WAMENA, SUARAPAPUA.com — Festival Budaya 12 Suku Yahukimo diharapkan mampu menarik wisatawan domestik (wisdom) maupun wisatawan mancanegara (wisman) dengan adanya kreativitas, inovasi dan kolaborasi bersama agar bisa menyaingi Festival Budaya Lembah Balim (FBLB) di Wamena, kabupaten Jayawijaya, Papua Pegunungan.
Demikian dikemukakan penjabat gubernur Papua Pegunungan melalui penjabat Sekda Wasuok Demianus Siep pada pembukaan Festival Budaya 12 Suku Yahukimo di lapangan kantor bupati kabupaten Yahukimo, Senin (12/8/2024).
Siep mengharapkan, festival ini harus sama dengan FBLB di Wamena. Sebab Yahukimo dan Jayawijaya menjadi dua kabupaten yang dipilih masuk dalam top 10 Karisma Event Nusantara (KEN) se-Indonesia.
“Festival budaya lembah Balim dan juga festival budaya 12 suku di kabupaten Yahukimo hari ini telah masuk top 10 KEN se-Indonesia dan itu di seluruh Papua hanya wilayah Pegunungan saja. Oleh karena itu, kita mengucap syukur kepada Tuhan karena atas kepercayaan pemerintah pusat melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif telah mempercayakan kepada kami (pemerintah provinsi Papua Pegunungan),” ujarnya.
Kata Siep, seharusnya yang mendapat adalah provinsi Papua induk. Tetapi provinsi Papua Pegunungan dianggap layak karena memiliki kekayaan budaya yang asli dan unik.
“Dengan penampilan kekayaan budaya yang begitu variatif, ini kelebihan kita yang harus kita pertahankan dan terus kembangkan agar budaya yang luar biasa bedanya dengan yang lain itu harus terus ditampilkan,” ujarnya.
Untuk itu, segenap masyarakat di kabupaten Yahukimo diajak lebih kreatif, inovatif dan kolaboratif dalam memanfaatkan potensi alam dan budaya untuk meningkatkan sumber pendapatan masyarakat dan mampu menghadirkan para turis, baik wisdom maupun wisman.
“Jangan hanya menonton saja, kita harus banyak variasi dan kembangkan lagi agar lebih bagus asli, tetapi juga modern. Tentunya hal itu akan menarik wisatawan dari luar. Intinya, Yahukimo jangan kalah dengan kabupaten Jayawijaya,” tuturnya.
Arena FBLB, kata Siep, tiap tahun selalu diminati wisatawan, termasuk wisman. Banyak turis datang, sehingga festival budaya dari 12 suku di kabupaten Yahukimo juga harus dikemas dengan baik agar turis yang hadir di lembah Balim juga berkesempatan ke Yahukimo.
“Ini yang kami harapkan. Penampilan kita harus terus ditonjolkan dengan sebaik mungkin, sehingga orang dari luar juga dapat melihat apa yang kita tampilkan itu benar-benar menjadi event nasional dan juga internasional,” ujar Siep.
Mengakhiri sambutannya, Sekda menghendaki setiap festival budaya perlu memberi manfaat yakni peningkatan ekonomi masyarakat lokal.
“Bagaimana supaya budaya ini dikembangkan secara kreatif agar ada peredaran uang, sehingga ekonomi masyarakat semakin meningkat. Jadi, tidak hanya untuk makan minum, tetapi juga untuk bisnis. Tidak hanya orang Indonesia yang datang, tetapi dari luar negeri juga perlu menyaksikan tarian dan budaya dari 12 suku yang ada di kabupaten Yahukimo,” tandasnya.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) RI diwakili Dr Muhammad Amin, direktur Musik, Film, dan Animasi Kemenparekraf RI, mengapresiasi seluruh pihak, baik pemerintah maupun masyarakat di kabupaten Yahukimo hingga akhirnya festival ini masuk dalam Karisma Event Nusantara (KEN).
Diakuinya, yang mendaftar dari seluruh Indonesia untuk masuk nominasi KEN mencapai ratusan.
“Bapak ibu boleh bangga karena festival 12 suku asli Yahukimo saat ini sudah masuk dalam 110 festival terbaik di Indonesia,” kata Amin.
Ia lalu menyarankan agar perlu ada peningkatan kreativitas, inovasi dan memperhitungkan nilai ekonominya untuk menarik para turis bisa datang ke Yahukimo.
“Saya tidak panjang-panjang, saya ingin ingatkan pesan dari bapak menteri, bahwa yang perlu kita lakukan adalah inovasi agar festival ini terus berinovasi dan berkolaborasi, serta beradaptasi dengan keadaan.”
“Semangat tiga G perlu ya, gercep atau gerak cepat, gerber atau gerak bersama, dan gaspol atau garap semua potensi,” ujarnya.
Sementara, Esau Miram, wakil bupati Yahukimo, akui kabupaten ini memiliki keunikan seni dan budaya dari 12 suku besar yang ada di kabupaten Yahukimo.
“Kami berbeda dengan kabupaten lain. Kalau wilayah lain seperti di Tolikara memiliki satu bahasa daerah, di kabupaten Jayawijaya juga memiliki satu bahasa daerah, tetapi kami di kabupaten Yahukimo ini ada 12 suku dengan 12 bahasa daerah yang berbeda. Ini kekayaan kami,” ujarnya dengan tegas.
Esau mengungkapkan, adanya potensi sumber daya alam dan adat istiadat yang begitu melimpah akan menjadi komitmen pemerintah untuk terus meningkatkan infrastruktur baik bandara, pelabuhan dan pembangunan lainnya mendukung kehadiran para turis untuk melihat keunikan suku dan budaya.
“Kami terus meningkatkan infrastruktur dan mendorong masyarakat Yahukimo dari 12 suku dan bahasa yang berbeda untuk terus menjaga budaya, meningkatkan kreativitas, inovasi dan kolaborasi untuk menjadikan festival 12 suku asli ini tetap jalan, sehingga dapat dikenal oleh dunia dan menarik wisatawan hadir di sini demi meningkatkan ekonomi masyarakat kita,” tuturnya. []