Presiden AAGA USA Dukung Papua Barat Merdeka dari Indonesia

0
3826

GEORGIA, SUARAPAPUA.com— Presiden sebuah organisasi bernama The African Association of Georgia (AAGA) USA, Mr. Tedonzong Tchoutezo, yang berbasis di Atlanta, Georgia, Amerika Serika, belum lama ini telah menyatakan dukungannya bagi hak penentian nasib sendiri rakyat West Papua.

Hal ini diutarakan pejuang hak-hak warga imigran asal benua hitam Afrika yang bermukim di AS itu saat long mars akbar memperingati hari Rev. DR. Martin Luther King,Jr, yang berlangsung di pusat kota Atlanta, ibu kota negara bagian Georgia, pada Senin (20/1) pekan lalu.

Dalam pawai tahunan yang sangat meriah itu, Tedonzong telah mengundang sejumlah aktivis West Papua yang bermukim di AS untuk terlibat bersama organisasi yang dipimpinya mengikuti pawai akbar memperingari hari bersejarah setiap tanggal 20 Januari yang biasa disebut MKL Day.

“Saya mengundang kawan-kawan aktivis West Papua untuk bisa bergabung menyuarakan apa yang terjadi di negeri mereka,” kata pria itu saat memimpin orasi sebelum pawai yang berlangsung meriah itu berlangsung.

Ia sebelumnya sempat mengira bahwa West Papua adalah wilayah Papua Guinea (PNG) yang telah merdeka dari Inggris pada 1975 silam.

ads
Baca Juga:  Gereja Pasifik Desak MSG Keluarkan Indonesia Jika Tidak Memfasilitasi Komisi HAM PBB Ke Papua

John Anari, aktivis Papua yang kini bermukim di AS  dan merupakan koordinator West Papua Liberation Organization (WPLO), mengatakan ia sangat berterima kasih kepada organisasi AAGA USA yang melalui presidennya telah mengundang dirinya bersama sejumlah aktivis Papua bergabung dalam long mars MLK Day 2020.

“Ini adalah kali kedua kami dari West Papua diundang bergabung dalam long mars. Tahun 2019 lalu kami juga ikut pawai yang sama. Tapi tahun lalu lebih ramai,” kata Anari, aktivis Papua yang pernah bekerja sebagai teknisi pada laboratorium komputer Universitas Cenderawasih (Uncen) di  Jayapura, Papuai.

Pria yang juga pernah bekerja sebagai staf teknologi infromasi (IT) pada kantor pusat perusahaan migas asal Inggris, Bristish Petroleum (BP) di Jakarta ini, mengatakan  dirinya memilih hidup di AS sebagai aktivis pelarian karena tanah airnya Papua Barat sedang dijajah Indonesia dan sumber daya alamnya (SDA) kian masif dirampok.

AAGA USA merupakan organisasi yang dibentuk sejak beberapa tahun lalu untuk memperjuangkan hak-hak kaum imigran Afrika yang mengadu nasib di AS.

Baca Juga:  Vince Tebay, Perempuan Mee Pertama Raih Gelar Profesor

Sementara itu, Sally S. Eko, seorang aktivis perempuan asal Zambia (Afrika) dan penulis buku “Being Black not much has changed,” yang terbit pada 2012, saat ditemui ketika pawai MLK Day berlangsung, mengatakan ia tidak terlalu banyak mengetahui informasi tentang wilayah West Papua yang masih dikolonisasi Indonesia.

Ia sempat bertanya soal bendera Bintang Kejora yang diusung para aktivis Papua saat pawai. Dia mengira itu adalah bendera Kuba. Seperti kebanyakan orang lain di AS, Sally mengira bahwa West Papua adalah wilayah Papua New Guinea (PNG).

“Saya minta maaf karena tidak tahu tentang apa yang terjadi di negeri kalian. Saya harus mencari informasi tentang wilayah yang dihuni orang-orang kulit hitam dan masih di bawah koloni Indonesia ini,” ujar Sally saat mendengar penjelasan tentang status dan kondisi wilayah Papua Barat dari seorang aktivis Papua.

Sebelum pawai dimulai, aktivis ini sempat berfoto dengan diapit bendera Bintang Kejora. Ia ikut memegang poster ‘Free West Papua’ bersama sejumlah aktivis lain sambil menerikan yel-yel ‘Free West Papua dan Papua Merdeka’ di jalanan yang dilalui banyak orang.

Baca Juga:  TETAP BERLAWAN: Catatan Akhir Tahun Yayasan Pusaka Bentala Rakyat 2023

Perempuan ini juga menyatakan dukungannya bagi penentuan nasib sendiri bagi rakyat Papua Barat untuk bebas dari kolonialisme Indonesia. Seperti halnya negara-negara di Afrika yang dihuni orang-orang berkulit hitam.

Peringatan MLK Day di AS setiap tahun diperingati pada tanggal 20 Janurari sebagai hari libur oleh Pemerintah Federal. Di Atlanta, Georgia, biasanya diperingati dengan aksi long mars yang dimulai di pusat kota (downtown). Kegiatan ini biasanya diikuti ribuan orang dari berbagai ras dan organisasi.

Saat pawai berlangsung, massa akan menempuh rute dengan jarak sekitar lima kilo meter di sepanjang jalan utama Peach Tree di pusat kota Atlanta. Pawai berakhir di Martin Luther King,Jr, National Historical Park, lokasi tempat makam tokoh gereja Baptis ini dikebumikan bersama sang istri tercinta, Coretta Scott King.

Laporan Julian Howay dari Kota Atlanta, Georgia, AS

Artikel sebelumnyaSang Bintang Kejora dalam Pawai Hari Martin Luther King di Atlanta AS
Artikel berikutnyaSukai Kerajinan Tangan Sejak Kecil, Grace Indey Buka Usaha Aksesoris