Ilustrasi tim gabungan melakukan pencarian helikopter MI-17 lewat jalur darat dengan menyisir sejumlah lokasi di Kabupaten Pegunungan Bintang dan Kabupaten Jayapura, Papua pertengahan tahun lalu. (Dok Jubi)
adv
loading...

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com— Komunitas Mahasiswa dan Pelajar Aplim Apom (KOMAPO) menolak kehadiran TNI di Pegunungan Bintang karena tidak membawa kedamaian bagi masyarakat.

Hal ini ditegaskan Sekjen KOMAPO, Imanuel H. Mimin kepada suarapapua.com melalui surat elektronik menanggapi dan menolak kehadiran TNI di Pegunungan Bintang pada Kamis (2/4/2020) dari Salatiga, Jawa Tengah.

“Atas nama kemanusiaan kami menolak dengan tegas kehadiran TNI di Pegunungan Bintang. Karena kehadiran TNI tidak akan memberikan kedamaian dan ketenteraman bagi masyarakat,” tegas Mimin.

Ia menjelaskan, dari informasi yang ia terima, aparat didropng ke Pegunungan Bintang pada tanggal 28 – 29 Maret lalu.

Kata dia, kehadiran TNI dengan peralatan perang tidak memberikan nilai kedamain, ketentraman serta kenyamanan bagi seluruh masyarakat asli Pegunungan Bintang.

ads

“Kedatangan tersebut malah berkesan negartif. Kehadiaran mereka juga bikin masyarakat takut,” ujarnya.

Baca Juga:  Polda Papua Diminta Evaluasi Penanganan Aksi Demo di Nabire

Menurutnya, masyarakat Pegunungan Bintang saat ini sedang cemas dan takut dengan virus corona. Namun, kehadiran TNI justru akan membuat masyarakat tambah tertekan.

“Masyarakat ini mau hadapi coronavirus atau TNI? Ini harus dihentikan. Nilai kemanusiaan harus dijunjung tinggi,” tegasnya.

Kata Mimin, KOMAPO berharap agar pemerintah daerah turun tangan untuk memberikan keamanan dan kenyamanan. Sehingga masyarakat hidup dalam ketakuatan karena Coronavirus dan TNI.

“Sekali lagi, atas nama kemanusian, kenyamanan dan ketenangan masyarakat untuk menghindari beredarnya atau tertularnya wabah virus Corona maka kami berharap untuk segala aktivitas yang mengganggu ketentraman dan kenyamanan masyarakat Pegunungan Bintang agar segera dihentikan! TNI jangan bikin takut pemilik negeri di atas awan” tegasnya.

Sementara itu, seperti dilansir jubi.co.id, Legislator Papua, Laurenzus Kadepa protes terhadap dugaan pengiriman prajurit TNI ke Kabupaten Pegunungan Bintang atau Pegubin.

Baca Juga:  Direpresif Aparat Kepolisian, Sejumlah Massa Aksi di Nabire Terluka

Anggota komisi bidang pertahanan, keamanan, hukum dan HAM DPR Papua itu mengatakan ia mendapat informasi dari warga Pegubin terkait pengiriman prajurit TNI ke wilayah itu. Kabarnya, para prajurit TNI tiba di Pegubin menggunakan pesawat Trigana Air, Sabtu (28/3/2020).

Legislator Papua, Laurenzus Kadepa protes terhadap dugaan pengiriman prajurit TNI ke Kabupaten Pegunungan Bintang atau Pegubin.

Anggota komisi bidang pertahanan, keamanan, hukum dan HAM DPR Papua itu mengatakan ia mendapat informasi dari warga Pegubin terkait pengiriman prajurit TNI ke wilayah itu. Kabarnya, para prajurit TNI tiba di Pegubin menggunakan pesawat Trigana Air, Sabtu (28/3/2020).

Kini masyarakat Papua, termasuk di Pegunungan Bintang, khawatir terhadap penyebaran Covid-19.

“Mestinya tidak menambah kekhawatiran masyarakat dengan hal-hal lain. Saya pikir itu justru akan menambah tekanan psikologi kepada masyarakat. Masyarakat akan bingung, apakah menjaga diri dari penyebaran Covid-19, ataukah mengamankan diri agar tidak menjadi korban salah sasaran dalam misi itu,” ujarnya.

Baca Juga:  Masyarakat Tolak Pj Bupati Tambrauw Maju Dalam Pilkada 2024

Kepala Penerangan Kodam XVII/Cenderawasih, Kolonel Eko Daryanto ketika dikonfirmasi terkait informasi adanya pengiriman prajurit TNI ke Kabupaten Pegunungan Bintang, belum memberikan jawaban.

Pesan singkat yang dikirim kepada Kolonel Eko Daryanto melalui aplikasi pesan singkat belum dijawab, meski laporan pesan singkat whatsapp menunjukkan yang bersangkutan telah membaca pesan tersebut.

Ketika helikopter M17 jatuh pertengahan tahun lalu, selain membawa 12 orang anggota TNI dan amunisi, helikopter itu juga membawa 10 pucuk senpi. Senpi terdiri dari tujuh pucuk senpi laras panjang jenis SS1 dan tiga pucuk pistol.

Ketika para korban dievakuasi dari lokasi jatuhnya pesawat, Februari 2020 lalu, tim tidak menemukan keberadaan 10 senjata api.

Pewarta: Arnold Belau

 

Artikel sebelumnyaBPK Terima Laporan Keuangan Pemkab Jayawijaya dan Kota Jayapura
Artikel berikutnyaUpdate Covid-19 Papua Barat, Satu Pasien Positif dan Dua Pasien PDP Meninggal