BeritaHeadlineKeluarga Pilot Glen Conning Asal NZ: Hati Kami Hancur

Keluarga Pilot Glen Conning Asal NZ: Hati Kami Hancur

Editor :
Elisa Sekenyap

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com— Keluarga pilot helikopter Selandia Baru yang terbunuh di wilayah Papua, Indonesia, mengatakan bahwa dia adalah seorang suami dan ayah yang sangat peduli dan penyayang.

Glen Malcolm Conning, 50 tahun, diklaim dibunuh oleh kelompok pro-kemerdekaan yang dikenal sebagai Organisasi Papua Merdeka ketika mereka berada di dalam helikopter, termasuk empat penumpang, setelah mereka mendarat di Alama, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah.

Para penumpang dilaporkan dalam keadaan selamat.

Dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada, Selasa oleh Natasha Conning atas nama keluarganya sebagaimana dikutib dari RNZ Pacific, mereka mengatakan bahwa dia (pilot) benar-benar dicintai oleh keluarga dan teman-temannya, yang sangat dia sayangi saat dia tidak sedang terbang atau berada di luar ruangan.

Baca Juga:  AS dan Fiji Menandatangani Pakta Pertahanan Baru Atas Pengaruh Tiongkok di Pasifik

“Hati kami hancur karena kehilangan yang menghancurkan ini.”

Mereka mengatakan bahwa mereka menghargai cinta dan dukungan yang telah mereka terima, tetapi meminta menghargai privasi mereka saat ini.

Alumni di Sekolah St Peter di Cambridge mengatakan bahwa Conning adalah seorang olahragawan yang aktif.

Alumni St Peter’s memposting ucapan belasungkawa mereka di halaman Facebooknya.

“Glen bersekolah di St Peter’s dari tahun 1988-1991. Dia adalah Kepala Broadhurst House pada tahun 1990 dan seorang olahragawan yang sangat aktif,” tulis postingan tersebut.

Dikatakan bahwa Conning menjadi kapten tim di bawah 65kg pada tahun 1989 dan kemudian bermain di First XV.

“Kami mengucapkan belasungkawa yang sebesar-besarnya kepada keluarga dan teman-teman Glen.”

Baca Juga:  Pemerintah Pusat Paksakan DOB Lahirkan Darurat HAM dan Hak Masyarakat Adat Papua

Conning mengantar-jemput penumpang untuk sebuah perusahaan swasta di Papua.

Satgas Damai Cartens klarifikasi pernyataan sebelumnya

Tanpak helikopter yang sebelumnya diklaim dibakar bersama pilotnya. (ist)

Juru bicara operasi khusus polisi di Papua, Bayu Suseno, menyatakan bahwa jasadnya dibawa ke helikopter dan kemudian dibakar bersama dengan pesawat di Distrik Alama, yang hanya dapat diakses dengan helikopter.

Pernyataan bahwa helikopter dan pilotnya dibakar itu disampaikan pihak Satgas Damai Cartenz pada 5 Agustus 2024.

Namun klaim bahwa pilot dibakar dengan helikopternya, ternyata melalui foto yang beredar luas, helikopter tersebut dan pilotnya tidak dibakar. Helikopternya tidak dibakar, walaupun beberapa bagian mengalami rusak, sementara jasad dari pilot asal Selandia Baru itu dipulangkan ke kampung halamannya.

Baca Juga:  Pemimpin Pro-Kemerdekaan Kanak Akan Tetap Dipenjara di Perancis

Satgas Damai Cartnes menyebut tindakan tersebut dilakukan pihak TPNPB-OPM saat Glen mendarat dengan 4 penumpang yang disebut tenaga medis.

Sehari setelahnya, Kepala Humas Satgas Damai Cartenz-2024 Komisaris Besar Bayu Suseno memberikan penjelasan, yang dibakar adalah jok belakang pilot.

“Yang dibakar jok belakang pilot” ujar dia, Selasa 6 Agustus 2024 sebagaimana dikuitib dari tempo.co.

Dalam rilis foto Satgas pada, Selasa 6 Agustus 2024, kondisi luar helikopter tampak utuh, dan disebutkan, jenazah Glen berada di tempat duduk Kokpit.

Juru bicara OPM, Sambom, mengatakan kepada BBC bahwa meskipun tidak dapat memverifikasi klaim tersebut, “jika itu benar, maka pilot tersebut adalah mata-mata karena kami telah menyatakan bahwa daerah tersebut adalah zona perang”.

Terkini

Populer Minggu Ini:

Theo Hesegem Sampaikan Lima Rekomendasi Menyikapi Pengungsian di Pegunungan Bintang

0
“Saya minta pemerintah daerah cepat respons terhadap situasi yang tengah dihadapi masyarakat distrik Oksob di pengungsian. Pemerintah kabupaten Pegunungan Bintang dan pemerintah provinsi Papua Pegunungan harus segera memperhatikan kebutuhan mereka di pengungsian. Masyarakat distrik Oksop adalah warga negara Indonesia, sehingga negara punya kewajiban untuk memperhatikan kebutuhan mereka di pengungsian,” ujarnya, Sabtu (11/1/2025).

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.