar Limbah Perusahaan Air Minum