JAYAPURA, SUARAPAPUA.com— Dewan Gereja Papua, Pastor Pribumi, delapan mahasiswa dari kampus teologi, sejumlah organisasi gereja dan rakyat Papua di Jayapura pada, Rabu (4/9/2024) gelar Parade Jalan Salib. Aksi itu dilakukan pihaknya melihat konteks pergumulan dan persoalan yang dialami di tanah Papua, termasuk respon kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia pada 3-6 September 2024.
Massa aksi jalan salib awalnya berkumpul di Taman Budaya Ekspo Waean dan melakukan parade dari Waena menuju lapangan Trikora Abepura, Kota Jayapura.
Di lapangan Trikora, para pastor dan pendeta menyampaikan pernyataan secara bergantian, lalu dilanjutkan dengan doa ratapan oleh seorang ibu bernama mama Jikwa dan diakhiri dengan doa penutup oleh pendeta Dorman Wandikbo.
Pdt. Yemima Krey, salah satu pendeta perempuan yang hadir dalam aksi jalan salib sebagai mama Papua itu mengapresiasi perempuan-perempuan Papua yang melahirkan anak-anak Papua.
“Jadi semua yang perempuan [yang ada di sini] angkat tangan. Di kita punya tanah inilah kita rawat, kita didik, kita lindungi anak-anak kita. Yang namanya rawat, melindungi dan jaga itu nilai dari Tuhan, itu sisi kerjanya Tuhan dan begitulah kita menjadi penolong yang setia sepadan dari tangan-tangan kita.”
“Siapa punya mama yang lari kastinggal dia? Tidak kan!” lanjutnya pasti ketika anaknya meminta tolong, pastinya ibunya yang akan menolong. Oleh sebab itu Pdt. Yemima sebagai mama datang dalam kegiatan jalan salib ini.
“Jadi kami datang. Kami mama-mama ini tidak kosong, kami datang dengan kami punya kandungan, [dimana] Pdt.Dorman, [Pasto John Bunay dan Pdt. John Baransano] dan semuanya lahir dari kandungan perempuan [Papua]. Jadi kami tidak kosong. Jadi kami sampaikan selamat datang untuk bapak Paus Fransiskus, kita senang!”
“Tapi dia [Paus] datang dengan kata rahmat Allah. Kata rahmat itu semi minimnya Rahim, Allah Bapak yang rahmani dan Rahim yang berhubungan dengan feminis untuk kandungan. Jadi sekali lagi kamu [perempuan] tidak kosong,” pungkas pendeta Krey.