Ketika PT Antam Beroperasi di Pegunungan Bintang: Neraka untuk Negeri OK!

0
2715

Oleh: Julia Opki)

Hai hai, iya kita masih dilanda kecemasan tentang pandemi Covid-19, tapi seperti tulisan saya kemarin, sesekarat apapun situasi dunia saat ini, ekonomi global harus tetap diselamatkan, ekonomi global pastinya berhubungan dengan proses produksi perusahaan, begitu juga PT.ANTAM (Aneka Tambang) yang diam-diam sudah melakukan persiapan yang sangat panjang dan matang untuk beroperasi di Pegunungan Bintang.

Baca juga: Covid-19, Operasi Militer dan PT Antam di Pegunungan Bintang

Mari kita simak bersama:

Aneka Tambang (ANTAM) didirikan sejak tahun 1968, merupakan perusahaan yang beroperasi melalui kegiatan eksplorasi dan penemuan deposit mineral, pengelolahan mineral dan penjualan hasil pengolahan konsumen jangka panjang yang loyal di Eropa dan Asia. Dana Amin telah dipilih oleh pemilik saham PT. Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) menjadi direktur utama (Dirut) pada Desember 2019 lalu. Dana Amin dan dua pimpinan yang dilantik tersebut juga merupakan bagian dari PT. INALUM tersebut yang juga merupakan pemilik dari 51% saham yang ada di PT. FREEPORT.

ads

Pada 2009 PT ANTAM menemukan potensi cadangan emas dan mineral yang sangat menjanjikan di kabupaten Pegunungan Bintang, Papua, persisnya di Distrik Pepera, perbatasan Indonesia-Papua Nugini. Kabarnya, disana ada emas, tembaga, batu bara, dan juga thorium, unsur kimia radioaktif yang lebih aman ketimbang uranium.” Survei geologis menunjukkan potensinya bagus dan menjanjikan. ”Kata Tato Miraza Direktur Utama PT ANTAM pada saat itu.”

Tato belum bisa memastikan mineral apa saja dan berapa besar potensi yang dikandung wilayah seluas 200 ribu hektar yang pernah disurvei itu. Sejauh ini, survei geologis baru menggambarkan potensi cadangan emas. Tapi Direktur Jenderal Mineral dan Pertambangan Thamrin Sihite sudah berani mengatakan cadangan di Pegunungan Bintang bisa melampaui milik Freeport. “Kalau cadangan Freeport 2,5 miliar ton, maka yang di perbatasan bisa lebih dari itu,” kata Thamrin.

Penemuan ini segera menjadi incaran korporasi besar pecandu logam kerak bumi. PT ANTAM sadar itu. Mereka pun bergerak cepat. Tato mengatakan pada 2010, PT ANTAM sudah membicarakan eksplorasi kawasan Pengunungan Bintang dengan Bupati dan Gubernur Papua.

Pada 2011, ANTAM resmi mengajukan Izin Usaha Pertambangan. Izin keluar berupa 4 IUP untuk tiap-tiap 50 ribu hektar. Juli 2011, Antam mulai melakukan eksplorasi. Sekitar 62,6 miliar rupiah digelontorkan untuk menyukseskan apa yang Tato sebut sebagai “momentum emas” perusahaan tambang milik negara itu. Tapi eksplorasi tak berlangsung lama. Instruksi Presiden terkait moratorium pemberian izin baru di kawasan hutan alam primer menjadi kendala. “Lahan ternyata masuk area hutan primer,” kata Tato.

Hingga saat ini secara prosedural belum ada penjelasan mengenai status akhir PT. ANTAM di Pegunungan Bintang yang dipublikasi untuk kita ketahui bersama, jika dilihat secara sistematis untuk melakukan esksplorasi di suatu daerah harus mendapatkan izin AMDAL (Analisis Dampak Lingkungan), sementara wilayah ini termasuk dalam hutan konservasi, sehingga diperlukan RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) dari dinas terkait untuk dilakukan perubahan menjadi wilayah tambang.

Sekitar tahun 2017  yang terdengar masyarakat asli setempat telah menolak PT ANTAM tersebut, namun karena izin usaha sudah dikeluarkan maka PT.ANTAM masih menjalankan aktivitasnya, dari informasi masyarakat di Distrik Oksibil pertengahan januari 2020 mengatakan bahwa “setiap subuh helikopter milik perusahaan biasa mengangkut alat-alat berat menuju ke Distrik Pepera, kemudian juga ada salah satu media yang memberitakan bahwa pada bulan januari 2020 ANTAM siap mengeluarkan dana dalam jumlah besar untuk melakukan operasi dibeberapa tempat yang salah satunya adalah di Pegunungan Bintang.

Bagaimana kehidupan orang Pegunungan Bintang setelah PT ANTAM beroperasi, mari kita lihat dari berbagai aspek:

Budaya dan Sosial

Budaya, sangat erat dengan filosofi hidup setiap manusia, yang juga berhubungan dengan alam sekitar menyatu secara spiritual dan dipercaya secara nyata juga mempengaruhi kehidupan di sekitar. Sesuai dengan  filsafat Ok (air) yang merupakan sumber hidup, kesejukan, ketentraman dan kedamain itulah yang selalu menjadi cerminan manusia Ok yang memiliki kepribadian tenang dan selalu cinta akan kedamaian.

Baca Juga:  Kegagalan DPRD Pegunungan Bintang Dalam Menghasilkan Peraturan Daerah

Sudah dilihat secara faktual bahwa  orang Papua mengalami 3 loncatan zaman yang menurut penulis Frantz Fenon hal ini mengakibatkan kita mengalami Shock Culture yang berdampak pada hilangnya kepercayaan diri untuk mempertahankan budaya asli kita dan cepat sekali terpengaruh dengan dengan budaya luar, kita akan kehilangan eksistensi jati diri kita apalagi dengan perusakan alam yang akan diakibatkan oleh masuknya PT ANTAM, karena menghancurkan tempat yang kita anggap adalah tempat sakral itulah tempat yang banyak mengandung kekayaan alam. Terjadinya kerusakan alam dengan hadir PT. ANTAM akan juga berpengaruh buruk bagi kehidupan manusia Ok tidak hanya secara fisik yang dirugikan tetapi juga spiritual yang akan memusnahkan akar landasan hidup manusia Ok.

Semakin banyak budaya baru yang muncul, mungkin kita hanya menyadarinya sebagai kebiasaan suatu kegiatan, tapi itu adalah bentuk melestarikan budaya yang baru yang akan terus menerus berasimilasi sehingga budaya asli pun akan terlihat usang dan tidak layak untuk dilestarikan.

Semakin meningkatnya kelompok-kelompok budaya  bentukan baru yang berjalan dengan kepentingan masing-masing dan ujung-ujungnya budaya ataupun adat kita akan diatas namakan untuk mendapat uang atapun jabatan, terjadi perubahan nilai dari budaya itu sendiri, yang dulunya dianggap sebagai hal yang sakral namun sekarang budaya/jati diri bisa disamakan dengan uang dan jabatan.

Berapa jumlah orang asli Pegunungan Bintang yang selesai dari jurusan pertambangan maupun sarjana? Sedangkan IPM Pegunungan Bintang sampai tahun 2018 menduduki peringkat ke tiga terendah di seluruh provinsi Papua. Orang dari berbagai penjuru dunia akan ke Pegunungan Bintang untuk dipekerjakan di PT ANTAM, dan orang Asli Pegunungan Bintang akan semakin tersingkirkan sangat jauh.

Masyarakat Pegunungan Bintang yang sekarang ini hidup berdasarkan beberapa suku besar akan terpecah menjadi kelompok marga yang memiliki hak ulayat atas tanah pertambangan dan marga yang tidak memiliki hak ulayat, dari sini pula akan muncul sikap iri dan kemungkinan besar akan terjadi peperangan terus-menerus, ujung-ujungnya penambahan militer terus dilakukan untuk alasan “keamanan masyarakat” namun juga menjaga teritori politik kedaulatan serta pastinya menjaga area pertambangan.

Peluang kerja yang sudah semakin banyak dikuasai oleh orang dari luar akan semakin banyak menambah persoalan sosial: menjadi pengangguran salah satu cara bertahan hidup adalah dengan menjual tanah, namun jika tidak ada keterampilan mengolah uang kemudian hanya akan dihabiskan untuk miras, memakai ganja, mencari tempat hiburan, kemudian terjadi jual-beli seks dan kemudian akan terus menjadi kecanduan. Persoalan-persoalan di atas adalah contoh permasalahan sosial yang masih marak terjadi hari ini, apalagi ditambah dengan beroperasinya PT.ANTAM pastinya akan semakin mengacaukan situasi sosial masyarakatnya.

Wilayah Pegunungan Bintang yang dikenal dengan orangnya yang ramah kemudian berubah menjadi ladang konflik horisontal antar marga, suku maupun etnis. Dari pola hidup komunal pun akan berubah menjadi individualis karena tekanan dan persaingan hidup yang ketat, belum lagi jika terjadi hal yang sama seperti di Tembagapura baru-baru ini, para tuan tanah yang diusir dari tanahnya sendiri oleh aparat keamanan demi memperlancar operasi PT.ANTAM

Ekonomi

Secara perkembangan peradaban kita dari sisi ekonomi kita mempraktekannya hanya untuk memenuhi kebutuhan primer dengan prinsip barter. Bahkan seiring berjalannya waktu ada sebagian kecil orang Pegunungan Bintang yang bergelut di bidang ekonomi namun secara kuantitas dan kualitas masih jauh dibandingkan dengan pendatang yang menguasai perekonomian di Pegunungan Bintang. Sedangkan ketika PT ANTAM masuk akan juga akan berpengaruh terhdap perputaran arus ekonomi yang kencang, ditambah dengan semakin banyak orang luar yang akan datang ke sana persaingan ekonomi semakin ketat.

Baca Juga:  Freeport dan Kejahatan Ekosida di Wilayah Suku Amungme dan Suku Mimikawee (Bagian 4)

Ketika -semisalkan mungkin- PT ANTAM memberikan tunjangan uang ke masyarakat, akan sangat mungkin diragukan membantu perekonomian tersebut. Karena berkaca dari belum adanya budaya perdagangan yang mendukung perekonomian dan juga dapat disinggung dengan melihat dana OTSUS yang sangat banyak tetapi belum mampu diolah oleh pemerintah daerah untuk pengembangan ekonomi kerakyatan.

Perekonomian makro juga akan sangat meraja lela di Pegunungan Bintang sehingga akan berpengaruh negatif untuk perkembangan ekonomi mikro ataupun para pengusaha dengan modal kecil yang kebanyakan adalah orang asli Pegunungan Bintang. Bahkan yang menjadi pelaku aktif perekonomian yang kita jumpa sehari-hari di pasar adalah mama-mama yang membawa hasil jualannya dari balik beberapa gunung dari ibu kota kabupaten dengan biaya transportasi sekitar 100 ribu pulang-pergi akan semakin menderitalah mereka.

Lingkungan dan Kesehatan

Letak wilayah Pegunungan Bintang yang berada di tengah (jantung) Papua dan juga merupakan pusat mata air dari sungai Disul (mengarah ke Selatan), sungai Mamberamo (mengarah ke Utara), sungai Sepik (mengarah ke Timur) hal ini akan berdampak sangat fatal bagi alam.

Jika PT ANTAM mulai beroperasi, maka pembuangan limbah tailing jika tidak kelola dengan baik akan terjadi pencemaran di beberapa sungai besar yang ada di Papua. Tak hanya itu, pastinya akan berpengaruh tehadap ekosistem kehidupan di seluruh wilayah ini.

Contohnya akibat merugikan dari zat arsen bagi kesehatan manusia adalah apabila terkandung >100 ppb dalam air minum, akan mengalami iritasi usus, kerusakan syaraf dan sel, kelainan kulit atau melanoma serta kanker usus. Merkuri mengakibatkan binatang pemakan biji-bijian dan tubuh ikan tidak layak dikonsumsi oleh manusia yang bisa menyebabkan terganggunya fungsi ginjal dan hati, mengganggu sistem enzim dan mekanisme sintetik. Merkuri (Hg) organik dari jenis metil-merkuri dapat memasuki placenta dan merusak janin pada ibu hamil, mengganggu saluran darah ke otak serta menyebabkan kerusakan otak, hipertensi yang menyebabkan penyakit hati. Merkuri dan kadium (Cd) juga menyebabkan rusaknya lapisan tanah yang juga berpengaruh perkembangan tumbuhan yang tidak layak untuk dikonsumsi.

Ketika nanti akan dibangun kota pertambangan yang sangat maju seperti di Tembagapura, dengan fasilitas lengkap yang berkualitas konsekuensi besar bahwa dibawah tanah telah terjadi kerusakan zat-zat penyusun humus tanah yang akan rusak dan terkena racun limbah. Juga akan rawan bencana alam, berpengaruh juga terhadap kesehatan masyarakat yang lambat laun akan terus berjatuhan korban. Fasilitas kesehatan perusahaan pastinya lengkap untuk mengobati para pekerja yang sakit, namun untuk masyrakat asli pastinya sulit untuk mendapatkan akses kesehatanyang sama bagusnya dengan pekerja di perusahaan.

Politik

Politik, “hak kekuasaan” siapa yang berkuasa dialah yang mengatur, terkait pengiriman militer akhir maret lalu, kemudian bupati Costan Oktemka yang dikabarkan oleh masyarakat Oksibil yang katanya selalu memakai helikopter milik PT. ANTAM dari kediamannya ke kantor bupati yang berjarak tidak lebih dari 15 Km heheeheee, heran kah? Lalu ketika puluhan tahun TPN-OPM di wilayah ini yang tak terdengar kabarnya tiba-tiba saja muncul di berbagai media. Di mana pun daerahnya ketika ada suatu perusahaan yang ingin beroperasi di suatu wilayah kemudian ditolak oleh masyarakat asli selalu saja menggunakan kaki tangan militer untuk mengamankan proyek besarnya.

Setelah itu manajemen konflik harus diciptakan sebagai pengalihan isu untuk mengelabui, menakuti dan mengaburkan fokus masyarakat di daerah itu. Ketika tahun politik sangat besar peluang untuk meloloskan perusahaan beroperasi dengan imbalan uang/fasilitas dari perusahaan dan digadaikan dengan tanah masyarakat.

Baca Juga:  Hilirisasi Industri di Indonesia: Untung atau Buntung bagi Papua?

PT. ANTAM adalah badan usaha milik negara yang menjalankan proyek-proyek besar negara, kepala daerah dan militer adalah aparatus negara dapat dilihat jelas bahwa semua itu adalah kesatuan yang tak terpisahkan dalam kerja-kerjanya.

Sedangkan badan legislatif daerah pun untuk segala aspek masih belum mampu melaksanakan berbagai kebijakan dalam menunjang kesejahteraan masyarakat termasuk perekonomian masyarakat. Akankah para pejabat legislatif mampu melihat riil persoalan yang ada atau akan silau dengan jumlah yang ditawarkan oleh PT.ANTAM?

Letak daerah pertambangan yang akan dibuka juga terdapat perusahaan tambang Ok Tedi Mining milik PNG akan menjadi persoalan baru yaitu perebutan wilayah di mana Indonesia akan didukung oleh Amerika Serikat, PNG kemungkinan besar akan didukung oleh Australia & China. Konflik akan sering memanas antara militer Indonesia dan militer PNG yang ujungnya akan berdampak pada penggiringan isu OPM untuk melegalkan gencatan senjata, ujung-ujungnya rakyat pribumilah yang menjadi korban, nyawa dibayar dengan uang elit-elit daerah dan negaralah yang secara penuh akan menikmati keuntungan dari hasil pertambangan ini.

Neraka “api” tak akan bisa bersatu dengan air, salah satu diantaranya harus ada yang menang dan kalah, bagaimana ke dua elemen ini harus mempersiapkan kekuatan masing-masing. Akankah api mengalahkan negri Ok? Dan masyarakat yang dikorbankan, ataukah Negri Ok mampu mengalahkan api? Dan kemudian siapa yang dikorbankan?

Artikel ini berasal dari berbagai diskusi yang diikuti penulis serta juga dengan berkaca pada persoalan pemilik hak ulayat Nemangkawi yang diharapkan bisa menjadi dasar pertimbangan akan dampak buruk dari persoalan PT. ANTAM yang sangat fatal namun tidak menjadi hal yang diseriusi untuk diselesaikan sampai saat ini.

Solusi

Kekayaan alam yang ada tak selalu harus digadaikan dengan pertambangan yang memiliki dampak negatif yang sangat banyak. Jika masih banyak kekayaan alam yang ada di permukaan tanah kenapa harus mengambil kekayaan yang ada di dalam tanah yang akan mengganggu ekosistem di permukaan tanah yang masih sangat kaya?

Kurang lebih seperti itu yang disampaikan oleh salah satu bapak asli Yogyakarta yang juga merintis usaha kopi asli Pegunungan Bintang. Dia juga bilang, kopi Pegunungan Bintang adalah “emas hitam” yang sangat memukau, dengan kekhasan Typica Arabica yang merupakan jenis terbaik dunia dengan harga tawar tinggi. Salah satu peluang besar yang harusnya dimanfaatkan, tetapi lagi-lagi Bupati Pegunungan Bintang sendirilah mengacaukan varietas asli kopi dengan mengirim bibit kopi dari Jember hehehee, ada-ada saja nih orang.

Ya, pemanfaatan Sumber Daya Alam dan ekonomi mandiri masyarakat, seperti ulasan singkat di atas, SDA yang berada di permukaan tanah seperti: sayur-sayuran, buah-buahan, obat-obatan herbal yang pastinya menjadi kebutuhan pokok seluruh masyarakat.

Juga pemanfaatan keindahan alam dengan membangun tempat pariwisata dan juga dapat dikolaborasikan dengan tetap menonjolkan kebudayaan yang ada sehingga juga mampu menarik perhatian banyak orang untuk berkunjung. Masyarakat juga dirangkul serta diajak bekerja bersama yang nantinya dari hasil berbagai sektor ini, kemudian dijadikan kas per kampung ataupun juga dijadikan gaji bagi masyarakat yang ikut bekerja, Hal-hal seperti yang seharusnya menjadi salah satu fokus pemerintah.

Perlu adanya komitmen bersama dari semua elemen masyarakat, pemerintah, adat, gereja di Pegunungan Bintang untuk bersepakat secara tegas menolak PT. ANTAM. Kita bisa mengolah kekayaan alam sendiri serta ikut juga menjaga keluhuran jati diri yang kita miliki sebagai pedoman hidup yang terus menuntun kita secara spitual maupun intelektual serta emosinal, kenapa musti diberikan kepada pihak lain yang akan menjadikan kiamat bagi Negri Ok!

)* Penulis: Aktivis Kemanusiaan dan Anggota AARG

Referensi: 

  1. http://theglobal-review.com/lama/content_detail.php?lang=id&id=12700&type=114#.XjSeL4hS_IU

2. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/09/23/10-kabupaten-di-papua-miliki-indeks-manusia-terendah-di-indonesia

Artikel sebelumnyaWarinussy Desak Polda PB Kedepankan Pendekatan Lunak Tangani Kasus Aifat
Artikel berikutnyaPM Marape Minta Warganya Tetap Tenang Hadapi Tambang Pogera