NABIRE, SUARAPAPUA.com — Gerakan Nabire bersih yang telah dicanangkan penjabat bupati dokter Anton Mote disambut baik berbagai pihak dengan satu tujuan, mengembalikan wajah kota yang bersih dan sehat.
Sejumlah kepala suku di kabupaten Nabire menyatakan mendukung kebijakan pemerintah daerah menyikapi persoalan sampah yang selama beberapa tahun sulit ditangani hingga daerah ini dijuluki kota sampah dari sebelumnya kota emas.
“Kebijakan dari penjabat bupati Nabire ini sudah tepat untuk atasi persoalan sampah dengan baik. Nabire sekarang sudah rusak karena banyak sampah. Dulu tidak seperti begini. Saya sudah lama tinggal di Nabire. Pemerintah daerah sekarang dengan kebijakan bagus ini harus semua orang dukung,” ujar Ayub Wonda, kepala suku besar Dani, Damal, Dauwa, Nduga (D3N) kabupaten Nabire, Rabu (16/6/2021).
Pencanangan gerakan Nabire bersih dipimpin langsung dr. Anton Mote, Senin (14/6/2021). Launching diadakan di halaman kantor bupati Nabire, dihadiri pimpinan organisasi perangkat daerah (OPD), ASN, para lurah, kepala desa, RT, RW, tokoh masyarakat, perempuan, pemuda, juga perwakilan sejumlah komunitas yang bernaung dibawah komunitas peduli Nabire (KOPENA).
“Kemarin sudah dicanangkan, jadi semua orang wajib patuhi anjuran pemerintah daerah. Buang sampah harus pada tempatnya. Jangan sembarang. Kita semua harus sadar. Nabire harus jadi kota bersih. Saya sangat mendukung dan himbau supaya jangan sembarang buang sampah,” ujar Ayub.
Senada, Fermianus Youw, kepala himpunan suku Mee di Nabire, mengatakan, pencanangan gerakan Nabire bersih harus ditindaklanjuti oleh semua pihak agar persoalan sampah bisa dieliminir.
“Nabire menjadi kota sampah, kesannya sangat tidak baik. Selain pemerintah, ini tugas kita semua untuk jaga Nabire tetap bersih,” kata Fery.
Untuk itu, ia mengajak seluruh warga masyarakat dan siapapun yang berdomisili di kabupaten ini agar ada kesadaran terhadap sampah tak lagi dibuang di sembarang tempat.
“Himbauan pak penjabat bupati, kita laksanakan. Sampah ditaruh di depan rumah supaya petugas kebersihan angkut dengan truk. Ini sangat tepat. Kita semua dukung. Nabire harus bersih, jangan ada julukan kota sampah lagi,” ujarnya.
Dukungan sama datang dari dr. Andreas Pekey, direktur RSUD Nabire.
Menurutnya, gerakan Nabire bersih harus direalisasikan karena tak sekadar kebersihan lingkungan, tetapi dampaknya terhadap kesehatan masyarakat.
“Masyarakat sehat kalau lingkungan juga sehat, bersih. Saya bersama seluruh jajaran di RSUD Nabire sangat mendukung kebijakan pemerintah memberlakukan gerakan Nabire bersih,” kata dokter Pekey.
Salah satu cara yang diberlakukan manajemen RSUD Nabire, pembuangan sampah tak boleh di sembarang tempat.
“Setiap orang yang berkunjung ke rumah sakit ini wajib tidak buang sampah sembarang. Semua harus sadar bahwa Nabire memang penuh dengan sampah. Persoalan sampah sampai hari ini belum tuntas ditangani,” tuturnya.
Dokter Anton Mote menyatakan, gerakan yang dicanangkan ini upaya bersama mengembalikan wajah Nabire bersih.
“Saya lihat kondisi Nabire memang penuh dengan sampah. Tiap hari selalu ada sampah di mana-mana. Sampah sudah merusak wajah kota kita ini. Dengan launching gerakan ini, semoga semua pihak punya tanggung jawab bersama untuk menangani persoalan sampah di kabupaten Nabire,” ujar Mote.
Tak cuma tugas pemerintah, ia ingatkan, masyarakat juga wajib mengambil peran penting dalam menjaga kabupaten Nabire bersih dari sampah. Minimal di sekitar rumah dan lingkungan, tak ada lagi sampah berserahkan seperti selama ini.
“Kita semua ini yang harus jaga daerah bersih. Jangan ada sampah di sembarang tempat. Kami sarankan, sampah harus ditaruh di depan rumah, nanti diangkut oleh petugas kebersihan dengan fasilitas yang disediakan pemerintah daerah,” bebernya.
Dari beberapa titik pembuangan sampah yang ada saat ini, penjabat bupati memerintahkan kepada instansi teknis untuk segera eksekusi. Tumpukan sampah diminta segera diangkut hingga ke tempat pembuangan akhir (TPA).
Onesimus Bonay, kepala Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup (DKLH) kabupaten Nabire, menyatakan siap amankan perintah penjabat bupati saat launching gerakan ini.
Meski diakui Bonay selama ini sangat terkendala dengan ketersediaan sarana pendukung, pembersihan sampah tetap dilanjutkan. Ia juga berterima kasih karena kendalanya sudah teratasi.
Selain mengotori wajah kota, ekses dari sampah menurut dokter Anton, berdampak pada kesehatan masyarakat di kabupaten ini.
“Limbah sampah sangat berpengaruh terhadap kesehatan kita. Bisa muncul penyakit cacingan, tetanus, hepatitis A, demam berdarah, keracunan makanan, infeksi kulit, dan lainnya. Itu semua dampak dari lingkungan yang kotor. Sampah sumber utama lingkungan kotor. Nabire harus bersih dari sampah.”
Dokter Anton memastikan sumber daya manusia (SDM) maupun fasilitas penunjang sudah disiapkan pemerintah untuk mendukung terwujudnya gerakan Nabire sehat.
“Tanggung jawab pemerintah untuk menyiapkan tenaga dan fasilitas. Sekarang butuh kesadaran dari setiap orang untuk bertanggungjawab terhadap kebersihan di kabupaten Nabire dengan tidak lagi buang sampah di sembarang tempat,” tegasnya.
Pencanangan gerakan ini menurut Mote, lantaran prihatin dengan masalah persampahan di kabupaten Nabire.
“Sebagai anak Nabire yang lahir dan besar di kabupaten ini, saya sangat prihatin dengan persoalan sampah. Memang parah, Nabire sudah berubah dengan banyaknya sampah tiap hari. Ini perlu ada gerakan secara sadar untuk merubah kondisi secara keseluruhan,” imbuhnya lagi.
Usai dilantik sebagai penjabat bupati Nabire di Jayapura, dokter Anton setelah tiba di tempat tugas sempat memantau langsung sejumlah titik pembuangan sampah di pasar Karang Tumaritis, pasar Kalibobo, terminal Oyehe, dan lokasi terminal lintas kabupaten di Jayanti.
Di masa kepemimpinan Anselmus Petrus Youw (1999-2009), wajah kota Nabire tampak bersih. Kala itu AP Youw canangkan “Nabire berseri”, yang artinya bersih, sehat, rindang, dan indah.
Pewarta: Markus You