BeritaMahasiswa Papua di Sorong Diingatkan Stop Miras

Mahasiswa Papua di Sorong Diingatkan Stop Miras

SORONG, SUARAPAPUA.com — Eskop Wisabla, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sorong (UMS) mengimbau kepada seluruh mahasiswa Papua di Sorong untuk mengurangi aktivitas mengkonsumsi minuman keras (Miras) karena dampaknya terhadap kesehatan mental dan fisik.

Wisabla menilai miras adalah bentuk lain dari penjajahan yang tak disadari anak muda Papua. Karena itu, ia mengajak mahasiswa dan anak muda Papua agar berkomitmen untuk tak usah bersahabat dengan Miras. Sebaiknya libatkan diri dalam kegiatan-kegiatan positif yang mendorong pengembangan diri agar nantinya digunakan untuk bersaing di dunia pendidikan ataupun pekerjaan.

“Minuman keras bukan budaya kita. Itu pengaruh luar. Pengaruh tidak baik. Saya kira Miras itu bagian dari penjajahan atau bentuk-bentuk kolonial lain yang tanpa disadari. Miras menghancurkan kita punya masa depan dan tubuh kita. Biasa ada yang bilang, kita mabuk baru bisa bicara. Itu babi di kandang juga bisa bicara. Mabuk baru bicara banyak. Mabuk baru ada kata-kata hebat. Binatang di kandang juga bisa. Saya tidak sepakat dengan miras. Kita harus jauhi, sekalian stop miras,” tuturnya kepada suarapapua.com, Rabu (4/1/2023).

Baca Juga:  Masyarakat Distrik Niname Meriahkan Ibadah Syukur Wakil Ketua 1 DPRK Lanny Jaya

Ia mencatat banyak dampak dari konsumsi miras. Tak sedikit anak muda Papua lenyap akibat menenggak minuman beralkohol. Fakta demikian mesti dijadikan pelajaran berharga untuk tidak terus menerus konsumsi lagi.

“Kita harus fokus dengan pendidikan. Belajar hal-hal positif. Terlibat dengan orang-orang yang menebarkan energi positif. Dengan itu kita terdorong untuk terus berkembang secara baik di mental, karakter, moral, dan kemampuan. Jangan hari-hari bergaul dengan miras. Mau jadi generasi apa kalau begitu terus?,” ujar Wisabla.

Baca Juga:  Aka Uwon Sosialisasikan Pemetaan Wilayah Adat Berbasis Suku Miyah

Sudah banyak kenyataan memilukan terjadi di depan mata kepala dampak dari miras, ia berharap itu dijadikan pelajaran untuk tidak bergaul dengan miras.

“Tidak penting dengan miras. Kalau kita terlalu banyak miras, tubuh kita bisa seperti pohon yang besar, daun kering, tetapi dalam sudah busuk dan rusak tinggal tunggu waktu untuk rubuh. Kita harus punya prinsip untuk menjauhi diri dari Miras,” tegasnya.

Senada, Yohanes Kossay juga tegaskan, sudah saatnya anak muda Papua sadar dengan situasi yang sedang terjadi di Tanah Papua.

“Kita harus sadar dengan situasi di Papua. Bukan pura-pura bodoh, lalu melakukan hal-hal yang merugikan diri kita. Miras itu membunuh kita,” ujarnya.

Tak hanya melenyapkan nyawa, kata Yohanes, miras selama ini telah membunuh karakter generasi masa depan. Karena itulah mahasiswa dan pemuda mesti belajar dari berbagai peristiwa selama ini.

Baca Juga:  BERITA FOTO: Obor dan Drama Sejarah Warnai Perayaan HUT ke-90 PI di Moraid

“Jangan biar diri dikontrol atau dijajah oleh miras. Kita, mahasiswa dan anak muda adalah garda terdepan masyarakat Papua. Kita dituntut untuk memperlihatkan sikap yang positif karena masa depan Papau ada di tangan kita generasi hari ini,” tutur Kossay.

Jikapun banyak tempat jual minuman keras dibuka dimana-mana bahkan dekat rumah sekalipun, pilihannya ada di tangan diri pribadi. Menurutnya, komitmen dalam diri menjadi kunci utama melawan miras.

“Katakan tidak terhadap miras harus dibuktikan langsung dengan tidak lagi bersentuhan, apalagi mau beli dan konsumsi. Miras tidak baik bagi generasi muda Papua.”

Pewarta: Maria Baru
Editor: Markus You

Terkini

Populer Minggu Ini:

AWP Siap Bikin Festival Media Tanah Papua Pertama di Nabire

0
“Bagian dari kami untuk memperkenalkan kepada publik, juga melibatkan masyarakat dan pemerintah daerah bahwa media, terutama wartawan-wartawan asli Papua mengadakan kegiatan festival yang menghimpun semua wartawan, semua media massa, dan melibatkan masyarakat di dalamnya. Kegiatan ini bertujuan memperkenalkan media massa kepada masyarakat. Karena banyak sekali masyarakat harus paham tentang kerja-kerja jurnalistik,” tutur Lucky Ireeuw

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.