JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Kabar duka cita menyelimuti segenap seniman, budayawan dan rakyat di Tanah Papua dengan berpulangnya seniman senior, Yance Rumbino (76).
Berita duka atas meninggalnya pencipta lagu “Tanah Papua” itu beredar luas di media sosial baik WhatsApp Group, Facebook maupun Instagram pada pagi tadi, Kamis (30/5/2024).
“Pencipta lagu ‘Tanah Papua’, bapak Yance Rumbino telah berpulang ke Allah Bapa di Surga pada hari ini Kamis, 30 Mei 2024 jam 01.24 WIT di RSUD Biak,” begitu salah satu anggota WAG Info Tanah Papua menulisnya menyampaikan kabar duka.
Diinformasikan pihak keluarga duka, Yance Rumbino menghembuskan napas terakhir setelah menjalani perawatan atas sakit yang dideritanya.
Semasa hidupnya, Yance Rumbino terkenal sebagai seniman bertalenta. Ia seorang guru sekolah dasar (SD), SMP, SMA dan SMK. Sehari-harinya sebagai guru Kesenian.
Lahir di Sorong, 22 Juni 1953 dari pasangan Roberth Rumbino dan Aleksanderina Morin, membentuk jiwa seni sejak masa kecil di kota Biak. Dari negeri asalnya, ia selesaikan pendidikan dasar (SD) hingga sekolah pendidikan guru (SPG) Yayasan Pendidikan Kristen (YPK).
Setamat SPG YPK Biak tahun 1975, Yance Rumbino baru menginjak usia 22 tahun, dikirim ke pedalaman Papua. Tepatnya di distrik Sinak, kabupaten Paniai. Dengan tugas utama sebagai guru SD Inpres Sinak.
Banyak pengalaman dilaluinya selama tiga tahun mengabdi sebagai guru di Sinak. Hingga pindah tugas ke Nabire, ibu kota kabupaten Paniai.
Puluhan tahun berkarya di Nabire hingga pensiun sebagai pegawai negeri sipil (PNS) beberapa tahun lalu. Tugas dan pelayanan lain tetap dijalaninya, termasuk melatih seni bagi kalangan muda.
Sosok Yance Rumbino dikagumi dengan karya fenomenalnya yang hingga hari ini begitu populer di seantero Nusantara. Tidak lain, lagu “Tanah Papua” yang amat terkenal adalah karyanya. Lagu tersebut diciptakan pada November 1985 setelah menyaksikan begitu besarnya karya ilahi Tuhan, emas mengalir di negeri ini yang terbukti benar belakangan di mana-mana butiran emas didulang dengan mudahnya.v
Berikut syair lagu selengkapnya:
Di sana pulauku yang ku puja slalu
tanah Papua, pulau indah
hutan dan laut mu
yang membisu slalu
Cenderawasih, burung emas
gunung-gunung, lembah-lembah
yang penuh misteri
yang ku puja slalu
keindahan alam mu yang mempesona
sungaimu yang deras
mengalirkan emas
oh ya Tuhan, trima kasih…
Lagu bekhen yang akhirnya disahkan sebagai lagu wajib di acara-acara formal pemerintahan merupakan satu kenangan berharga yang ditinggalkan sang maestro, guru seni, pahlawan kebudayaan Papua.
“Lagu ini pujian kepada Tuhan atas limpahan kekayaan alam tak terhingga yang ada di Tanah Papua,” kata Yance Rumbino saat bincang santai di halaman kediamannya, Kota Baru Nabire, 16 Juli 2010.
Lagu ini ia ciptakan tahun 1985 setelah bersama istri tercinta melakukan perjalanan panjang di Nabire.
Syair lagu yang dulunya dianggap tak mungkin, kini sudah terbukti. Lagunya masih berdendang merdu hingga kini.
Pada 14 Oktober 2020, karya luar biasanya itu dianugerahi penghargaan dari pemerintah provinsi Papua Barat. Selain piagam penghargaan dan sertifikat hak cipta, Yance Rumbino diberikan uang senilai Rp500 juta sebagai bentuk kompensasi atas lagu karyanya itu.
Selain SD Inpres Sanoba setelah dipindahkan dari Sinak, almarhum juga pernah mengajar di sejumlah sekolah. Antara lain guru di SD YPK Sion Nabire, bersamaan mengajar di SMA YPK Tabernakel Nabire, dan SMK YPK Nabire. Juga mengajar mata pelajaran Kesenian di SMA Negeri 1 Nabire.
Jabatan terakhir sebagai kepala sekolah di SD Negeri Kalibobo Nabire. Setelah pensiun beberapa tahun menetap di Nabire hingga pamit pulang ke Biak. Guru seni ini terkenal sebagai komponis dan pencipta lagu.
Hingga ajal menjemput ia telah mengabdikan seluruh hidupnya demi menyiapkan generasi penerus serta merawat nilai seni dan budaya Papua.
Dikabarkan, jenazahnya telah dibawa ke kampung halamannya di distrik Padaido.
Selamat jalan bapak Yance Rumbino. Surga milikmu. Beristirahatlah dalam kedamaian abadi…. []