SORONG, SUARAPAPUA.com — Semua komponen masyarakat diajak memperhatikan pendidikan di Tanah Papua, terutama perkembangan anak-anak murid. Ini bukan tugas dinas pendidikan saja, melainkan beban semua pihak untuk mencerdaskan generasi bangsa.
Hal itu dikemukakan Edison Koritelu, kepala sekolah SMA Ampera, kota Sorong, Papua Barat Daya, Senin (12/8/2024).
Edison melihat ada perbedaan mencolok dalam pertumbuhan karakter anak-anak sekolah di tahun 1980-an, 1990-an dengan murid-murid di tahun 2000-an hingga 2020-an. Menurutnya, karakter dan moral anak-anak tahun 2000-an hingga 2024 sangat rusak.
Saat dijumpai Suara Papua di ruang kerjanya, Edison menyebutkan banyak faktor yang mempengaruhi mulai dari anak itu sendiri, lingkungan orang tua, lingkungan rumah, dan lingkungan pergaulan sehari-hari. Oleh karenanya, semua elemen masyarakat diajak untuk sama-sama serius memperhatikan pendidikan anak-anak di Tanah Papua.
“Anak sekarang hancur. Anak murid di tahun 1970-an, 1980-an, 1990-an, masih baik. Mulai tahun 2000-an mulai rusak. Semua karena lingkungan anak itu sendiri, orang tua, lingkungan rumah, lingkungan pergaulan. Untuk memulihkan anak-anak ini, maka semua elemen harus terlibat, tidak hanya dinas pendidikan ataupun sekolah. Saya mau Satpol PP atau juga pihak keamanan, kita libatkan jaga keamanan. Ketika anak-anak di luar jam yang harusnya ada dalam kelas, maka langsung ditangkap dan dicek sekolah dan orang tuanya karena kadang orang tua kira anak ke sekolah, padahal lagi di pasar atau ke tempat lain,” tutur Edison.
Menurut Edison, sangat penting anak-anak dibentuk sejak masuk SD agar ketika sudah SMA mereka dewasa dalam berpikir dan tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal negatif. Sehingga dibutuhkan peran guru SD dan orang tua saling kerjasama yang baik.
“Anak sejak SD itu harus dibentuk dengan baik oleh guru dan orang tua. Saling koordinasi dan komunikasi agar anak-anak di bangku SD sudah dibentuk kemampuan baca, mental, dan karakternya. Ketika SMP dijaga lagi karena anak-anak dalam masa pubertas, masa di mana gejolak untuk melakukan hal-hal yang baru dan mencari jati diri mereka,” bebernya.
Sementara, Yerimias Imbiri, salah satu mantan guru, berpendapat, orang tua adalah guru utama dan terutama sebelum anak-anak mengenal guru di sekolah.
Orang tua menurutnya berperan penting dalam menanamkan fondasi yang kuat kepada anak-anaknya. Sebab dari lingkungan mama dan bapak atau rumah adalah yang sangat dibutuhkan dan di sekolah para guru hanya melanjutkan apa yang telah diajarkan orang tua.
“Guru utama dan pertama adalah bapak dan mama di rumah. Jadi, kalo dasar di rumah salah, ke atasnya itu akan salah juga. Guru yang menentukan itu bapak dan mama di rumah, guru pertama dan utama. Di rumah kalo bapak dan mama sudah salah baku maki, nanti anak tambah hancur. Guru di sekolah hanya melanjutkan apa yang bapak dan mama lakukan di rumah. Intinya, bapak dan mama buat bagus di rumah, berarti anak-anak juga hari depan cerah. Tapi kalo dari dasar rusak ke atas juga tetap rusak,” tutur Imbiri.
SMA AMPERA merupakan sekolah yayasan skala nasional, di dalamnya terdapat Sekolah menengah pertama (SMP) AMPERA yang menampung anak-anak dari berbagai latar belakang.
SMA AMPERA termasuk salah satu sekolah swasta yang biasa menampung anak-anak yang dipindahkan dari sekolah negeri atau sejumlah sekolah besar lainnya di kota Sorong. []