SORONG, SUARAPAPUA.com — Forum Jurnalis Perempuan Indonesia (FJPI) pusat bersama FJPI cabang Papua Barat Daya (PBD) mengadakan pameran bertema bertajuk “We Work Too” di hotel Mariat, kota Sorong, provinsi Papua Barat Daya, Jumat-Sabtu (5-6/7/2024).
Dalam pameran tersebut ada 15 foto yang ditampilkan. Foto-foto tersebut berasal dari berbagai wilayah di Indonesia dari barat hingga ujung timur. Enam foto berasal dari FJPI Papua Barat Daya. 15 foto tersebut menggambarkan pengaruh dan dampak peran perempuan dalam pembangunan rumah tangga hingga suatu bangsa.
Lima foto merupakan potret aktivitas mama-mama Papua sebagai pekerja keras dan tulang punggung keluarga dari wilayah kepala burung Tanah Papua di provinsi Papua Barat Daya. Empat foto karya Maria Baru dari suarapapua.com dan satu gambar lagi hasil karya Trisna dari sorongraya.co.
Murni Sulaiman, ketua bidang organisasi dan hubungan organisasi FJPI pusat yang juga ketua FJPI, Medan, Sumatera Utara, menjelaskan, we work too artinya kami pun bekerja. Sebab dimana-mana perempuan memiliki peran penting juga dalam perekonomian keluarga dan negara. Perempuan apakah ia berstatus istri, anak, mama. Mereka semua memiliki peran strategis. Dimana mereka adalah pejuang-pejuang yang sering terabaikan.
Dalam pameran tersebut, FJPI ingin menyampaikan agar perempuan di manapun diharapkan mendapat perhatian upah layak, peran gender yang adil dalam semua aspek kehidupan termasuk dalam karir bekerja.
Murni mengatakan, pameran foto yang dilakukan FJPI merupakan rangkaian kegiatan dalam memperingati Hari Perempuan Internasional. FJPI berusaha mengangkat tema foto perempuan pekerja untuk mengingatkan kembali bahwa perempuan itu berharga.
Menurutnya, peran perempuan sering dikaburkan, terabaikan, padahal mereka juga hadir dalam roda ekonomi keluarga, bahkan sebagian besar ada yang menjadi tulang punggung keluarga, tetapi karena kita menganut patriarki, sehingga peran-peran tersebut seolah tak bernilai. Karena itulah perlu memberikan kesadaran bahwa mereka ada, berperan penting, dan bernilai tinggi.
“Pameran foto di lima provinsi ini berawal dari Medan pada Maret lalu, bertepatan dengan hari perempuan internasional dan berakhir di Timur Indonesia, tepatnya kota Sorong. Pameran ini salah satu upaya pemberdayaan perempuan. Dari perempuan untuk perempuan,” kata Murni, Sabtu (6/7/2024).
Seluruh karyanya dihasilkan fotografer perempuan yang bekerja sebagai wartawan maupun foto jurnalis. Juga, obyek foto perempuan pekerja, dan kuratornya juga perempuan yakni Berry, foto jurnalis perempuan yang sudah go internasional, editor foto senior AFP dan saat ini berbasis di China.
Mama-mama adalah sumber kehidupan dan tumpuan masa depan anak dan cucu serta keluarga dalam satu rumah. Mereka bangun pagi hingga sore bekerja keras membanting tulang setiap hari. Semua aktivitas yang dilakukan semata untuk keberlanjutan kehidupan rumah tangga. Jika mereka tidak bekerja, maka keluarga pun tidak bisa makan, minum ataupun memenuhi kebutuhan lainnya.
Foto pertama, mama Papua sedang memungut sampah, fotografer Maria Baru, adalah kisah seorang perempuan tidak muda lagi. Bekerja keras dari pagi sampai sore setiap hari Senin hingga Sabtu ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Makbon, kota Sorong, demi keluarganya dengan memungut sampah-sampah bekas yang layak dijual kembali seperti besi, kertas, dan lainnya. Ia bekerja keras selama puluhan tahun demi eksisnya kehidupan keluarganya, sehingga tetap hidup di tengah kota Sorong yang kata orang dari luar, kota termaju di Tanah Papua.
Foto kedua, mama penjual pinang juga merupakan gambaran bagaimana peran mama Yakoba seorang janda dalam kehidupan keluarganya. Ia hari-hari jatuh bangun di depan toko Elin kota Sorong. Pondok pinang menjadi tempat bangun tidur dari pagi hingga malam. Hasil dari jualan digunakan untuk membiayai kehidupan keluarga mulai dari pendidikan anak-anak, cucu, dan makan minum sehari-hari dalam rumah.
Foto ketiga, mama Su sedang meremas Sagu. Sagu sendiri sebagai salah satu pangan lokal khas Papua. Mama Su punya peran menjaga eksistensi pangan lokal Papua saat ini sedang terancam dengan hadirnya pangan dari luar Papua dan hilangnya hutan Papua.
Foto keempat, mama Selviana mendayung di kali Katomo di kampung Metemani, distrik Sorong Selatan. Ia habis dari dusun Sagu dan kebunnya, lalu kembali ke rumah sambil mendayung dan mancing ikan. Itulah perannya dalam rumah tangga dan menjaga ekosistem hutan Papua.
Foto kelima, aktivitas mama Papua di pasar yang sedang menjual pisang di pasar. Pasar adalah salah satu ruang ekonomi yang digunakan oleh mama-mama Papua untuk menjual dan membeli. Tempat, setiap hari, mereka masuk keluar untuk membawa hasil kebun atau hasil hutan untuk dijual. Hasil dari jual di pasar pun bisa membiayai pendidikan anak-anak hingga menjadi seorang sarjana. []