Simamora: Penting Mengajar Anak, Tetapi Juga Pembentukan Karakter

Sehingga adanya kesadaran pentingnya pencegahan kekerasan di lingkungan sekolah yang menjadi perhatian guru dan orang tua.

0
365

SORONG, SUARAPAPUA.com— Reinhard Simamora, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sorong membuka workshop evaluasi program roots dan disiplin positive (Dispo) yang di SMK Muhammdyiah, Kabupaten Sorong Papua Barat Daya, Selasa (7/5/2024).

Selain pembukaan kegiatan workshop evaluasi program Roots atau anti bullying dan Dispo, pihaknya membentuk Satgas penanganan kekerasan di lingkungan pemerintahan Kabupaten Sorong.

Dalam kesempatan itu Kepala Dinas Reinhard, mengucapkan terima kasih kepada United Nation Children Fund (UNICEF) dan Lembaga Pelatihan dan Konsultan Inovasi Pendidikan Indonesia (LPKIPI) yang telah bekerjasama dalam melaksanakan program pencegahaan perudungan dan penerapan disiplin positif kepada para guru.

Hal itu penting karena lingkungan yang aman akan menciptakan jiwa dan tubuh yang sehat untuk membentuk karakter anak-anak di lingkungan sekolah.

“Terima kasih kepada UNICEF dan LPKIPI telah melakukan program ini di kabupaten Sorong, sehingga ada kesadaran pentingnya pencegahan kekerasan di lingkungan sekolah dan bisa menjadi perhatian serius para guru dan orang tua.”

ads
Baca Juga:  Bawaslu Tambrauw Diminta Awasi KPU Dalam Pleno Perhitungan Suara Hingga Penetapan

“Kita tidak hanya mengajar anak-anak untuk pintar tetapi juga pembentukan karakter. Tetapi dalam pembentukan karakter, kita butuh lingkungan sekolah yang aman dan damai antar anak-anak serta guru dan anak,” ujar Kadis Pendidikan Kabupaten Sorong.

Ia pun berharap agar anti perundungan menjadi sesuatu sikap yang harus diperhatikan para guru di lingkungan sekolah, terutama di tingkat SD, SMP, SMA dan SMK.

Hal ini penting untuk sikap saling menyakitkan antar anak-anak atau guru kepada anak-anak dapat dicegah dan dikurangi karena menurutnya ketika terjadi maka sulit sekali untuk mengembalikan atau menumbuhkan kembali kepercayaan diri anak-anak ketika jatuh terpuruk.

“Anti pembulian harus menjadi perhatian serius para guru di setiap lingkungan sekolah. Ketika anak-anak saling melakukan pembulian maka kepercayaan diri jatuh dan butuh waktu lama untuk kembalikan.”

Baca Juga:  Matbat Inisiatif Launching Buku Modul Belajar Bahasa Daerah Suku Matbat

“Karakter anak-anak akan kurang baik ketika didikan guru di lingkungan sekolah kurang baik, sama pula di lingkungan orang tua. Guru menegur anak-anak dengan cara yang positif. Jangan menegur dengan cara pembulian,” harapnya.

Serupa disampaikan Sunardi, Koordinator Pengawas Sekolah meminta agar para guru tidak hanya mengikuti kegiatan atau pun pelatihan, tetapi mereplikasikan dalam lingkungan sekolah.

Contohnya, ketika anak-anak masuk terlambat, mereka tidak langsung disuruh pulang, tetapi para guru belajar menggunakan pendekatan positif, yaitu mencari tahu kenapa sehingga anak tersebut terlambat.

“Pembulian itu terjadi ketika sesorang merasa tidak nyaman dengan sikap atau ucapan dari seseorang. Oleh seba itu bapak ibu dituntut tidak hanya mengikuti pelatihan atau pertemuan, namun tidak praktekan.”

“Praktekan penerapan displin positif yang telah dipelajari terhadap anak-anak. Hadapi anak-anak dulu dengan sekarang berbeda maka pendekatan pun berbeda. Contohnya, jika anak terlambat masuk sekolah, jangan langsung suruh pulang.”

Baca Juga:  Kolaborasi PT FI Bersama Keuskupan Timika Tingkatkan SDM Pemuda Kamoro

“Oleh sebab itu, penting untuk bertanya sebelum mengatakan hal-hal yang kasar atau pun suruh pulang. Jangan sampai anak tersebut urus mama yang sakit, sehingga dia kecapean dan bangun terlambat. Kita berdosa membuat anak kecewa tanpa bertanya dahulu,”ucapnya.

Sementara Lembaga Pelatihan dan Konsultan Inovasi Pendidikan Indonesia (LPKIPI) merupakan lembaga yang bermitra dengan UNICEF. Mereka telah melakukan program Roots dan Dispo di tanah Papua, seperti di tiga wilayah yaitu Kabupaten Sarmi Provinsi Papua, Kabupaten Sorong, dan Kota Sorong Provinsi Papua Barat Daya.

Implementasi program di Kabupaten Sarmi terhadap lima sekolah, di kabupaten dan kota Sorong terhadap sebanyak 26 sekolah.

UNICEF dan LPKIPI juga telah melatih 20 Fasilitator Daerah (FASDA) yang terdiri dari 10 orang di program Roots dan 10 orang di program Dispo yang berlangsung di tahun 2023.

Artikel sebelumnya10 Nakes Mimika Ikuti Konferensi Internasional Neurovaskular
Artikel berikutnyaMantan PM Fiji Frank Bainimarama Dipenjara