Tiga Komunitas Kampanye Selamatkan Hutan Sagu di Sentani

0
1797

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Komunitas Seni Rupa Udeido, Komunitas Sastra Papua (KoSaPa), dan Komunitas PapuansPhoto berkolaborasi dalam mengampanyekan pelestarian hutan sagu dari ancaman kepunahan akibat gencarnya pembangunan di Tanah Papua.

Tiga komunitas ini mengusung tema “Selamatkan Hutan Sagu” dalam kegiatan yang dilakukan Senin (24/2/2020) di kampung Netar, distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, Papua.

Pantauan suarapapua.com, ketiga komunitas mengambil bagian sesuai bidangnya. Seniman dari Komunitas Udeido, misalnya, dari lokasi kegiatan langsung melukis kondisi rusaknya hutan sagu.

Pun dengan PapuansPhoto. Para fotografer dari komunitas pimpinan Whens Tebay memotret hutan sagu yang rusak akibat ditebang, dibakar dan digusur. Sementara, KoSaPa membuat syair dan puisi berisi pesan moral menyelamatkan hutan sagu yang tersisa saat ini.

Ignatius Dicky Takndare dari Komunitas Udeido, menjelaskan, kegiatan kolaboratif tersebut bagian dari wujud keprihatinan anggota tiga komunitas terhadap hancurnya hutan sagu yang dikhawatirkan akan berdampak terhadap ketersediaan bahan makanan lokal Papua itu di masa mendatang.

ads
Baca Juga:  Pemprov PB Diminta Tinjau Izin Operasi PT SKR di Kabupaten Teluk Bintuni

“Pesan dari kegiatan ini adalah mau mengingatkan kepada semua pihak untuk berhenti dengan tindakan merusak hutan sagu, sebaliknya harus selamatkan yang tersisa,” ujarnya.

Pesan moral dari kegiatan kolaboratif para seniman bersama fotografer dan pegiat sastra Papua mengajak semua pihak menyadari pentingnya selamatkan hutan sagu di tiap daerah dari berbagai ancaman kerusakan bahkan kepunahan salah satu makanan lokal Papua ini.

“Anak cucu mau makan apa kalau dusun sagu digusur, dihancurkan dan dibakar? Mari kitong jaga hutan sagu,” ajak Dicky.

Whens Tebay mengatakan, pengurus bersama anggota tiga komunitas ini berkumpul di Kampung Netar untuk melakukan aksi nyata bertajuk selamatkan hutan sagu demi masa depan anak negeri.

Baca Juga:  Penolakan Memori Banding, Gobay: Majelis Hakim PTTUN Manado Tidak Mengerti Konteks Papua

Dari fakta sekarang menurutnya, hutan sagu sudah berkurang. Prihatin dengan kondisi demikian, tiga komunitas ini berkolaborasi untuk mengampanyekan gerakan menyelamatkan hutan sagu.

“Sagu merupakan makanan pokok bagi banyak suku di Papua. Seperti masyarakat di pinggiran danau Sentani, hutan sagu sudah mulai punah. Itu nanti bikin susah anak cucu. Sekarang, cara atasi kondisi memprihatinkan ini apa? Itu hal urgen saat ini,” tuturnya.

Tebay senada dengan Dicky, upaya penyelamatan hutan sagu memang sangat mendesak untuk dilakukan. Masyarakat adat wajib pikirkan masa depan anak cucu dengan tak tebang pohon sagu sembarang, dan stop serahkan lahannya ke pihak lain untuk kepentingan pembangunan.

Fakta miris di Sentani banyak kawasan hutan sagu yang kini berubah dengan deretan bangunan, diharapkan menjadi pelajaran penting bagi daerah lain.

Baca Juga:  Hujan di Sorong, Ruas Jalan dan Pemukiman Warga Tergenang Air

“Nasib masa depan anak cucu lebih penting ketimbang kepentingan jangka pendek,” ujarnya mengingatkan.

Pesan moral yang mau disampaikan dari kegiatan kolaboratif ini, menurut Hendrikus Yeimo dari KoSaPa, sangat penting dalam rangka menggugah semua pihak selamatkan hutan sagu.

“Kami sangat prihatin dengan kondisi hutan sagu. Memang perlu lindungi dan selamatkan hutan sagu sebagai sumber hidup generasi mendatang,” kata Yeimo.

Sembari ucapkan terima kasih atas keterlibatan tiga komunitas dalam satu kegiatan ini, ia juga menyinggung agenda sama akan dilakukan di kesempatan berikut.

“Pasti kita bikin lagi,” imbuhnya.

Sementara, seluruh lukisan, foto dan karya sastra yang dibuat saat kegiatan ini berlangsung, rencananya akan dipamerkan dalam sebuah event di Jayapura. Konsep event berikut waktu dan tempat akan dibicarakan kemudian.

Pewarta: Hendrik Rewapatara
Editor: Markus You

Artikel sebelumnyaPaud Sola Gracia Kwamki Narama Mulai Didik 25 Murid
Artikel berikutnyaWamena Jadi Tuan Rumah Festival Film Papua ke-4