Tanah PapuaLa PagoRaih CPL, Nickson Stevi Yikwa Selesaikan Sekolah Pilot di New Zealand

Raih CPL, Nickson Stevi Yikwa Selesaikan Sekolah Pilot di New Zealand

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Keberhasilan Nickson Stevi Yikwa, seorang pelajar Papua yang telah menyelesaikan Commercial Pilot License (CPL) di Selandia Baru merupakan salah satu hasil dari kebijakan pemerintah provinsi Papua melalui program beasiswa.

Nickson Stevi Yikwa yang akrab disapa Stevi baru saja mencapai impian masa kecilnya menjadi seorang pilot di tanah suku Māori, Aotearoa, New Zealand. Ia menyelesaikan lisensi pilot komersialnya dari sekolah penerbangan Ardmore atau Ardmore Flying School pada tanggal 9 Maret 2021.

CPL adalah lisensi atau izin penerbang komersial. Dengan mengantongi CPS, seorang pilot diizinkan untuk menerbangkan pesawat udara komersil dengan membawa penumpang berbayar maupun tidak. Biasanya, CPL didapat setelah melewati PPL (Private Pilot Lisence).

Keberhasilan Stevi menjadi pilot juga merupakan impian gubernur provinsi Papua, Lukas Enembe dan wakil gubernur Papua, Klemen Tinal sejak mereka terpilih pada 2013.

Sejak tahun 2014, Pemprov Papua gencar-gencarnya mengirimkan banyak pelajar asli Papua ke luar negeri. Negara dimana putra-putri Papua sedang mengenyam pendidikan, diantaranya Selandia Baru, Australia, Inggris, Amerika, Kanada, Rusia, Singapura, China, Jerman, dan negara lain di dunia.

Tahun ini, akan ada beberapa mahasiswa yang lulus dari universitas-universitas ternama di Selandia Baru. Mahasiswa Papua yang akan selesai pada tahun ini terdiri dari mahasiswa S1 maupun S2.

Kesuksesan Stevi adalah kisah sukses pertama tahun ini, berhubung beberapa putra-putri Papua akan selesai pada pertengahan dan akhir tahun ini.

Stevi, anak kedua dari enam bersaudara ini mengaku sangat bersyukur atas apa yang telah ia capai saat ini. Ucapan terima kasihnya terutama disampaikan kepada Gubernur Lukas Enembe dan semua pihak yang terlibat dalam perjalanan studinya.

Stevi mengatakan untuk mencapai level tersebut, ia telah melalui banyak tantangan sejak pertama kali tiba di New Zealand, 2014. Beberapa tantangan yang ia hadapi diantaranya, kendala bahasa, cultural shock, sistem pendidikan, cuaca, beban keluarga, dan hal lainnya.

“Ketika saya pertama kali datang ke Selandia Baru, saya sama sekali tidak bisa berbicara bahasa Inggris. Yang saya tahu hanya beberapa kalimat seperti my name is, how are you?, what is your name?, dan i am fine. Itu saja,” kata Stevi.

Baca Juga:  Bonny Lanny Minta Pengukuran Pembangunan Kantor Gubernur PP Dihentikan

Berasal dari keluarga besar, ia memikul beban yang sangat besar tentang bagaimana memberikan teladan bagi saudara-saudarinya. Setelah selesaikan SD hingga SMA di SMA YPPK Asisi Sentani, Stevi mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan materi yang disajikan di kelas, mengingat bahasa Inggrisnya belum mantap.

Stevi mengaku sangat bersyukur karena ia selalu dikelilingi oleh guru yang baik, instruktur yang kompeten dan rendah hati, dan orang-orang dari gereja. Ia juga bersyukur punya teman-teman pergaulannya.

Karena banyak tantangan yang datang selama studinya, Stevi merasa hampir putus asah. Tetapi dibenaknya, ia selalu mengedepankan orang Papua.

“Saya harus menjadi pilot karena masyarakat saya di daerah terpencil membutuhkan saya dan menunggu saya pulang sebagai pilot dan melayani mereka,” tekadnya.

“Sambil berpegang pada pemikiran seperti ini, saya selalu menaruh kepercayaan saya kepada Tuhan. Saya mendapat dukungan dari orang-orang hebat di sekitar saya dan saya benar-benar berkomitmen pada diri saya untuk selalu belajar dengan tekun,” kata Stevi.

Ia menjelaskan, selama mengikuti program Bahasa Inggris di IPU New Zealand Tertiary Institute, telah mencoba lebih dari 10 tes baik TOEIC maupun IELTS untuk masuk ke sekolah penerbangan. Itu bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan karena bahasa Inggris adalah bahasa ketiganya dan ia tidak memiliki bahasa Inggris dasar ketika pertama kali datang ke New Zealand.

Atas nama keluarga Stevi, Amos Yikwa, mengaku sangat bangga dengan pencapaian Stevi di Selandia Baru.

Karena itulah Amos mengucapkan terima kasih kepada gubernur Lukas Enembe dan pemerintah provinsi Papua yang telah memberikan beasiswa kepada Stevi.

“Semua keluarga besar sangat berterima kasih kepada bapak Lukas Enembe dan semua orang yang telah berkontribusi untuk kesuksesan anak kami Stevi Yikwa.”

Amos Yikwa menuturkan, setahu dia, Stevi merupakan siswa pertama dari kabupaten Tolikara yang resmi menyelesaikan sekolah penerbangan di luar negeri. Menurutnya, ini sangat berarti bagi mereka sebagai keluarga dan masyarakat Tolikara dan Papua umumnya.

Baca Juga:  Bawaslu Lanny Jaya Larang ASN Terlibat Kampanye Pilkada

Di mata mantan wakil bupati kabupaten Tolikara ini, Stevi anak yang sangat penurut. Tidak sembarang bermain dengan teman. Kegiatan sehari-harinya adalah pergi ke sekolah, membantu orang tuanya di rumah, mengikuti kegiatan gereja, dan bermain sepak bola.

“Saya berharap saat Stevi kembali ke Papua, dia akan dipakai Tuhan untuk melayani umatNya terutama di daerah dataran tinggi terpencil yang sangat membutuhkan jasa penerbangan,” kata Yikwa.

Sementara itu, Sutikshan Sharma, instruktur Stevi di Ardmore Flying School, mengatakan, suatu kehormatan baginya untuk membantu siswa mencapai impian mereka menjadi seorang pilot.

Sharma mengaku memiliki siswa seperti Stevi yang telah melalui banyak tantangan merupakan hal yang patut dipuji.

“Apa yang dapat saya ceritakan kepada Anda tentang Stevi adalah bahwa dia pekerja keras, jujur ​​dan dia tahu tujuannya, dia tahu apa yang dia inginkan, dan dia bekerja untuk itu.”

“Stevi telah melalui banyak hal. Dia harus belajar bahasa Inggris karena bahasa Inggris bukanlah bahasa pertamanya. Datang ke negara dimana bahasa Inggris bukan bahasa pertama mereka dan melakukan studi yang berat seperti penerbangan adalah pencapaian tersendiri. Secara jujur saya sangat memuji dia untuk itu dan apa yang telah dia capai,” kata sang instruktur.

Sharma menjelaskan, saat menjalani uji terbang, Stevi lulus dengan 85% dari 100%.

Sharma juga mengungkapkan bahwa penguji sangat senang karena standar yang telah dicapai oleh Stevi adalah standar yang sangat baik dan sangat sulit bagi siswa untuk mencapai level tersebut.

Marveys Ayomi, koordinator beasiswa provinsi Papua di Selandia Baru yang menyeleksi Stevi sebagai penerima beasiswa Pemprov Papua pada tahun 2014 mengatakan, keberhasilan studi mahasiswa tidak serta merta dilihat dari kemampuan akademis. Ia percaya bahwa kekuatan diri juga merupakan salah satu atribut yang berkontribusi terhadap kesuksesan Stevi dan mahasiswa Papua lainnya yang telah menyelesaikan studinya.

Baca Juga:  257 CPNS Kabupaten Lanny Jaya Mengikuti Ujian Tertulis di Tiom

“Menjadi seorang akademisi dan juga dalam posisi ini, sebagai koordinator beasiswa terkadang kita mengabaikan pentingnya kekuatan diri (self-strength) dan dorongan individu serta motivasi untuk sukses,” kata Ayomi.

Putra Papua pertama yang menjadi dosen di New Zealand itu menyebut kekuatan mental adalah kuncinya. Ayomi yakin ketika mahasiswa memiliki kemampuan akademis yang tepat, maka mereka pasti akan berhasil, namun itu bukan satu-satunya atribut yang berkontribusi terhadap keberhasilan seseorang.

“Dibutuhkan lebih dari itu dan saya pikir mental atau kekuatan batin yang dimiliki Stevi mungkin adalah faktor pendorong utama di balik kesuksesannya dan keyakinan untuk percaya bahwa saya bisa melakukannya. Itu bukan perjalanan yang mudah, tetapi sejak dari awal saya tahu dia mampu mencapai tujuannya,” kata Ayomi.

Ayomi yang dipercayakan sebagai koordinator beasiswa sejak tahun 2014 itu menyadari bahwa melayani mahasiswa Papua adalah suatu kehormatan besar dalam hidupnya. Ia mengaku sangat bahagia melihat Stevi mencapai mimpinya karena pada akhirnya orang Papua juga melihat hasil dari apa yang telah mereka investasikan sejak beberapa tahun lalu.

Ayomi sepakat bahwa semua orang tua di Tanah Papua ingin melihat anak-anak mereka berprestasi atau menyelesaikan studi dengan baik.

“Seperti yang selalu dikatakan mantan presiden Amerika, Barack Obama, ‘Yes We Can’. Saya yakin orang Papua juga bisa menjadikan dunia ini tempat yang lebih baik. Jadi, apa yang harus dilakukan oleh mahasiswa Papua tidak hanya bangga menjadi orang Papua, tetapi perlu wujudkan rasa bangga itu dengan belajar yang tekun. Dengan pemikiran begitu, tentu kita tidak boleh berada di deretan belakang, tetapi kita harus berada di garis depan,” tutur Ayomi.

Stevi berpesan, “Jika orang lain bisa melakukannya, kami juga bisa. Jadi, bagi mahasiswa Papua dimanapun Anda berada, apapun yang Anda lakukan, dan kapan pun Anda melakukannya, terapkan prinsip ‘Ora Et Labora’ dan jangan pernah menyerah pada tantangan apapun.”

Pewarta: Agus Pabika
Editor: Markus You

Terkini

Populer Minggu Ini:

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.