MANOKWARI, SUARAPAPUA.com— Sekertaris Dewan Adat Papua (DAP) Wilayah Domberay, Zakarias Horota mengatakan, alm. John Waijo, ketua DAP wilayah Domberay yang meninggal 14 April lalu adalah tokoh pejuang dan pemberani.
Horota mengatakan, selama hidupnya alm. John mendedikasikan hidupnya untuk menggandeng masyarakat Papua di wilayah Domberai.
Horota bilang, alm. Warijo adalah salah satu tokoh pejuang yang bersikap independen tanpa memandang jabatan yang sementara diembannya. Bagi John, mengwal suara rakyat itu adalah hal utama dia telah mengukir sejarah.
Pernyataan Horota ini disampaikan saat hendak lepaskan jenazah untuk dikebumikan. Alm. Warijo menutup usianya di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Manokwari, pada tanggal 14 April 2020 pukul 15.30 WIT sore karena sakit.
Horota berharap agar ada generasi baru mencontohi sikap alm.saat memimpin DAP wilayah Domberai.
Riwayat Karis Alm. John Waijo:
- Sekretaris Suku Mekesa (1998)
- Ketua KNPP (1999)
- Ketua Panel Pemuda Presedium Dewan Papua (2000)
- Deklarator NRFPB (2011)
- Menteri Pemuda NRFPB (2014)
- Plt Ketua DAP wilayah III Doberay (2016 – 2018)
- Ketua DAP wilayah III Doberay (2018 – 2020)
Dari pantauan media ini di rumah duka, Polisi Penjaga Tanah Papua (PETAPA) dan Dewan Adat Papua (DAP) wilayah III Doberai melaksanakan upacara penyerahan Jenazah. Peti Almarhum dibungkus dengan kain bendera Bintang kejora sebagai wujud tokoh pejuang Papua Barat pada Jumat kemarin.
Upacara penyerahan jenazah kepada keluarga almahrum yang dilaksanakan sekira pukul 09.00 WIT dihadiri Sekretaris DAP wilayah III Doberay dan sejumlah Dewan Adat Suku.
Upacara perhormatan terakhir diiringi lagu ‘Hai Tanahku Papua’. Dan juga telah dihadiri perwakilan dari berbagai organisasi perjuangan di Papua. Diantaranya, Komite Nasional Pemuda Papua (KNPP), United Liberation Movemet for West Papua (ULMWP), Parlemen Nasional West Papua (PNWP), West Papua Nasional Coalition for Liberation (WPNCL), Negara Republik Federal Papua Barat (NRFPB), dan Komite Nasional Papua Barat (KNPB).
Setelah jenzah diserahkan kepada keluarga, PETAPA melanjutkan dengan mengheningkan menggunakan lagu ‘Doa Ibu Masa Revolusi’.
Pewarta: Charles Maniani
Editor: Arnold Belau