Kisah Para Albino Papua di Masa Lalu

0
3835

Apa itu Albanisme? 

Albino atau albinisme adalah seseorang yang memiliki atau mengalami kelainan genetik pada tubuh dimana seseorang kekurangan melanin maupun sama sekali tidak memiliki pigmen warna tersebut. Kelainan ini menyebabkan adanya perubahan warna pada muka, rambut, mata dan perubahan pada seluruh tubuh. Albinisme hampir dijumpai dan ditemui di seluruh dunia, entah dari berbagai suku manapun. Tanah Papua yang terdiri dari beragam suku bangsa, dapat ditemui pula, orang-orang yang mengalami albinisme.

Di tanah Papua, orang albino memiliki istilah atau nama khusus untuk menyebut mereka yang mengalami kelainan genetik. Misalnya, orang Biak Numfor menyebut albino laki-laki sebagai “Mansamyar” sedangkan albino perempuan disebut “Binsamyar”. Cerita-cerita rakyatpun banyak mengisahkan tentang para albino Papua. Kerap orang Albino di Papua sering diidentikan dengan orang Bule (orang Barat).

Ada salah satu kisah di pulau Biak, khususnya di Biak Utara ada sebuah batu yang dinamakan “Karui Berik” jika diterjemahkan berarti “batu merah” yang konon katanya jika seseorang menginjakkan kakinya di atas batu tersebut, kalau dia kelak memiliki anak, anaknya akan menjadi albino, rambutnya akan memerah seperti batu karui berik.

Baca Juga:  Mengungkap January Agreement 1974 Antara PT FI dan Suku Amungme (Bagian II)

Kisah Albino Papua

ads

Pada 2021, Indonesia digemparkan dengan seorang wanita Papua, yang kecantikannya bak boneka barbie. Gadis Papua asli Ansus kepulauan Yapen ini, menjadi viral di media sosial, banyak warganet memuji keelokan parasnya. Perempuan Ansus bernama Herolena Beroperay adalah salah satu dari sekian banyaknya albino Papua di bumi Cenderawasih pada abad ke-21 yang viral.  Lebih dari 200 ratus tahun yang lalu, ada seorang Perempuan Albino Papua yang diabadikan dalam catatan sejarah abad ke-18.

Potret dua remaja asal Serui, salah satunya Albino, 1937 (Sumber foto: KITLV)

Sebuah catatan tertulis menjelaskan tentang seorang perempuan Papua Albino yang dibawa dari Papua sebagai buruh di Ternate. Kisah sang perempuan Albino Papua ini ditulis oleh seorang Pendeta di Batavia, Josua van Iperen (1726-1780).

Baca Juga:  Freeport dan Kejahatan Ekosida di Wilayah Suku Amungme dan Suku Mimikawee (Bagian 4)

Dalam bukunya Beschryvinge Van Eene Blanke Negerin Uit de Papoesche Eilanden, dikatakan bahwa ada seorang seorang negro kulit putih dari pulau-pulau Papua.  Perempuan Albino Papua ini bernama “Penau”, dia dibeli orang Belanda (masa VOC), kemudian diberangkatkan ke Ternate dan bekerja sebagai buruh disana. Asal muasal perempuan albino ini tidak disebutkan dari wilayah Papua manakah dia berasal, tapi ada kemungkinan bahwa Penau berasal dari wilayah Onin Fakfak Papua Barat.

Tak hanya di Ternate, pada 1779, ia dikirim lagi ke Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen untuk mendapatkan pendidikan. Mungkin dialah salah satu putri Papua yang mendapatkan pendidikan pada pertengahan abad ke-18. Josua van Iperen juga menjelaskan ciri-ciri fisik dari Penau albino Papua ini, yakni kulitnya putih, rambutnya keriting merah kuning muda, dan bola matanya berwarna biru. Penau diabadikan dalam sejarah tertulis abad 18 sebagai perempuan Albino Papua pertama yang ditulis oleh orang Belanda.

Baca Juga:  Vox Populi Vox Dei

Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde (KITLV) menyimpan rekam jejak potret albino Papua, yang dipotret pada 1920, 1930 dan 1937.  Baik catatan tertulis, dokumen foto maupun kisah-kisah epik albino Papua telah menyimpan sejarah panjang orang Papua Albino yang sejak dulu menjadi daya tarik bagi para sejarawan Eropa terkemuka.  (*)

)* Artikel ini disadur dan diterbitkan ulang dari pustakapapua.com setelah mendapat izin untuk menerbitkan ulang dari pengelola situs web Pustaka Papua. Anda bisa membaca artikel-artikel menarik tentang Papua di PustakaPapua.com

SUMBERPustaka Papua
Artikel sebelumnyaPRP Desak DPRP dan MRP Eksekusi Aspirasi Rakyat Papua
Artikel berikutnyaDua Perusahaan di Merauke Diminta Bertanggungjawab Pulihkan Sumber Kehidupan Masyarakat