Kepsek dan Guru Honor SDN Kwesefo Dibayar 300 Ribu/Bulan

0
1741

KOTA SORONG, SUARAPAPUA.com—  Guru honor dan Kepala Sekolah [Kepsek]  SD Negeri Kwesefo, Kab. Tambrauw, Papua Barat hanya dibayar 300 ribu rupiah perbulan sebagai honor.   

Nikolas Yewen, pegawai distrik yang dipercayakan jadi kepala sekolah di SD tersebut  mengungkapkan, honor yang ia terima habis untuk bayar biaya transportasi. Sedangkan kebutuhan di rumah juga banyak.

“Kami punya honor hanya 300 ribu rupiah perbulan. Honor ini sangat tidak wajar untuk kami yang mengajar sebagai tenaga honorer. Sedangkan kami mengajar full di sekolah,” ungkapnya kepada suarapapua.com pada Kamis (9/1/2020) lalu di Kota Sorong.

Baca Juga:  Pemprov PB Diminta Tinjau Izin Operasi PT SKR di Kabupaten Teluk Bintuni

Ia mendetailkan, honor yang diterima 300 ribu rupiah dan itu harus ambil di Sausapor.  Biaya kendaraan mobil dari Sausapor ke Kwoor 500 ribu rupiah.  Dari Kwoor ke Cabang dua naik longboat ikut kali. Lalu dari Cabang dua jali kaki ke Kwesefo.

“Lalu dengan honor 300 ribu rupiah ini  uang mana yang tong mau pakai untuk kebutuhan sehari-hari di sana. Itu sudah tidak ada,” tegasnya.

ads
Baca Juga:  Hindari Jatuhnya Korban, JDP Minta Jokowi Keluarkan Perpres Penyelesaian Konflik di Tanah Papua

Yewen meminta agar Pemkab. Tambrauw perhatikan honor para guru. Selain itu pemkab juga diminta untk sediakan alat transportasi untuk memudahkan para guru ke sekolah dan pulang untuk mengajar.

“Ini sa tidak tipu. Ini dari lubuk hati. Sa minta ada tunjangan tambahan atau kasi naik honor. Kalo saya bujang tidak papa. Saya dengan honorer yang lain sudah berkeluarga. Itu yang sa pikir berat. Tong pu kebutuhan banyak jadi gaji tiga juta tidak cukup karena habis di biaya transportasi,” katanya.

Baca Juga:  Freeport Indonesia Dukung Pengentasan Penyakit TB di Kabupaten Mimika

Sementara itu, Lewi Yenjau, salah satu anak muda dari distrik Kwesefo berharap, pemerintah harus serius memperhatikan honor dan alat transportasi untuk guru.

Ia juga meminta agar pemerintah menambah ruang kelas dan rumah untuk para guru.

“ Di sana ada tujuh kampung. Saya berharap, ada penambahan ruangan dan juga tenaga guru sehingga orang tua di sana tidak lagi bawa mereka punya anak untuk sekolah di distrik yang lain,” katanya.

Pewarta: SP-CR03

Editor: Arnold Belau

Artikel sebelumnyaSejarah ‘Emas Hitam’ dari Pegunungan Bintang
Artikel berikutnyaRenovasi Ruko yang Dibakar di Wamena Terhambat?