Pengungsi Intan Jaya: Jangan Bunuh Kami, Kami Mau Hidup Seribu Tahun

0
1329

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — “Jangan bunuh kami secara halus. Kami mau hidup seribu tahun lagi. Intan Jaya butuh kedamaian” demikian aspirasi ribuan masyarakat yang dituangkan dan disampaikan lewat sebuah baliho kepada Bupati Intan Jaya, Dandim Persiapan, Pihak Kepolisian, dan sejumlah pejabat bertemu mereka di halaman gereja Katolik Paroki St. Michael Bilogai, Dekenat Moni Puncak Jaya, Rabu (3/10/2021).

Aspirasi yang dituangkan dalam baliho itu disampaikan kepada bupati dan rombongannya. Mereka juga menyatakan sikap menolak rencana Jakarta untuk menggarap Blok Wabu.

Rombongan bupati terdiri dari Bupati, Dandim, Sekda, Kepala dinas DPMK, Kepala Dinas Sosial, Kepala Dinas Pariwisata, Melianus Belau (anggota DPRD), Marthinus Maiseni (Anggota DPRD) dan beberapa ASN.

Bupati Natalis Tabuni ketemu dengan ribuan masyarakat dari kampung Bilogai, Kumbalagupa dan Baitapa di halaman gereja Katolik Paroki St. Michael Bilogia, 3 November 2021. (Dok Kalema untuk Suara Papua)

Bupati Kabupaten Intan Jaya, Natalis Tabuni beserta sejumlah pejabat tiba di Intan Jaya pada Selasa (2/10/2021) kemarin lewat sebuah pesawat emergency. Pesawat yang mendarat kemarin adalah untuk pertama kalinya setelah Jumat pekan kemarin seluruh penerbangan dibatasi untuk terbang ke Sugapa karena konfdisi keamanan yang tidak kondusif.

Dandin Persiapan Kab. Intan Jaya saat sampaikan pesan kepada masyarakat. (Akim untuk Suara Papua)

Pertemuan antar Bupati, Dandim dan sejumlaha pejabat direncanakan dilakukan kemarin. Namun pertemuan tersebut tidak terjadi karena saat hendak melakukan pertemuan, sudah terjadi kontak senjata antara TPNPB dan TNI/Polri di sekitar Bilogai dan Mamba.

ads

Bupati dan Dandim Bertemu Masyarakat

Dalam pertemuan yang dilakukan pada siang tadi, bupati memberikan bantuan bama secara simbolis di tiga gereja yang saat ini sedang menampung para pengungsi. Yakni Gereja Katolik Bilogai, Gereja GKII Tigamajigi dan Gereja Katolik Stase Waboagapa.

Baca Juga:  Soal Satu WNA di Enarotali, Begini Kata Pakum Satgas dan Kapolres Paniai

Bupati Natalis, kepada suarapapua.com dari Sugapa membenarkan bahwa pihaknya telah bertemu dengan masyarakat dan telah memberikan bantuan secara simbolis di tiga gereja.

Menurutnya, lambatnya pemberian bantuan bama tersebut bukan karena tidak ada bama, melainkan karena tidak ada penerbangan ke Sugapa sehingga akses untuk droping bama dari Timika maupun Nabire terhambat.

“Sebenarnya bukan tidak ada stok bama. Bama ada. Tetapi karena tidak ada penerbangan sehingga kami baru menyerahkannya secara simbolis kepada warga yang ada di tiga gereja. Kami akan tetap bantu mereka. Kami juga harapkan agar kondisi daerah ini segera kondusif supaya masyarakat bisa pulang dan bisa beraktifitas seperti biasa,” jelas Tabuni dari Sugapa.

Bupati juga mengatakan, dia telah menghimbau kepada masyarakat bahwa telah diberlakukan jam malam. Bupati juga mengakui bahwa ddia telah menerima aspirasi dari masyarakat terkait dengan penolakan blok Wabu.

Baca Juga:  PMKRI Kecam Tindakan Biadap Oknum Anggota TNI Siksa Warga Sipil di Papua

“Puji Tuhan kami sudah serahkan bantuan bama. Kami juga sudah terima aspirasi penolakan blok wabu dari masyarakat,” terangnya.

Masyarakat Menolak Bantuan dari Pemerintah

Karpus Belau, seorang guru dan Intelektual di Sugapa kepada media ini menegaskan bahwa masyarakat yang sedang mengungsi di kompleks misi tidak membutuhna bantuan makanan dari pemerintah.

“Tadi waktu pertemuan dengan bupati kami sudah sampaikan bahwa kami tidak butuh bahan makanan. Kami hanya butuh kedamaian. Kami mau pulang ke rumah kami. Kami ingin daerah kami aman dan damai. Maka kami meminta jaminan dari pemerintah dan pihak-pihak terkait untuk menjamin keamanan di daerah kami,” tegasnya kepada suarapapua.com saat dihubungi secara terpisah.

Kata dia, masyarakat sedang hidup dalam ketakutan karena konflik yang sudah terjadi sejak 2019. Manurutnya, kondisi yang sedang dialami masyarakat saat ini jauh lebih parah dibanding sebelumnya.

Baca Juga:  Soal Pembentukan Koops Habema, Usman: Pemerintah Perlu Konsisten Pada Ucapan dan Pilihan Kebijakan

“Kalau sebelumnya, saat kejadian kami mengungsi ke gereja lalu pulang lagi. Tetapi kali ini parah. Karena sudah sembilan hari berada di gereja dan kompleks misi Bilogai. Kami ingin pulang ke rumah. Yang kami minta ke pemerintah dan pihak terkait adalah jaminan keadaman di daerah Intan Jaya,” tambahnya.

Dia menambahkan, aspirasi yang kami tulis dan sampaikan lewat sebuah spanduk tersebut merupakan buah aspirasi dari masyarakat setelah mengalami gejolak kontak senjata sejak akhir tahun 2019 hingga saat ini.

Kemudian, saat Bupati, Dandim dan rombongannya bertemu dengan masyarakat dari kampung Yokatapa, Wandoga dan sebagian masyarakat dari Bulagi, masyarakat menyampaikan aspirasi serupa.

Bupati dan rombongannya saat bertemu dengan masyarakat yang mengungsi di gereja stase waboagapa.

Seorang Intelektual dari kampung Yokatapa, Ayub Sondegau kepada bupati dan rombongannya menegaskan bahwa masyarkat menolak Blok Wabu. Sebab karena adanya blok Wabu terjadi konflik dan kehidupan masyarakat menjadi tidak aman.

Di Gereja Waboagapa dan Tigamajigi, bupati juga telah menyampaikan pesan yang sama. Diantaranya terkait dengan pemberlakuan jam malam, enam poin imbauan pemerintah daerah, dan bantuan makanan.

Bupati Tabuni mengakui bahwa masyarakat telah menyampaikan aspirasi terkait penolakan Blok B Wabu.

Masyarkat Mengungsi ke Tiga Gereja

Anggota DPRD Kab. Intan Jaya yang sedang berada di Sugapa, Marthinus Sani mengatakan, masyarakat yang mengungsi semua terfokus di Gereja Bilogai, Gereja Tigamajigi dan Gereja Waboagapa.

Anggota DPRD Kab. Intan Jaya, Martinus Sani sampaikan pesan kepada masyarakat di halaman gereja Stase Waboagapa.

“Kalau untuk masyarakat dari Mamba, tidak ada pengungsian. Mereka tinggal di rumah masing-masing. Masyarakat dan ASN yang tinggal di barak pemerintah sudah turun dan kembali tinggal dengan masyarkat di Mamba. Sedangkan untuk masyarakat dari Bulagi dan Galunggama, sebagian sudah naik gabung dengan masyarakat yang tinggal di Waboagapa,” jelasnya.

Dia menambahkan, sebagian masyarakat dari Mamba telah pergi ke Kampung Jalai.

Sudah 9 hari masyarakat telah mengungsi ke tiga gereja di Sugapa. Dalam pertemuan dengan masyarakat, bupati telah menyampaikan bahwa masyarakat akan pulang jika dalam dua hari  kedepan sudah tidak ada kontak senjata lagi.

Pewarta: Arnold Belau

Artikel sebelumnyaBupati Intan Jaya Keluarkan Enam Imbauan Terkait Kondisi Terkini
Artikel berikutnyaPemkab Intan Jaya Bantu Bama untuk Warga yang Mengungsi ke Tiga Gereja