JAYAPURA, SUARAPAPUA.com— Panglima Kodap XV Ngalum Kupel, Brigjen Lamok Alipi Taplo mengaku bahwa dirinya adalah saksi hidup yang menyaksikan proses penyerangan yang dilakukan aparat TNI dan Polri di Wilayah Kiwirok Pegunungan Bintang sejak 13 September 2021.
“Bahwa negara Indonesia tidak menutupi fakta [terkait penyerangan di Kiwirok] tahun 2021. Hari ini saya bersama dengan pimpinan penanggung jawab dan juru bicara dari kami (TPNPB). Maka PBB bertanggung jawab atas penyerangan menggunakan bom sebanyak 152 di Kiwirok. Kami memang saksi hidup,” jelas Lamek sebagaimana keterangan dalam video pendek berdurasi 1 menit 12 detik yang disampaikan Sebby Sambom, Jubir TPNPB –OPM pekan ini.
Dalam keterangan lain Taplo menyatakan bahwa perjuangan mereka [TPNPB] adalah untuk memisahkan diri dari Indonesia.
“Ada yang naikan [di] media bahwa mereka [TPNPB] minta makan minum. Itu tidak benar. Kami baku tembak dengan TNI dan Polri hanya karena musuh lawan kami. Kami ingin merdeka, jadi mulai tanggal 13 September 2021, hari ini hingga besok kita lanjut lawan. Ini semua dengan tujuan untuk Papua merdeka. Yang lain-lain tidak ada!”
“Kemudian, partai apapun yang tidak bertanggung jawab tidak boleh atas namakan. Kami TPNPB –OPM siap berjuang Papua merdeka dan keluar dari NKRI,” tukas Taplo.
Sementara Sebby Sambom, Jubir TPNPB mengaku bahwa pihaknya telah mendatangi Kiwirok pada awal Desember 2022 untuk melihat dan melakukan investigasi langsung kasus kontak tembak yang terjadi sejak 13 September 2021 lalu di Kiwirok.
Sambom mengatakan, dari hasil investigasi, pihaknya menemukan sejumlah bom mortir di lokasi yang dijatuhkan pesawat tanpa awal dan helikopter.
“Oleh karena itu kami minta kepada PBB agar ajukan Indonesia ke pengadilan internasional (ICC), karena ini adalah kejahatan terhadap kemanusiaan, dan melanggar hukum humaniter internasional. Di mana menggunakan senjata harus balance atau seimbang.”
“Ada bom mortir yang sudah meledak, ada juga yang belum meledak,” tukas Sambom sambil menunjukkan bom mortir dalam video pendek berdurasi 2 menit 51 detik.
Sebelumnya, pada 13 September 2021, terjadi kontak tembak antara aparat TNI/Polri dan TPNPB Organisasi Papua Merdeka. Ada sejumlah gedung sekolah dan Puskesmas yang dibakar.
Akibatnya, warga di distrik Kiwirok maupun beberapa kampung seperti Kiwi mengungsi ke Oksibil dan sejumlah lereng gunung di kampung sekitar Kiwi dan Kiwirok.
REDAKSI