JAYAPURA, SUARAPAPUA.com— Gempa berkekuatan 7,6 SR yang telah menguncang Papua Niugini (PNG) pada 11 September 2022 telah menelan korban nyawa sebanyak 7 orang. Daerah yang paling terdampak parah adalah daerah pedesaan yang terpencil.
Selain itu, gempak yang melanda daerah pegunungan PNG itu merusak bangunan serta infrastruktur penting. Gempa sendiri terguncang kuat hingga terasa di seluruh PNG, termasuk di wilayah Papua.
Setelah gempa 7,6 SR, terjadi pula gempa susulan berkekuatan 5,0.
Komisaris Polisi David Manning mengatakan tiga kematian telah dilaporkan dari Distrik Kabwum dan ada sejumlah korban luka yang tidak diketahui.
Evakuasi medis telah dilakukan dari Kabwum, dan tanah longsor diidentifikasi di Bulolo, Wau dan Boana. Kerusakan dialami di sejumlah rumah warga, jalan umum dan jalan raya, serta infrastruktur Pembangkit Listrik Muya.
Manning memperingatkan orang-orang untuk waspada terhadap gempa susulan.
Koresponden RNZ Pacific di Papua Nugini, Scott Waide, sedang berada di rumahnya di Lae ketika gempa berkekuatan 7,6 SR itu menguncang PNG.
“Biasanya kami mengalami gempa bumi, tetapi berlangsung selama 30 detik, 40 detik, dan satu menit saja. Namun yang ini terjadi terus menerus dan semakin intensif. Jadi kami membawa semua anak kami ke merebah ke tanah,” kata Waide.
“Tetapi bahkan di tanah, rasanya seperti gelombang yang melewatinya bumi. Jadi kami harus menjauh dari tiang listrik, untuk berjaga-jaga jika tiang listrik tumbang. Cukup mengerikan melihat kondisi mengerikan ini terjadi tepat di depan rumah kami.”
Sementara di ibu kota Port Moresby dilaporkan terdampak gempa, dan muncul kepanikan oleh warga.
namun Terletak di “Cincin Api” Pasifik, orang Papua Nugini terbiasa dengan gempa bumi tetapi penduduk Port Moresby Gorethy Kenneth, seorang jurnalis senior di South Pacific Post , mengatakan ada kepanikan di ibu kota.
“Saya sedang bersiap-siap untuk pergi ke kantor untuk bekerja. Anak-anak saya menonton televisi dan sementara saya minum kopi. Kami tinggal di kompleks dengan 10 unit dan tiba-tiba gempa. Semua orang mulai berteriak dan berlari keluar rumah,” kata Gorethy Kennet, seorang jurnalis senior South Pacific Post di Port Moresby .
“Saya hanya berdiri di sana, saya berpikir ‘apa yang akan terjadi’, dan kemudian saya membawa anak-anak ke luar sambil mematikan TV.”
Banyak rumah dan infrastruktur yang rusak
Dilaporkan, sebagian besar beton beton terjadi keretakan, rumah roboh dan jalan jalan rusak di sebagian kota di PNG.
Foto-foto media sosial menunjukkan ada sebuah asrama dari sebuah universitas lokal di kota Goroka, daerah pegunungan PNG telah rusak.
Meskipun daerah perkotaan tampaknya sedikit aman dari dampak tersebut, namun ada muncul kekhawatiran besar bagi warga yang tinggal di pedesaan dekat pusat kota.
“Yang dikhawatirkan banyak orang adalah laporan dari daerah pedesaan, karena ada laporan tanah longsor. Sulit untuk mendapatkan informasinya karena banyak tempat yang tidak memiliki jangkauan jaringan,” kata Waide.
Perdana Menteri James Marape mengatakan kerusakannya kurang dari gempa berkekuatan 7,5 yang melanda Papua Nugini pada 2018, yang menyebabkan lebih dari 160 kematian.
Tak lama setelah gempa bumi baru-baru ini, Marape mengatakan bahwa dia telah diberitahu oleh para ahli bahwa gempa tersebut merupakan akibat dari pergeseran lempeng daripada pergerakan kerak tektonik yang lebih parah.
“Saya diberitahu bahwa ada perbedaan yang jelas antara gempa ini dan gempa yang terjadi sebelumnya diantara Provinsi Hela,” kata Marape.
“Yang ini adalah slip dan yang lainnya adalah gerakan kerak tektonik. Dengan gerakan tektonik, satu akan naik dan yang lain tenggelam. Yang ini hanya slip. Kami diberitahu bahwa slip jauh lebih sedikit,” tukasnya.
Editor: Elisa Sekenyap