Warga Larang Babi Luar Masuk Wamena

0
1755

WAMENA, SUARAPAPUA.com — Para pedagang asli Papua di Pasar Jibama berkomitmen melarang keras wam (babi) impor dari daerah lain masuk ke Wamena, kabupaten Jayawijaya.

Hal tersebut dikarenakan belakangan banyak babi impor mendominasi Wamena terutama di Pasar Jibama, sedangkan babi lokal (asli) justru kian berkurang di pasaran.

Kornelis Tabuni, seorang penjual wam di Pasar Jibama, mengaku telah melarang siapapun tak melakukan jual-beli babi impor. Hal tersebut menurutnya kesepakatan bersama yang harus ditaati.

“Ini komitmen kita semua, teman–teman penjual dan pembeli. Kalau ada yang datang mau jual wam bukan asli Jayawijaya, kami suruh bawa keluar dari pasar,” ujarnya kepada suarapapua.com, Rabu (15/1/2020) di pasar Jibama, Wamena.

Baca Juga:  Forum Peduli Demokrasi Kabupaten Yahukimo Desak Pemilu di Dekai Diulang

Perlu penegasan terhadap aktivitas jual-beli babi impor, lanjut Tabuni, karena secara terus menerus didatangkan dari Jayapura, Merauke dan Timika.

ads

“Kami tegaskan, jangan dipasarkan di sini,” ujarnya.

Tabuni menyebut dampak dari meningkatnya pengiriman babi dari luar sangat merugikan penjual dan pembeli karena dibeli bukan untuk dipelihara, tetapi dijual kembali.

“Banyak wam diimpor itu sangat mempengaruhi harga jual di pasar Jibama,” tekan Tabuni.

Semenjak ada kesepakatan untuk tak membeli dan menjual babi luar Jayawijaya, sejauh dari pantauan suarapapua.com, memang sangat ketat dengan komitmennya bahkan saat ada yang berkeinginan jual pun diminta bawa keluar dari pasar Jibama.

Untuk itu, Tabuni berharap agar pemerintah kabupaten (Pemkab) Jayawijaya melalui dinas terkait mesti bekerja lebih efektif dalam mengatasi persoalan tersebut.

Baca Juga:  Penyebutan Rumput Mei Dalam Festival di Wamena Mendapat Tanggapan Negatif

Sementara, J. Hendri Tetelepta, kepala Dinas Pertanian kabupaten Jayawijaya, menyatakan sangat perlu adanya karantina untuk mengawasi peredaran daging olahan maupun ternak hidup yang masuk dari daerah lain.

“Kita berharap yang mengirim ternak dan daging diharuskan melalui karantina. Tetapi di Jayawijaya belum punya sarana dan prasarana, juga petugas dan sebagainya. Balai karantina di Papua hanya satu, ada di Jayapura. Sedangkan stasiun karantina itu ada di Merauke, Mimika dan Biak,” jelasnya.

Hendri mengaku ada upaya pengembangan khusus selama dua tahun terakhir ini terhadap pengadaan ternak dari dari luar. Ambil paling dekat dari Keerom dan ternak di Jayawijaya yang menjadi sumber benih.

Baca Juga:  Konflik Horizontal di Keneyam Masih Berlanjut, Begini Tuntutan IPMNI

“Untuk menjaga kita punya ternak agar keberlangsungannya terjamin terus-menerus, kita harus punya kerja sama dengan beberapa pihak seperti Bimnas Noken dari Kepolisian, dimana hal itu juga ada program untuk peningkatan ternak babi lokal,” jelas Hendri.

Ia juga menghimbau kepada warga tetap menjaga ternak lokal dan jangan sampai tertular penyakit. Tetapi menjadi kendala karena belum punya seorang dokter hewan untuk melindungi ternak lokal.

“Dari berbagai upaya yang kita lakukan dengan melibatkan klinik hewan yang ada, jika dari sisi vaksin kita tersedia, sehingga kami dapat informasi bahwa ada ternak lokal yang perlu dilakukan vaksin,” imbuhnya.

Pewarta: Onoy Lokobal
Editor: Markus You

Artikel sebelumnyaPuluhan Aparat Kampung se-Distrik Kemtuk Dibekali Siskeudes
Artikel berikutnyaBreaking News: TNI/Polri dan TPNPB Baku Tembak di Sugapa, Intan Jaya