1 Mei 1963: Keberhasilan Bagi Indonesia dan Malapetaka Bagi Rakyat Papua

0
4301

1 Mei 1963 merupakan  peristiwa bersejarah yang selalu  diperingati setiap tahun oleh Indonesia sebagai hari kemenangan. Tapi bagi orang Papua adalah awal mulainya penindasan.

Bagi pemerintah Indonesia, hari memetik kemenangan dari berbagai upaya dalam merebut Irian Barat kembali ke Pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam setiap peringatan, selalu kampanye keberhasilan pembangunan di Papua.

Peringatan ini diselenggarakan dalam berbagai bentuk kegiatan seperti  Ziarah ke Makam Pahlawan Nasional, Long March, Panggung rakyat, Tarian Khas Papua dan kegiatan bakti sosial, hingga masuk di sekolah-sekolah dan  memberikan pendidikan kepada anak-anak sebagai menanam jiwa nasionalisme kecintaan terhadap  Indonesia. Kegiatan-kegiatan ini lebih banyak diprakarsai oleh Militer.

Selain itu, spanduk-spanduk bertuliskan NKRI harga mati, mengajak membangun Papua  disertai dengan foto para pahlawan Papua di sepanjang jalan; melakukan pawai mobil hias keliling kota dengan poster dan spanduk pahlawan nasional  Indonesia asal Papua, menteri-menteri, petinggi tentara dan polisi, pejabat gubernur dan bupati/walikota, Ilmuwan, artis nasional, olahragawan, Pilot, dokter dan sebagainya yang berasal dari Papua. Sebagai bukti  bahwa Indonesia telah keberhasilan memanusiakan orang Papua.

Baca Juga:  Zheng He, Seorang Kasim Cina Terkenal Sampai di Nusantara

Kegiatan seperti ini selalu dilakukan oleh seluruh instansi pemerintah daerah, TNI dan Polri, dengan organisasi-organisasi pro-pemerintah seperti barisan merah putih, LMRI, Gercin, Veteran, serta organisasi paguyuban dengan melibatkan anak-anak sekolah dasar hingga sekolah menengah umum, ditempat  keramaian, lapangan terbuka, sepanjang jalan, dan gedung-gedung mewah dengan sangat meriah.

ads

Pada tanggal yang sama pula, orang Papua berkumpul dan melakukan protes terhadap kekerasan dan ketidakadilan terhadap orang Papua, di jalan, di kampus, terminal dan asrama, atau di sudut-sudut kota. Namun mereka selalu dibungkam dengan cara intimidasi, dibubarkan paksa, ditangkap dan disiksa bahkan ditahan.

Penyerahan Papua Barat kepada indonesia dinilai melalui proses yang tidak demokratis, rekayasa, penuh dengan kekerasan dan intimidasi terhadap orang Papua.

Pihak pemerintah melalui Militer di Papua, dalam peringatannya selalu mengklaim, bahwa Peristiwa bersejarah tersebut dilaksanakan melalui proses dan prosedur yang sah serta demokratis yang diterima oleh negara-negara yang tergabung dalam organisasi Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) secara hukum internasional.

Baca Juga:  Apakah Kasuari dan Cenderawasih Pernah Hidup di Jawa?

Kembalinya Irian Barat (Papua) ke Pangkuan Indonesia merupakan keputusan final dari PBB dengan dinyatakannya Irian Barat merupakan bagian dari NKRI serta adanya resolusi PBB dalam perjanjian New York tanggal 15 Agustus 1962.

Namun, Bagi orang Papua, 1 Mei merupakan awal dari pemusnahan terhadap orang Papua dan perampasan sumber daya alam di Papua. Bagi Aktifis Pro-Papua, 1 Mei patut diprotes keras oleh rakyat Papua, karena sebab awal mula buramnya Nasib West Papua dimulai.

1 Mei 1963 terjadi penyerahan kekuasaan dari pemerintah PBB melalui UNTEA kepada Indonesia. Penyerahan kekuasaan itu merupakan legitimasi indonesia untuk menempatkan militernya  dalam jumlah besar di Wilayah Papua Barat.

Sebelumnya, pada 19 Desember 1961, Soekarno memberitahukan proses pelaksanaan Trikora di alun-alun Utara Yogyakarta dan memberikan Komando Mandala. Mayor Jendral Soeharto diangkat menjadi panglima.

Tugas Komando Mandala adalah merancang, menjadikan, dan melakukan operasi militer untuk menyatukan Papua Barat bagian dari Indonesia. Kemudian  Indonesia melakukan ekpansi militer untuk merebut Wilayah Papua dari tangan Belanda.

Baca Juga:  Zheng He, Seorang Kasim Cina Terkenal Sampai di Nusantara

1 Oktober 1962, UNTEA mengambil alih administrasi Pemerintah Papua Barat dan pada 1 Mei 1963, pemerintahan UNTEA diserahkan kepada pemerintah Indonesia.

Ketika  Indonesia mulai mempunyai wewenang di Papua, kekerasan sistematis terhadap masyarakat Papua dalam upaya membasmi organisasi Papua Merdeka.

Hingga saat ini, operasi militer dan kekerasan masih terus berlangsung.  Orang Papua terus diburuh dan dibunuh. Penyelesaian kasus pelanggaran HAM tidak pernah diselesaikan, bahkan semakin bertambah. Perampasan dan eksploitasi kekayaan alam semakin masif.

Rakyat dan aktifis Pro-Papua Merdeka  menolak aneksasi Papua Oleh Indonesia dan hak penentuan nasib sendiri akan menjadi solusi demokratis atas konflik yang berkepanjangan di Papua, pembunuhan orang Papua, ruang demokrasi yang dibungkam dan marginalisasi secara ekonomi.

Sementara Pemerintah Indonesia tetap mempertahankan Papua sebagai bagian tak bisa dipisahkan dari Indonesia.

REDAKSI

Referensi

  1. http://tribratanews.polri.go.id/?p=160632
  2. https://video.medcom.id/metro-news/VNxXPaDN-pemkab-jayapura-rayakan-hari-bergabungnya-irian-barat-ke-nkri-yang-ke-63
  3. https://tabloidjubi.com/tag/aneksasi/
  4. http://www.intaikasus.com/2018/05/peringati-kembalinya-irian-barat-ke.html
  5. https://suarapapua.com/2016/05/03/amp-1-mei-1963-awal-pemusnahan-rakyat-papua/
  6. https://suarapapua.com/2020/02/27/nasib-papua-hancur-demi-kepentingan-bangsa-lain/
  7. https://tabloidjubi.com/1-mei-ulmwp-kembali-tegaskan-menolak-aneksasi-papua-oleh-indonesia/

Artikel sebelumnyaPemprov PB Didesak Bentuk Tim Pencari Fakta Terkait PT Wanagalang Utama
Artikel berikutnyaUni Eropa Mulai Memulangkan Warganya Yang Terdampar Corona di Pasifik