Surat Terbuka Mahasiswa Eksodus: Kami Masih ada di Papua

0
1760

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com— Posko umum mahasiswa dan pelajar exodus Papua se-Indonesia yang menjadi korban ujaran rasisme di Surabaya menyampaikan kepada seluruh rakyat Papua bahwa pihaknya masih berada di Papua, sejak kembali dari kota studi masing-masing di luar Papua.

“Kami mahasiswa eksodus buat surat ketegasan ke rakyat, agar rakyat bisa mengetahui posisi kami,” ujar Yusni Iyowau, Ketua Umum Posko Eksodus Mahasiswa dan Pelajar se-Indonesia kepada suarapapua.com, Jumat (4/9/20) malam.

Kami atas nama mahasiswa dan pelajar exodus masih ada sampai hari ini dan belum bubar. Kami sampaikan dengan tegas bahwa “sejak ujaran rasisme pecah di Surabaya, kami mendapatkan diskriminasi rasial berlapis bahkan intimidasi dan teror yang mengganggu psikis, psikologi bahkan sampai menimbulkan trauma.

  1. Ya, kita tahu sendiri bahwa persoalan diskriminasi rasial tidak akan pernah hilang, bahkan dalam Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) sudah menolak tindakan rasialis karena merendahkan martabat manusia. Penolakan itu sudah dikonvensi secara internasional tentang “penghapusan segala bentuk diskriminasi rasial” dan diberlakukan pada 4 Januari 1969. Dan ini bukan hal baru bagi kami orang Papua.
  2. Pasca ujaran rasis, banyak pihak dari berbagai latar belakang golongan, status dan kedudukan yang berbeda-beda mengutuk keras perlakuan oknum aparatur negara ( TNI/Polri) kolonial Indonesia, yang mengucapkan ujaran rasial terjadi pembiaraan dan tidak diproses hukum seadil-adilnya.
  3. Kami sebagai mahasiswa exodus yang hari ini masih bertahan, menuntut agar persoalan rasisme harus diselesaikan. Semua Tapol rasisme dan tahanan rasisme segera dibebaskan tanpa syarat, pasal makar dihapus, kasus 4 orang korban penembakkan di Ekspo harus dipertanggungjawabkan dan persoalan mahasiswa exodus sendiri harus diselesaikan.
  4. Kami berharap kepada seluruh rakyat Papua dan kawan-kawan solidaritas tanpa batas yang membenci dan mengutuk perlakuan rasialis, yang selalu dan diberikan kepada rakyat Papua sebagai kaum tertindas, maka kami mengajak kita sama-sama kawal persoalan rasisme, karena penanganan masalah Papua secara parsial tidak akan pernah selesai. Upaya itu sama saja dengan menghilangkan asap tanpa memadamkan apinya.
  5. Kami berharap kepada semua pihak untuk tidak mempolitisir isu mahasiswa exodus dalam kepentingan segelintir faksi, organ gerakan, bahkan kelompok tertentu.
  6. Kebencian diskriminasi rasial selalu diberikan kepada kami dan cinta anti rasialisme yang selalu kami berikan kepada mereka.
  7. Biarkan kami melihat dari sebuah kegelapan, apakah cahaya itu masih ada untuk kami melihat persoalan ini secara baik.
Baca Juga:  Sepuluh Tahun GempaR Papua Menyerukan Perdamaian Dunia

 

Pewarta: Yance Agapa

ads

Editor: Arnold Belau

 

Print Friendly, PDF & Email
Artikel sebelumnya45 Organ PRP Sikapi Manuver Otsus Jakarta
Artikel berikutnyaSidang Lanjutan Praperadilan Kapolda PB di PN Manokwari Ditunda Selasa Besok