Tanah PapuaMamtaAdriaan van der Bijl, Misionaris di Tanah Ndugama Tutup Usia

Adriaan van der Bijl, Misionaris di Tanah Ndugama Tutup Usia

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com— Pendeta Adriaan Van Der Bilj, misionaris dan perintis asal Kanada yang pertama kali membawa injil di tanah Ndugama, Nduga tutup usia di Toronto, Kanada pada tanggal 20 Augustus 2020.

Kepergian Alm. Adriaan Van Der Bijl membawa duka yang mendalam bagi segenap orang Nduga yang ada di seluruh tanah Papua, baik masyarakat awam maupun pemerintah.

Kabar kepergiannya pun dikenang orang Nduga dengan membuka duka oleh orang Nduga di mana saja mereka berada.

Masyarakat Nduga dan Pemerintah Kabupaten Nduga gelar duka bersama di Keneyam sejak 20 Agustus hingga berakhir 23 Agustus 2020.

Warga masyarakat Nduga dan Pemerintah Kabupaten Nduga ketika gelar acara penutupan Duka di Keneyam, tanggal 23 Agustus 2020. (Disediankan untuk SP)

Riwayat Hidup Alm. Adriaan Van Der Bijl

Adriaan Van Der Bijl lahir di Sumatera, Indonesia pada tanggal 19 November 1929, dari pasangan guru sekolah asing Belanda. Ayahnya berkebangsan Belanda dan ibunya keturunan Kanada – Amerika. Seusai Perang Dunia II, ia bergegas meninggalkan Indonesian tanpa diikuti sang ayah dan ibu, untuk kembali ke Belanda mengeyam dan memperdalam pendidikan spiritualnya.

Setibanya di negeri bunga tulip, ia bertemu dan menikahi seorang gadis muda yang saleh asal Prancis Selatan, Marie Jo-sephe Montet Sperat. Masa mudanya ia habiskan di Belanda bersama istrinya, sambil mempelajari ilmu yang digelutinya.

Baca Juga:  Seruan dan Himbauan ULMWP, Markus Haluk: Tidak Benar!

Pada tahun 1960, Christian and Missionary Alliance menugaskan dia ke tanah Papua, Indonesia. Ia bersama istrinya pertama kali menginjakkan kaki di Gakokebo Deiyai. Lalu ia memulai kariernya dengan merintis sekolah berpola asram Vervolgschol (VVS) di Gakokebo.

Ia banyak berjasa di daerah Meeuwo, terutama di kampung Gakokebo, distrik Tigi, Deiyai hingga pada tahun 1963.

Selama di Gakokebo, banyak jasa yang dibuatnya di sana. Memasuki 1962, Alm. Adriaan Van Der Bijl bersama Pdt. Ch.Paksoal dan Pdt. Levinus Rumaseb, menikahkan bapak Aser Madai dan Mama Paulina Pekey (Orang tua dari Louis Maday, anggota MRP Papua) secara budaya eropa, sebagai orang gunung Papua yang pertama menggunakan pakaian jazz dan baju pengantin dalam upacara pernikahannya di Gakokebo, Deiyai.

Berkarier di tanah Ndugama

Misionaris peradaban suku Nduga, Alm. Pdt. Adriaan Van Der Bijl. (ist)

Pada 31 Oktober 1963, ia berjalan kaki tiba di Mpenduma, Nduga melalui pos Jita. Ketika beliau bertemu Pdt. Geyimin Nirigi (korban penghilangan paksa tanggal 9 Januari 2019. Jazadnya diduga dibakar dibelakang rumahnya).

Baca Juga:  Direpresif Aparat Kepolisian, Sejumlah Massa Aksi di Nabire Terluka

Pada keesokan harinya, ia beralih profesi dari seorang guru menjadi pendeta, karena cinta dan kasih sayangnya terhadap kemanusiaan di sana. Selama berkarier di Mpenduma, Nduga, dia membawa sebuah transformasi peradaban di tanah Nduga, karena sosok yang multitalenta dan mampu membidangi semua sisi kehidupan manusia.

Dengan bekal menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, akhirnya dia berfokus pada pendidikan dan pelayanan penginjilan di tanah Ndugama. Waktu itu, ia ditemani Mijo, sang istri yang dicintainya. Ia membuka sekolah pemberantasan buta huruf dan sekolah persediaan (Pendidikan Dasar Alkitab).

Ditengah kesibukan pelayanan di Mpenduma, akhirnya ia mendatangkan beberapa tenaga misionaris yang membidangi kesehatan, administrasi dan guru. Kariernya tak sampai di situ, seusai membangun dan menjalankan misi mulia itu, ia mulai memenjuru di seluruh tanah Ndugama, dengan membangun Sekolah Dasar (SD) YPPGI, mempersiapkan kader-kader kesehatan yang handal untuk ditempatkan disetiap kampung di Wilayah Ndugama.

Baca Juga:  Raih Gelar Doktor, Begini Pesan Aloysius Giyai Demi Pelayanan Kesehatan di Papua

Melihat semua jasa yang dibuatnya itu, di setiap rumah milik warga Nduga dipajang sebuah tulisan dalam bahasa daerah Ndugamende yang artinya milik orang Nduga. Masyarakat di Nduga memajang tulisan itu, karena mereka merasa terharu dengan pelayanannya, serta dianggap sudah menjadi bagian dari orang Nduga, sebab pelayanan yang diberikan sungguh-sunggguh dilandaskan rasa cinta dan kasih sayang akan kemanusiaan.

Banyak orang asli Nduga yang telah didik dan dibina, untuk menjadi pembawa terang serta perubahan di tanah Ndugama.

Dalam penginjilan, ia mempersiapkan putra-putra terbaik di daerah Nduga seperti; Ajola Kogoya (disiapkan sebagai pendeta penerjemah bahasa Ndugama), Namine Wandikbo (disiapkan sebagai penerima injil dan pembaptisan di Geselema), mengkaderkan Darius Lokbere sebagai penerus penginjilan di tanah Ndugama. Dia juga mempersipkan orang-orang Nduga untuk membuka lapangan terbang di Yigi dan Mbua, akan tetapi mendapat tantangan, terpaksa mereka membuka lapangan terbang di Mpenduma.

 

Pewarta: Yance Agapa

Editor: Elisa Sekenyap

Terkini

Populer Minggu Ini:

Pertamina Patra Niaga Regional Papua Maluku Lakukan Sidak ke Sejumlah SPBU...

0
"Selain menggandeng Pemprov, Pemda, dan aparat untuk melakukan pengawasan, kami juga turut mengajak masyarakat untuk ikut mengawasi penggunaan BBM tepat sasaran. Jika masyarakat menemukan adanya penyalahgunaan dalam distribusi BBM terutama BBM subsidi, agar dapat dilaporkan ke pihak berwenang,” ujar Sunardi.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.