JAYAPURA SUARAPAPUA.com— Sebby Sambom, Juru Bicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) Organisasi Papua Merdeka (OPM) menyatakan bahwa pembunuhan pilot asal Selandia Baru Glen Malcolm Conning di distrik Alama, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah pada 5 Agustus 2024 patut dicurigai bahwa tindakan itu adalah proxy milisi barisan merah putih.
“TPNPB mencurigai bahwa pelaku pembunuhan pilot Helikopter Asal Selandia Baru pada 5 Agustus 2024 adalah proxy TNI/Polri yaitu milisi barisan merah putih yang dipimpin kolonel Lenis Kogoya,” tegas Sebby dalam pernyataannya, Rabu (14/8/2024).
Sebby mengatakan, pernyataan itu disampaikan pihaknya berkaitan dengan pernyataan Komandan Operasi Umum Komnas TPNPB, Mayjen Lekegak Telenggen pada 14 Agustus 2024.
“Hal ini kami sampaikan karena pada hari ini, Rabu 14 Agustus 2024 Komandan Operasi Umum Komnas TPNPB Mayor General Lekagak Telenggen telah mengirim pernyataan resmi kepada Management Markas Pusat Komnas TPNPB guna disampaikan kepada umum untuk diketahui publik secara national dan international.”
Sebby juga mengatakan bahwa pada 14 Agustus 2024, dirinya berkomunikasi langsung dengan Komandan Operasi Kodap III Ndugama Derakma, Mayor Perek Karunggu bahwa pihaknya dari Kodap III tidak mengetahui kejadian pembunuhan pilot Selandia Baru itu.
“Mereka mengatakan bahwa TPNPB Kodap III Ndugama Derakma tidak ketahui dan mereka curigai bahwa itu hasil skenarios aparat TNI/Polri,” tukas Sebby.
Oleh karena itu kata Sebby dalam kesempatan ini pihaknya secara resmi pernyampaikan pesan tersebut kepada publik di tingkat nasional maupun internasional untuk diketahui.
“Sekali lagi kami sampaikan bahwa pelakunya kami curigai bahwa aparat TNI dan Polri. Oleh sebab itu kami minta agar dilakukan investigasi independen yang mendalam oleh pihak internasional dalam hal ini PBB,” ucapnya.
Pernyataan Komandan Operasi TPNPB, Lekegak Telenggen
Lekegak Telenggen dalam rekaman pernyataannya kepada Jubir TPNPB mengatakan bahwa kejadian pembunuhan yang terjadi pada 5 Agustus 2024 di Alama (Mimika Papua Tengah) harus dicek dengan baik.
“Karena tempat terjadi [pembunuhan] di Alama, [maka] tuan-tuan harus cek baik-baik, karena di situ ada pos TNI-Polri, masyarakat Papua maupun masyarakat luar. Jadi harus cek dan selidiki baik-baik.”
“Tuan-tuan harus cek penumpang yang dari Timika ke Alama. Harus Tanya mereka [karena] bukti mereka [yang] pas. Mereka yang bisa kasih tahu. Mereka [petugas] bidan atau mantri. Mereka itu ada, mereka itu bukti. Jadi TNI-Polri dan masyarakat Papua cari tahu. Jangan hanya selalu itu-itu [TPNPB], tetapi kamu harus cek.”
Kata Telenggen penumpang yang adalah petugas kesehatan itu telah diangkut kembali ke Timika, sehingga ditanyakan ke mereka tentang kronologis kejadian pembunuhan pada tanggal 5 Agustus 2024.
“Soal penembakan pilot Selandia Baru itu. TPN dorang berani tembak [padahal] ada pos TNI [ada] lapangan [terbang] dekat-dekat situ baru TPN dorang berani masuk tembak pilot Selandia Baru. Ini kami semua bingun. Di situ juga tidak ada jaringan [signal telepon].”
Oleh sebab itu kata dia terkait kasus tersebut harus dicek baik terhadap para penumpang yang sempat diterbangkan kembali dari Alama ke Timika.
Ia minta agar dalam kasus ini tidak saling menuduh kelompok tertentu, tetapi memperjelas situasi itu dengan menanyakan penumpang, agar membuktikan kejadian itu.
“Jadi kami TPNPB-OPM di mana saja berada dari Sorong sampai [Merauke] jika melakukan [penembakan] dalam waktu satu menit saja akan sampaikan pertanggung jawaban. Jadi kejadian tanggal 5 Agustus ini kami bingun.”
“Baiknya ke Timika lalu tanyakan kepada penumpang yang saat itu ada di lokasi. Kalau malam mungkin, tetapi kejadian siang jadi mereka sudah lihat, apakah TNI yang buat atau TPNPB yang buat itu bisa dibuktikan dengan wawancara mereka [penumpang] dan di mediakan [publikasi],” pungkasnya.