Karena Corona, Jangan Rusak Hutan Lindung dan Cagar Alam Cycloop

0
1579
Aktifitas masyarakat yang bercocok tanam di kawasan cagar alam di Kampwolker sebagai tempat mata air - (Leka - SP)
adv
loading...

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Wabah Corona Virus atau Covid-19 yang menyebar hingga ke Papua membuat masyarakat membuka lahan baru untuk membuat kebun agar menanam pangan lokal untuk di konsumsi selama masa karantina Covid-19.

Covid-19 membuat masyarakat mulai berbondong-bondong membuka lahan baru untuk buat kebun, namun lahan yang dibuka di beberapa tempat merupakan lahan cagar alam, hutan lindung dan mata air.

Direktur eksekutif Kamar Adat Pengusaha (KAP) Papua Mecky Wetipo mengatakan KAPP yang mencanangkan gerakan pemanfaatan pangan lokal Papua selama masa Covid-19, mengimbau kepada masyarakat untuk tidak membuka lahan rawan longsor, cagar alam dan mata air.

“KAPP sarankan, para pihak yang hendak berkebun, untuk berdiskusi dengan ondoafi dan atau kepala suku, meminta ijin penggunaan lahan berkebun di area dataran rendah,” katanya.

KAP Papua juga ingatkan masyarakat agar tidak membuka lahan di wilayah gunung/perbukitan. Dan jangan buka lahan di daerah aliran sungai.

ads
Baca Juga:  Bangun RS Tak Harus Korbankan Warga Sekitar Sakit Akibat Banjir dan Kehilangan Tempat Tinggal

“Karena kalau tidak diantisipasi lebih awal, banyak masalah yang bisa muncul,” kata Wetipo.

Dia menambahkan, untuk itu KAPP Meminta tokoh gereja, pemerintah (eksekutif/legislatif), wadah kultur-MRP, LSM, tokoh pemuda dan perempuan untuk bersama-sama mengimbau dan mengarahkan warganya menjalankan poin pertama di atas. Masyarakat harus dijelaskan dengan baik agar dapat memahami tujuan keselamatan alam dan dunia.

“Tentu KAP Papua juga akan mengambil bagian dalam konsolidasi ini,” katanya.

Kata Wetipo, imbauan di atas adalah penanganan oleh pihak eksternal. Sedangkan oleh internal, komunitas yang biasa berkebun di wilayah gunung, sumber mata air.

“Kami minta dengan hormat untuk mulai berpikir untuk kepentingan banyak orang baik saat ini maupun anak cucu kelak.”

Baca Juga:  Nomenklatur KKB Menjadi OPM, TNI Legitimasi Operasi Militer di Papua

“Tindakan menggunduli hutan adalah sama sekali tidak terpuji. Maka, para tokoh-tokoh di atas, mohon fasilitasi untuk mencari lahan baru untuk berkebun. Wilayah gunung cycloop dari ujung sampai ujung harus bebas dari kegiatan masyarakat, apapun itu bentuknya,” katanya.

Aktifitas masyarakat yang bercocok tanam di kawasan cagar alam di Kampwolker sebagai tempat mata air – (Leka – SP)

Satu dampak yang sudah kita rasakan, kata dia, yaitu akan debit air yang terus berkurang. Selain itu erosi yang bisa merusak segala sesuatu termasuk orang yang tidak tahu masalah sekalipun.

Sementara itu, Eka Kristina Yeimo, Dosen FKIP program studi Geografi di Universitas Cendrawasih Jayapura juga menambahkan hutan itu sebagai fungsi untuk penahan air yang meresap dan menyimpan air di dalam tanah sudah tidak ada lagi (gundul) yang ada perumahan dan kebun.

“Kita ketahui bersama mereka yang bangun rumah di atas resapan air dan perkebunan di kaki-kali gunung dapat berakibat fatal seperti banjir, longsor dan keringnya mata air,” katanya.

Baca Juga:  Mahasiswa Papua Minta Presiden Jokowi Copot Jabatan Pangdam XVII/Cenderawasih

Lanjut Eka, bila kita lihat di ujung-ujung gunung seperti di Kampwolker, jalan baru dan sekitarnya semua masyarakat kita mulai buka lahan untuk berkebun, harus tebang semua pohon-pohon di sekitar lalu membuat kebun, dan ini salah besar kenapa pemerintah dan dinas kehutanan tidak melarang mereka?

“Bukan berarti karena Covid-19 kita merusak alam, untuk bercocok tanam atau berkebun ada di daerah-daerah dataran rendah yang wajar,” katanya.

Kesalahan kedua, kata Eka, ini di lakukan oleh pemerintah, dalam aturan sudah ada mengenai daerah yang di lindungi seperti cagar alam, itu tidak boleh di sentuh atau ada aktivitas di tempat itu demikian juga di daerah resapan air.

REDAKSI

Artikel sebelumnyaDPRD Minta Pemkab Segera Salurkan Bantuan untuk Mahasiswa Intan Jaya
Artikel berikutnyaDenominasi Gereja di Papua Dukung Socratez Yoman