Tanah PapuaDomberaiOttow dan Geissler Adalah Simbol Ketaatan Dalam Hal Dengar-Dengaran

Ottow dan Geissler Adalah Simbol Ketaatan Dalam Hal Dengar-Dengaran

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com— Ketua Sinode GKI di Tanah Papua, Pdt. Andrikus Mofu mengatakan berdasarkan injil yang dibawa oleh Ottow dan Geisller di tanah Papua maka semua orang yang berada di tanah Papua mensyukurinya.

Karena kedatangan Carl Ottow dan Johan Goltop Geissler menginjakkan kaki di Mansinam telah menyapa semua orang yang hidup di atas tanah Papua. Semua orang tentu mengerti dan mengetahui seluk-beluk dan perjalanan panjang ketika injil tiba di tanah Papua.

“Maka kita diingatkan kembali dalam catatan -catatan penting almarhum pendeta Yan Mamoribo, Ketua Sinode [GKI] kedua dalam buku kecilnya pernah mencatat ketika merayakan 5 Februari selalu disebut agar kita tidak hanya menyebut nama Ottow dan Geissler, tetapi kiranya kedua tokoh ini menginspirasi kita.”

“Beliau mengatakan Ottow dan Geissler adalah simbol ketaatan dalam hal dengar-dengaran, kesetiaan dan kepatuhan untuk hidup dalam injil dan juga hidup dalam kasih hingga mati. Kiranya hal ini menginspirasi kita semua. Saya percaya kita semua memahami apa arti injil itu sebagaimana tertuang di dalam kitab, Roma 1:16.”

“Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam injil, karena injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama –tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani.”

”Kita semua telah diselamatkan sejak gereja ini ada, baik pada masa sending sampai GKI berdiri sendiri pada 26 Oktober 1956. Gereja ini berdiri sebagai warisan dari buah injil itu. Itulah sebabnya tugas penting dari gereja adalah kita semua terus memberitakan injil agar injil keselamatan Allah memasuki, menyapa dan juga terus hadir memberikan kekuatan, serta juga sebagai sumber keselamatan bagi kita,” jelas Pdt. Andrikus Mofu yang menjadi narasumber dalam dialog interaktif menyongsong Hut PI ke-168 tahun 2023 yang diselenggarakan Departemen Misi, Penginjilan dan Pemuridan (DMP2) Sinode GKI dengan tema injil dan pembaruan di Sekretariat Sinode GKI di Kompleks Kampus Universitas Ottow dan Geissler Kotaraja Dalam, Kamis (2/2/2023).

Baca Juga:  KPU dan Bawaslu PBD Akan Tindaklanjuti Aspirasi 12 Parpol

Pdt. Mofu lalu mengingatkan, sebagai gereja [GKI] sebagaimana injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan dan injil itu juga menjadi hal penting memberitakan injil, maka pembaruan itu juga penting untuk dilaksanakan.

Berbicara tentang injil dan pembaruan, maka pembaruan itu menjadi pesan penting bagi gereja yang dinamis bergerak terus mengalami perkembangan perubahan dengan dinamika yang ada, tidak statis dan apatis dengan perkembangan yang ada. Mampu mengisi perubahan dengan nilai.

“Saya katakan kita melakukan hal -hal yang sifatnya mampu memberikan jawaban terhadap perkembangan situasi kekinian yang kita hadapi. Warga gereja terus beradaptasi dengan perubahan dan perkembangan yang ada. Pembaruan tidak dimaksudkan meninggalkan aspek-aspek dan landasan penting dalam gereja, tetapi pembaruan sebagai sebuah dinamika yang juga kita tentu ikuti dan kita kerjakan bersama. Saya berharap ini menjadi pesan bagi kita bersama, baik dalam tanggung jawab sebagai lembaga dalam struktur kepemimpinan dalam struktur organisasi, tetapi dalam tanggung jawab bersama.”

Ketika berbicara tentang injil itu kekuatan Allah, maka hal itu juga merupakan sebuah peradaban baru dalam kehidupan di tanah Papua, dan ini hal yang luar biasa. Di mana memberikan sebuah perjumpaan dengan nilai nilai baru yang mempunyai kaitan dengan bagaimana menjawab seluruh persoalan dan masalah yang dihadapi.

Terutama bicara aspek sosial ekonomi, dan pendidikan, maka harus pula memahami dalam kerangka injil itu, supaya betul-betul injil itu menjiwai dan juga memberi spirit serta kekuatan. Hal penting kata Ketua Sinode adalah soal data warga GKI, di mana menunjukkan level pendidikan. Ada yang berpendidikan tinggi, pendidikan menegah, pendidikan dasar, tetapi juga tercatat banyak warga GKI yang belum mengenyam pendidikan.

Ketika bicara terkait ekonomi, banyak warga GKI yang tidak memiliki lapangan pekerjaan.

“Saya katakan ketika kita bicara injil dan juga kita lakukan dengan kenyataan, injil harus memberi jawaban. Bagaimana injil memberi jawaban terhadap kehidupan jemaat. Injil jangan hanya di tafsirkan dan dimengerti sebagai sebuah Hut, tetapi injil harus hidup dalam kehidupan nyata jemaat dengan memiliki ekonomi baik, bekerja mengusahakan tanahnya untuk membangun, jangan jual-jual tanah. Aspek pendidikan harus anak-anak belajar mengenyam pendidikan karena tidak mungkin orang yang tidak bersekolah mendapat kesempatan untuk kerja.”

Baca Juga:  Seruan dan Himbaun ULMWP, Markus Haluk: Tidak Benar!

“Kemudian soal fokus hanya pada soal-soal rohani memang penting, tetapi aspek kehidupan nyata jemaat harus menjadi sentuhan dari pelayanan kita. Karena itu juga injil. Orang sehat memiliki makan yang baik, memiliki pendidikan baik itu juga merupakan pesan dari injil. Karena injil itu menghidupkan dan membebaskan. Hari ini orang berada dalam tekanan-tekanan karena tidak merasa bebas. Kita di Papua merasa takut karena ada ancaman ini dan itu, tetapi bagaimana injil menjawab sehingga orang tidak perlu takut lagi.”

Pdt. Sientje Latuputty, Ketua Sekolah Tinggi Filsafat Teologi I.S Kijne Abepura dalam materinya menjelaskan mengenai tema injil dan pembaruan.

“Injil berasal dari kata euangelion yang berarti kabar baik dan pembaruan atau reformasi bila dikalangan gereja. Pembaruan atau reformasi merupakan kata popular reformasi dari kata re dan fo atau pembaruan bentuk lama yang dibaharui menjadi sesuatu yang baru dengan tekanan kusus atau dapat disimpulkan bahwa reformasi adalah perubahan yang terjadi secara drastis. Di mana tujuannya adalah untuk memperbaiki.”

“Berbicara tentang pembaruan, Tuhan kita Yesus Kristus sebagaimana dalam seluruh hidupNya Ia melakukan pembaruan dalam karyaNya. Sehingga pembaruan yang dilakukan Yesus Kristus di dalam dunia ini terarah pada keselamatan manusia,” ujar Pdt. Sientje.

Sedangkan setiap orang yang mengalami reformasi atau pembaruan, dikalangan gereja protestan dikenal istilah dalam bahasa latin Ecclesia Semper reformanda est yaitu gereja harus selalu dibaharui dalam seluruh perjalanan gereja sejak gereja ada dalam dunia.

Sementara, Ottow dan Geissler yang datang ke Papua dalam semangat pietisme, karena itu pendidikan mereka bukan pendidikan tinggi, bukan seorang yang bergelar sarjana tetapi cukup seorang yang saleh memahami injil dengan sedalam-dalamnya, tetapi pergi dalam percaya bahwa Tuhan menyertainya.

Baca Juga:  Upaya Pertamina Patra Niaga Regional Papua Maluku Jaga Pasokan BBM Saat Lebaran

Inilah prodak pietisme Ottow dan Geissler yang mana ketika datang ke Papua tidak tahu banyak tentang antorpologi dan sosiologi Papua, tapi mereka percaya roh akan memberikan pengetahuan hikmat untuk mereka bisa bekerja dikalangan orang-orang yang disebut kafir.

“Itu dapat menjadi pelajaran bagi kita semua bahwa menjadi seorang pemberita injil atau gereja mengandalkan pada kuasa roh Allah dan gereja-gereja yang bekerja dalam pengaruh pietisme tentu ada dalam pengaruh untuk mengandalkan kuasa roh.”

“Maka mereka mendapat injil kabar suka cita, juga pendidikan formal yang juga diselenggarakan oleh sending dan kemudian oleh GKI di Tanah Papua. Ini semua karena injil memberi pengetahuan kepada masyarakat dan orang yang menerima pendidikan. Tentunya yang menerima pendidikan masa depannya baik. Sebab itu pendidikan yang dilakukan gereja musti mendapat tempat penting karena melalui pendidikan orang memiliki masa depan yang baik, dan punya pengharapan.”

Sementara, Dr. Jerry Saway, Rektor Universitas Ottow dan Geissler menyoroti pentingnya pedidikan formal dan pendidikan nonformal, di mana katanya ada tiga aspek. Pertama aspek penguatan, pemberdayaan pendidikan formal hingga perguruan tinggi, termasuk pendidikan nonformal yang bisa dilakukan dengan pelatihan-pelatihan.

Beberapa hal ini kata Dr. Saway perlu dilaksanakan, terutama menyiapkan orang-orang di mana mereka berada, sesuai dengan lingkungan di mana mereka tinggal.

“Kepada kita semua keluarga GKI di Tanah Papua, agar menolong anak-anak di rumah dengan mendidik anak-anak, tetapi juga jaga mereka baik-baik. Mendidik informal dari rumah itu harus ada, dengan kegiatan, tetapi juga harus ada pendekatan agar perjalanan anak-anak ke depan memberi nilai,” pungkasnya.

Selain dialog interaktif, pada tanggal 3 Februari 2023, pihak Departemen Misi, Penginjilan dan Pemuridan (DMP2) juga gelar diskusi panel dengan tema dan narasumber berbeda. Kegiatan dialog interaktif dan diskusi panel ini dilakukan dalam rangka Hut PI di tanah Papua yang ke-168 tahun 2023.

 

Pewarta: Elisa Sekenyap

Terkini

Populer Minggu Ini:

Media Sangat Penting, Beginilah Tembakan Pertama Asosiasi Wartawan Papua

0
“Sehingga dengan hadirnya AWP ini diharapkan harus menjadi organisasi yang terus mengumandangkan kebersamaan di tengah hidup masyarakat Papua melalui pemberitaan,” kata Elsye Rumbekwan.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.