Masyarakat Adat Moi Diminta Mempertahankan Pangan Lokal

0
1500

KOTA SORONG, SUARAPAPUA.com — Masyarakat Suku Moi di Kota dan Kabupaten Sorong diminta agar tetap mempertahankan budaya togok sagu dan berkebun sebagai budaya. Selain sebagai budaya, juga untuk menghadapi krisis pangan di saat pembatasan sosial dalam penanganan Covid-19.

Hal ini disampaikan Isai Onesimus Paa, Ketua Perhimpunan Mahasiswa Moi Seluruh Indonesia kepada suarapapua.com pada Rabu (6/5/2020) kemarin.

Onesimus mengajak masyarakat untuk melestarikan dan mempertahankan pangan lokal seperti yang selama ini dilakukan, baik masyarakat Moi yang berada di pesisir maupun gunung. Karena, kata dia, bagi Suku Moi, pangan lokal adalah cerminan identitas dan jati diri.

ā€œMasyarakat Moi yang selama ini togok sagu, tetap togok Sagu. Masyarakat Moi yang selama ini berkebun, tetap berkebun. Corona menyadarkan kita tentang betapa pentingnya merawat, melestarikan dan mempertahankan pangan lokal. Sehingga kita harus bersyukur dan mempertahankannya,” jelas Paa.

Baca Juga:  ULMWP Kutuk Penembakan Dua Anak di Intan Jaya

Dia juga meminta agar jika ada dusun sagu, harus dirawat dan dijaga. Dan jika ada lahan, bisa dimanfaatkan untuk berkebun untuk menghadapi krisis pangan di masa Covid-19. Sebab, kata dia, Corona akan pada sektor perekonomian di Indonesia, dan secara khusus di Papua.

ads

ā€œYang pu dusun Sagu kembali togok Sagu. Ada tanah kembali berkebun. Virus ini belum pasti kapan berakhir. Kita tidak tahu situasi apa yang akan dihadapi masyarakat adat seluruh dunia, Indonesia, dan Papua sendiri. Ada krisis ekonomi kah. Krisis pangan ka. Ya semoga tidak seperti yang dibicarakan rame-rame di media,ā€ katanya.

Baca Juga:  Berlangsung Mulus Tanpa Masalah, KPU Maybrat Diapresiasi

Paa juga meminta Dinas Pertanian Kab. Sorong untuk memberikan sosialisasi dan memberikan dukungan kepada masyarakat. Selain sosialisasi, pemerintah juga diharapkan memberikan alat kerja dan bibit tanaman.

ā€œSaya harap pemerintah ke kampung-kampung dan sosialisasi dan memberikan pendampingan untuk masyarakat yang berkebun. Sehingga dengan pendampingan, sosialisasi dan bantuan bibit unggulan yang disediakan pemerintah dapat dimanfaatkan masyarakat. Dari pada masyarakat cuma tebang pohon lalu bakar lahan.Yang ditanam Cuma pisang. Pisang kita tunggu lama untuk berbuah. Ini hal serius yang harus diperhatikan dinas pertanian,” katanya.

Baca Juga:  Hujan di Sorong, Ruas Jalan dan Pemukiman Warga Tergenang Air

Sementara itu, Charles Toto, seorang penggiat pangan lokal dan pendiri Papua Jungle Chef dalam webinar yang diselenggarakan baru-baru ini mengatakan, masyarakat adat di Papua telah memanfaatkan sumber daya alamnya untuk memenuhi kebutuhan pangan selama ratusan tahun secara turun-temurun menurut kearifan lokal

Sehingga, kata dia, yang harus diperhatikan selain memberikan bantuan sembako kepada masyarakat adalah memberikan alat kerja dan bibit-bibit tanaman unggulan. Kata dia, bibit unggulan yang bisa diberikan adalah bibit tanaman yang jangka waktu panennya pendek.

Pewarta: Maria Baru
Editor: Arnold Belau

Artikel sebelumnyaKasat Reskrim Polres Sorong Selatan Halang-Halangi PH Ketemu Klien
Artikel berikutnyaPERMATA Manado Tolak Pembangunan Koramil dan Kodim di Tambrauw