Hentikan Diskriminasi, Rasisme dan Kekerasan!

0
1559
Oleh: Pastor Martin Selitubun, Pr
Pastor di Keuskupan Agats, Papua
Beberapa hari belakangan ini, dunia dihebohkan dengan kematian George Floyd, seorang warga negara Amerika Serikat berkulit hitam, yang berdomisili di Minneapolis, Minesotta. Dia dicurigai menggunakan uang palsu di sebuah supermarket! dan belum terbukti kebenarannya. Menurut laporan keempat polisi berkulit putih yang datang, George melawan ketika hendak di tahan. Akan tetapi bukti CCTV dan video saksi dari saksi mata memperlihatkan tidak ada perlawanan sama sekali. Bahkan parahnya, lutut dari salah satu anggota polisi ini menekan batang leher George. Tidak ada perlawanan! George hanya berbicara berulang-ulang sambil menahan rasa sakit, ā€œtolong, saya tidak bisa bernafasā€, tetapi tetap diabaikan. Beberapa menit kemudian dia meninggal dunia. Pada bulan Februari 2020, Ahmaud Arbery, seorang African-American, ditembak mati pada saat sedang joging, oleh seorang mantan polisi dan anaknya. Anehnya, kedua pembunuh ini baru ditahan setelah video pembunuhan ini viral pada bulan April.
Secuil kisah diatas adalah jeritan, yang mewakili sekian banyak ketidakadilan berlatarkan ras dan diskriminasi yang disebabkan oleh perbedaan, tepatnya warna kulit. Kematian dua orang ini, ada contoh perlakuan buruk manusia, yang tidak memiliki rasa kemanusiaan. Dangkalnya pemahaman akan pluralitas membuat kemanusiaan seringkali dikerdilkan sebatas status, warna kulit, jenis rambut, asal pulau tertentu, atau nama marga. Parahnya, diskriminasi dan rasis ini ā€œdipeliharaā€ oleh orang-orang, warga pulau ini atau itu, bahkan ras tertentu secara (tidak) sadar. Bahkan penyakit ini dapat kita temui di saat melamar pekerjaan, cari kontrakan, saat mencari pasangan hidup, hendak adopsi anak, bahkan di tempat ibadah sekalipun. Superioritas atas yang minoritas memang masih eksis di zaman ini. Apakah Anda pernah mengalaminya? Inilah realitas hidup yang kita alami.
Dangkalnya pemahaman dan tidak meratanya pendidikan patut kita curigai sebagai biang kebrutalan degradasi moral ini. Jika hal ini dilakukan oleh orang mengakui dirinya sebagai manusia, maka sungguh sial para pendidiknya. Jika hal ini dilakukan oleh manusia yang mengakui dirinya beragama, maka sia-sialah beragama itu.
Semua manusia harus diakui dan dihormati. Hal ini bukanlah sebuah hadiah yang bisa diberikan, tetapi telah melekat bahkan sebelum manusia dilahirkan. Itu adalah hal mutlak. Menurut Nelson Mandela, ā€œTidak seorang pun terlahir untuk membenci orang lain dikarenakan perbedaan warna kulit, latar belakang, atau agamanya. Orang harus belajar untuk membenci, dan jika mereka dapat belajar untuk membenci, mereka pasti dapat diajarkan untuk mencintai, karena cinta datang lebih alami ke hati manusia daripada kebalikannya.ā€
Sahabatku, sudah saatnya kita merayakan perbedaan. Mulailah hal itu dari keluarga dan sekolah. Didiklah anak Anda, untuk menghargai keunikan dirinya sendiri dan orang lain. Bukalah pikirannya, bahwa perbedaan itu membuat dia dan orang lain unik dan berharga. Dampingilah dia, agar bisa menemukan ā€œkeindahanā€ dalam diri orang lain. Lebih dari itu, jika kelak dia tidak percaya pada Tuhan yang Anda sembah, ajarkan dia agar setidak-tidaknya, dia percaya dan menyembah nilai-nilai kemanusiaan, dengan: saling menghormati, mengasihi, memberikan yang terbaik bagi orang lain, bersikap adil terhadap sesama, tidak bersikap semena ā€“ mena, danĀ  bertindak sesuai norma dan aturan yang berlaku.
Hentikan tindakan diskriminatif dan dan rasisme di lingkungan, sekolah, tempat ibadah, dan tempat kerja kita!. (*)
Baca Juga:  Musnahnya Pemilik Negeri Dari Kedatangan Bangsa Asing
ads
Artikel sebelumnyaAmnesty: Rasisme Sistemik Terhadap Orang Papua Harus Dihapuskan!
Artikel berikutnyaPeter Oā€™Neill Tegaskan Akan Hadapi Kepemimpinan Pemerintahan Marape