WAMENA, SUARAPAPUA.com — Termotivasi dengan berbagai pengetahuan yang dibagikan para pemateri dalam kegiatan Latihan Kepemimpinan Kader (LKK) di aula Soska Paroki Kristus Jaya Wamena, salah satu peserta menyatakan siap pulang kampung untuk menjadi sahabat bagi generasi muda.
Adalah Ketan Yelipele, anak muda dari kampung Elarek, distrik Walaik, kabupaten Jayawijaya. Ia salah satu peserta LKK yang secara intens mengikuti seluruh materi selama tiga hari, (25-27/2/2021) pekan lalu.
Yelipele mengaku sangat bersyukur mendapat banyak pengetahuan baru dari kegiatan LKK. Kegiatan diadakan Dewan Pengurus Cabang Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (DPC PMKRI) Jayawijaya.
“Banyak materi yang saya dapat memang sangat bermanfaat. Dan satu hal yang saya ingat dari penjelasan dalam materi itu, kami peserta LKK dituntut untuk menjadi lilin kecil di setiap gereja di masing-masing kapela atau stasi. Kami diharapkan menjadi guru sukarela di sekolah-sekolah yang ada di kampung kami maupun daerah terpencil,” tuturnya.
Penyajian materi dari salah satu pimpinan perguruan tinggi di Jayawijaya, Marthen Medlama, bagi Yelipele, sangat menyentuh nuraninya karena memang sesuai fakta di daerah.
“Materi dari kakak Marthen Medlama berjudul peran pemuda dalam pembangunan. Saya senang sekali karena materinya sangat bermanfaat. Saya kira memang benar sesuai realita, banyak masalah yang harus ditangani. Ini juga tantangan bagi kami pemuda. Terus senior-senior juga membagikan pengalaman, itu memotivasi kami.”
“Kami juga dituntut untuk tidak harus jadi pegawai negeri setelah selesai kuliah, tetapi penting sekali untuk transfer pengetahuan itu kepada yang lain,” tutur Yelipele.
Karena itulah ia mengaku akan pulang kampung untuk menjadi relawan bagi generasi muda di tengah masyarakat distrik Walaik.
“Saya ingin menemani adik-adik di kampung, entah di sekolah maupun di luar jam pelajaran.”

Materi mengenai tata cara protokoler juga menarik perhatian 38 orang peserta LKK. Materi dibawakan Fero Haluk.
Pun dengan presentasi dari pemateri lain, Primus Oagai.
Primus bahkan mencairkan suasana saat memimpin langsung diskusi di sesi tanya jawab.
Arianus Lokobal, ketua presidium DPC PMKRI Jayawijaya, mengatakan, berbagai materi yang diberikan kepada para peserta LKK selama tiga hari dapat dipahami dengan baik untuk memacu semangat juang sebagai kader PMKRI.
Menurutnya, kader PMKRI harus siap memperjuangkan hak- hak masyarakat kecil sebagai warga negara Indonesia.
“PMKRI sebagai tempat menyiapkan kader terbaik yang siap berjuang bagi gereja, masyarakat dan bangsa, tentu tidak terlepas dari motto ‘Pro Ecclesia et Patria’. Kader gereja dan bangsa yang pada saatnya berperan penting di Jayawijaya dan pegunungan tengah maupun Papua umumnya,” kata Arianus.
“Kami harap melalui LKK ini lahir banyak kader yang punya intelektual dan wawasan bagus, kader berkarakter anak Tuhan, yang siap menjadi pembawa lilin di tengah kegelapan dunia, dan mampu melaksanakan tanggung jawab moril di semua aspek kehidupan,” lanjutnya.

Arianus juga menjelaskan status PMKRI sebagai organisasi kepemudaan berskala nasional yang juga mitra pemerintah, punya peran penting dalam mengawal kebijakan pemerintah. Mengontrol penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di tengah masyarakat.
Salah satu fungsi kontrol yang telah dilakukan PMKRI cabang Jayawijaya, kata dia, menyampaikan saran kepada pengambil kebijakan untuk melihat roda pemerintahan yang berjalan pincang lantaran sejumlah pimpinan organisasi perangkat daerah (OPD), juga jabatan sekretaris daerah (Sekda), belum dilantik.
Tidak itu saja, menurutnya, beberapa kepala distrik juga hingga kini belum dilantik. Status mereka pelaksana tugas dengan mengantongi nota tugas dinas.
“PMKRI telah mendorongnya melalui aksi demo damai, tetapi sampai sekarang belum ada respons. Jadi, banyak pejabat di lingkungan Pemkab Jayawijaya yang berstatus pejabat sementara itu memang harus segera dilantik. Pak Bupati sudah berjanji, sehingga janji itu yang kami tagih supaya dilaksanakan mengingat belum efektifnya roda pemerintahan dengan terbatasnya kewenangan mereka,” tutur Lokobal.
Belum definitifnya para kepala OPD imbuh dia, tentu saja akan berpengaruh dalam pekerjaan melekat, bakal sulit melakukan koordinasi di tingkat provinsi, apalagi dengan kementerian atau lembaga negara di Jakarta.
“Kan pasti dipertanyakan legalitasnya kalau hanya sebatas Plt. Ya, supaya lancar, jabatan mereka perlu dikukuhkan atau dilantik menjadi definitif,” ucapnya sembari menekankan hal ini semata-mata demi pembangunan di semua sektor, baik pelayanan administrasi maupun bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan lain-lain di kabupaten Jayawijaya.

Lokobal menyatakan, pengurus PMKRI bersama seluruh anggota dan senior siap mendukung seluruh proses pembangunan. Dukungan dan keterlibatan itu tentunya dengan cara memberikan masukan, saran, pendapat dan juga kritik yang sifatnya membangun.
Saat menutup kegiatan LKK, ia tak lupa mengucapkan terima kasih kepada pemerintah daerah beserta seluruh senior yang turut mendukung terselenggaranya pendidikan formal yang selama ini berlaku dalam PMKRI di seluruh Nusantara.
“Tiga hari sudah kami lalui hingga saat ini selesai dengan lancar dan aman. Secara resmi saya menutup kegiatan LKK ini. Pulanglah dengan membawa lilin-lilin kecil di tengah masyarakat,” pesan Lokobal.
Pewarta: Onoy Lokobal
Editor: Markus You