BeritaPuluhan Bocah Asli Papua di Sorong Jadi Tukang Parkir

Puluhan Bocah Asli Papua di Sorong Jadi Tukang Parkir

SORONG, SUARAPAPUA.com — Sebanyak 57 orang anak asli Papua berusia 4-12 menjadi tukang parkir setiap toko maupun warung makan yang ada di kota Sorong, Papua Barat.

Sangat disayangkan ketika menyaksikan anak-anak usia sekolah dasar (SD) masih di pinggir jalan, emperan toko untuk menjadi tukang parkir dadakan di siang hingga malam hari. Waktu dimana seharusnya mereka berada dalam dekapan hangat keluarga yang membimbing belajar untuk esok hari. Tetapi kondisi ekonomi orang tua mengharuskan anak-anak ini menjalani kehidupan sebagai tukang parkir.

“Sa kelas tiga SD, kaka. Sa mau jadi dokter,” Anton menjawab suarapapua.com saat ditemui di depan salah satu Alfamart yang terletak di Kilometer 10 Kota Sorong, Kamis (18/11/2022) malam.

Baca Juga:  AMAN Laporkan Kasus Kriminalisasi Masyarakat Adat di Indonesia, PBB Diminta Kunjungi Papua

Menurut Anton, penghasilan yang diperoleh sehari berkisar Rp15.000. Kadang Rp25.000. Selain untuk jajan, sebagian uang diberikan ke orang tuanya.

“Bapa kerja bangunan. Malam sa biasa jaga pakir di sini. Sa dengan teman-teman lain, kitong jaga parkiran rame-rame. Kalo banyak orang, biasa sa pindah di depan warung makan. Dapat 20 ribu. Dong bayar, tapi kadang juga tra kasih,” jelasnya.

Baca Juga:  MRP Sepakat Dorong Perda Masyarakat Adat di Papua Barat Daya

Dari data sementara yang dihimpun suarapapua.com, terdapat 57 orang anak asli Papua usia sekitar 4-12 tahun bekerja sebagai tukang parkir di supermarket dan warung makan yang ada di Kota Sorong. 29 orang masih di bangku SD, 15 orang belum bersekolah, dan 13 lainnya putus sekolah.

Aktivitas anak-anak sebagai tukang parkir di kota Sorong. (Reiner Brabar – SP)

Nelson, salah satu pengunjung Alfamart mengaku miris melihat anak-anak sekolah bekerja sebagai juru parkir.

Menurutnya, pemerintah daerah terlihat tidak mampu melayani warganya dengan baik.

“Sudah pasti pejabat lihat adik-adik jaga pakir apalagi ini di depan jalan utama, tetapi malas tahu dan pura-pura tidak lihat,” katanya.

Baca Juga:  TPNPB Bertanggung Jawab Menembak Polisi di Depan RSUD Wamena

Selain bangga dengan tukang parkir cilik tersebut, Nelson berharap pemerintah daerah mesti serius untuk memperhatikan masa depan sumber daya manusia (SDM) orang asli Papua.

“Bayar dua ribu itu gampang, intinya motor aman. Kalo saya tidak persoalkan mereka jaga parkir, justru saya bangga lihat mereka yang sudah mau berjuang mencari uang. Tetapi adik-adik ini harusnya di rumah dan belajar, bukan jaga parkir,” kata Nelson.

Pewarta: Reiner Brabar
Editor: Markus You

Terkini

Populer Minggu Ini:

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Dogiyai Bagikan Salinan DPA Secara Terbuka

0
“Pembagian DPA ini dilakukan secara terbuka supaya semua pejabat dan staf memahami arah program kerja selama satu tahun ke depan,” ujar Agustinus Goo.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.