Noken hasil rajutan mama Yeimo di Tasangkapura, Polimak, Kota Jayapura. (Lenny Aninam - SP)
adv
loading...

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com— Mama Maria Yeimo, penjual noken Papua di jalan Tasangkapura, Kota Jayapura, Papua berjualan untuk membiayai studi sembilan anaknya dan membiayai kebutuhan sehari-hari keluarganya. 

Ia mengakui jualannya sering tidak laku, tetapi dirinya tetap bersyukur dengan apa yang telah diberikan Tuhan.

“Mama jualan sudah lama sekali. Dulu itu cuma pesan-pesan baru mama bikin di rumah, cuman sekarang dapat tempat pada 2016, jadi mama jualan dengan mama punya adik perempuan,” kata mama Yeimo kepada suarapapua.com, di jalan Tasangkapura, bersebelahan dengan RRI Jayapura, Senin (17/2/2020).

Baca juga: Yan Pepuho Bikin Phondabee Cafe Untuk Tukar Buku Tulis Bagi Anak SD

Ia mengakui, untuk menjual noken biasanya dimula dari jam 11 siang hingga jam 6 sore.

ads
Baca Juga:  Penolakan Memori Banding, Gobay: Majelis Hakim PTTUN Manado Tidak Mengerti Konteks Papua

“Mama jualan untuk kebutuhan uang sekolah, kuliah dan uang jajan anak-anak dan juga kebutuhan makan minum dalam rumah. Kalau bapak (suami) sudah pensiun, jadi mama yang mencari nafkah buat keluarga.

Noken hasil rajutan mama Yeimo di Tasangka. (Lenny Aninam-SP)

Mama punya anak kandung ada empat dan anak angkat ada lima. Mama yang biaya mereka semua. Ada tiga yang sudah sarjana, ada yang sudah jadi tentara dan yang lain masih sekolah dan kuliah,” ungkapnya.

Selain menjual noken hasil rajutannya, ia juga menjual baju rajutan tangannya. Sementara, cara menjualnya menurut mama Yeimo, selain menjual manual di jalan ia juga terima pesanan, mulai dari pesanan rajutan baru maupun pesanan rajutan yang siap dibeli.

Baca Juga:  Generasi Penerus Masa Depan Papua Wajib Membekali Diri

“Kalau harga, saya jual mulai dari rp50 ribu rupiah hingga rp2,5 juta rupiah. Ada pula  noken anggrek yang harganya rp1,5 juta rupiah, ada juga baju rajutan sudah dengan tas harganya rp1 juta rupiah. Ada orang yang biasa datang pesan untuk tulis nama. Harganya itu juga tergantung ukuran saja – mau besar atau kecil,” tuturnya.

Menurutnya, penghasilan setiap hari tidak menentu, ada yang sehari hanya mendapatkan rp50 ribu, tetapi juga ada yang rp100 ribu hingga rp500 ribu rupiah.

Baca juga: Tiga Anak Muda Papua Dinobatkan Sebagai Pengusaha Muda Terbaik

“Pokoknya bersyukur saja karena itu berkat dari Tuhan,” ucapnya.

Baca Juga:  Freeport Indonesia Bangun Jembatan Hubungkan Kampung Banti 2 dan Banti 1

Terlepas dari itu, mama Yeimo berharap supaya ada perhatian dari pemerintah, terutama dalam rangka menjelang PON 2020. Setidaknya, katanya, hasil rajutannya bisa dilirik oleh panitia PON 2020 untuk menjadi kenang-kenangan bagi atlit yang ke Papua.

Mama Yeimo (putih kanan) dan rekannya ketika berjualan sambil merajut noken di Tasangka. (Lenny Aninam – SP)

Matheis Tanawani, pembeli noken hasil rajutan mama Yeimo mengakui bangga pada mama-mama yang berjualan noken. Karena mereka (mama-mama) merupakan wanita hebat dan kuat yang mampu bertahan membiayai anak-anak dan keluarganya hanya dengan berjualan noken hasil rajutannya.

“Satu pesan saya, terus membuat noken karena itu bagian dari budaya kita orang Papua. Jangan sampai kita lupa bahwa noken adalah bagian yang harus dilestarikan,” tukas Tanawani.

 

Pewarta : Lenny Aninam

Editor: Elisa Sekenyap

Artikel sebelumnyaMasyarakat Pisugi Tolak Pembangunan Mako Brimob
Artikel berikutnyaMENPAN-RB Responi Keluhan Mama Yuliana Numberi