Tanah PapuaLa PagoLayanan Penkes Kritis, MRP Soroti Kebijakan Satu Pintu di Jayawijaya

Layanan Penkes Kritis, MRP Soroti Kebijakan Satu Pintu di Jayawijaya

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Kebijakan penyelenggaraan pemerintahan satu pintu di kabupaten Jayawijaya, Papua Pegunungan, dianggap sebagai penghambat jalannya efektifitas pendidikan dan kesehatan di distrik dan kampung yang jauh dari perkotaan.

Demikian diungkapkan Yoel Luiz Mulait, wakil ketua I Majelis Rakyat Papua (MRP), menanggapi tak maksimalnya pelayanan kesehatan dan pendidikan yang terus dikeluhkan masyarakat di kabupaten Jayawijaya.

Kata Mulait, dalam beberapa pekan terakhir media massa memberitakan masih adanya sekolah yang tak menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar (KBM) selama tiga tahun, kantor distrik dan rumah dokter yang hilang dalam rerumputan akibat tak ada aktivitas.

“Kondisi seperti itu seharusnya dikontrol oleh kepala distrik di masing-masing wilayahnya. Tidak ada pengawasan membuat semua berjalan sesukanya. Kepala distrik dan staf yang tidak masuk kantor, kepala sekolah dan guru tidak di tempat tugas, itu kan sangat disayangkan,” tuturnya.

Baca Juga:  Siswa SMK YPK Paulus Dok V Mengaku Senang Belajar Ilmu Jurnalistik dan Literasi Digital

Faktor lain, kata Mulait, pemerintahan selama empat tahun berjalan di kabupaten Jayawijaya hanya berpusat di kota Wamena saja. Hal itu mengakibatkan aktivitas di distrik dan kampung tak efektif.

“Urus KTP semua di kota. Kenapa tidak diarahkan ke kantor distrik masing-masing supaya ada aktivitas pemerintahan di distrik? Dengan adanya aktivitas di distrik, kepala distrik punya kewajiban untuk kontrol Puskesmas, Pustu, dan sekolah yang ada di wilayahnya. Seharusnya begitu,” kata Yoel.

Bila proses pemerintahan terfokus di kabupaten, ia pastikan aktivitas pemerintahan di distrik dan kampung tak akan berjalan efektif. Solusinya, kepala daerah harus berikan kewenangan penuh kepada bawahannya yaitu kepala distrik dan kampung untuk jalankan administrasi di sana.

Baca Juga:  Temukan Kejanggalan, LBH Kaki Abu Layangkan Keberatan Ke Kesbangpol Kabupaten Sorong 

Akibat dari itu kasus HIV/AIDS juga makin meningkat. Penyebabnya tak ada pengawasan serius dari pemerintah maupun dinas terkait.

“Nanti ada kasus baru muncul dan baku tegur. Itu yang tidak boleh terjadi. Kebijakan seperti ini disayangkan sekali,” kata Mulait.

Keluhan selalu diutarakan mengingat buruknya fakta di lapangan. Seperti kepala suku dan warga masyarakat yang ada di distrik Musatfak, bahkan mendesak Pemkab Jayawijaya segera ganti kepala Puskesmas (Kapus) distrik Musatfak.

Baca Juga:  Masyarakat di Kelurahan Saoka Minta Pemprov PBD Sediakan Bus untuk Anak Sekolah

Lazarus Alua, kepala suku di wilayah itu sangat kecewa dengan pelayanan kesehatan dari tenaga medis kesehatan yang ditugaskan di Puskesmas Musatfak.

Karena, kata Alua, petugas medis sering datang terlambat untuk membuka jam pelayanan. Belum lagi petugas datangnya cepat dan pulang lebih awal. Banyak pasien yang mau berobat, terpaksa harus menunggu bahkan memilih pulang ke rumah. Kadang pergi berobat ke kota Wamena.

Beberapa waktu lalu juga heboh dengan macetnya akivitas KBM di SD Negeri Logotpaga, distrik Asologaima. Selama tiga tahun anak-anak di sana tak lagi belajar. Penyebabnya, kepala sekolah dan guru tak di tempat tugas.

Pewarta: Agus Pabika
Editor: Markus You

Terkini

Populer Minggu Ini:

Anggota DPRP Papua Tengah Minta Hentikan Pencurian Emas di Kampung Ajuda

0
“Aktivitasnya tanpa izin resmi dan melanggar peraturan yang berlaku, tetapi sudah menimbulkan kerusakan lingkungan yang parah, menciptakan ketimpangan sosial dan ekonomi di sana. Ini sama halnya dengan penambangan emas ilegal di sepanjang sungai Degeuwo sejak tahun 2001 hingga 2024. Saya tegaskan, bahwa sudah saatnya pemerintah dan semua pihak terkait mengambil langkah tegas untuk menghentikan praktik ini sebelum dampaknya semakin tidak terkendali,” ujar Bagubau.

Revisi UU TNI dan Papua

0

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.