Bapa Suci Paus Fransiskus di atas podium di Vanimo, Papua New Guinea (PNG), Minggu (8/9/2024). (Maria Baru - Suara Papua)
adv
loading...

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Kunjungan apostolik Paus Fransiskus ke Papua New Guinea (PNG) merupakan satu kesempatan paling istimewa yang dinanti-nantikan umat Tuhan di pulau tertimur Indonesia, Papua.

Ratusan warga Papua dari berbagai wilayah seperti Sorong, Fakfak, Jayapura, Wamena, Merauke, Boven Digoel, Asmat, Nabire, Timika, dan daerah lainnya, berbondong-bondong menyeberang ke PNG untuk mendapatkan berkat dari Paus Fransiskus secara langsung di Vanimo, PNG, Minggu (8/9/2024).

Sejak fajar, rombongan umat Katolik, mulai berkumpul di terminal barang internasional Skouw. Dari jam enam hingga delapan pagi.

Setelah itu, mereka bergerak menuju Pos Lintas Batas Negara (PLBN) dengan wajah berseri-seri. Bagi sebagian kelompok yang beruntung, bus yang disediakan pemerintah sudah menanti untuk membawa mereka ke perbatasan. Namun, tak semua menikmati kemudahan itu.

Rombongan bus nomor 13, misalnya, terpaksa berjalan kaki, penuh semangat, namun dengan keletihan yang tampak jelas, menuju PLBN.

ads

Perjalanan mereka menjadi lebih berat karena akhirnya mereka terpisah satu sama lain dalam pencarian keselamatan dan tujuan di negeri seberang. Meski kecewa, kegembiraan untuk bertemu Bapa Paus Fransiskus tetaplah menguatkan langkah mereka.

Ketua-ketua rombongan dengan penuh tanggung jawab membawa kelompoknya melintasi batas negara. Mereka yang telah memegang pasport dapat melewati pos pemeriksaan tanpa hambatan, sementara warga yang belum memilikinya harus menuntaskan kelengkapan dokumen berupa kartu merah.

Baca Juga:  Bia dan Masa Depan: Hasil Kerja Keras Dua Perempuan Kokoda di Sorong
Ribuan warga Vanimo dari berbagai kampung sekitar penuh gembira dan bangga memenuhi lapangan Vanimo untuk melihat dan merasakan langsung berkat dari Paus Fransiskus. Minggu (8/9/2024). (Maria Baru – Suara Papua)

Usai semua berkas lengkap, mereka diizinkan menembus batas negara menuju tanah Melanesia di PNG.

Menjelang pukul sembilan pagi, sebagian besar rombongan telah memenuhi kantor imigrasi PNG. Mereka duduk bersilang kaki di atas tanah Vanimo, hanya dipisahkan oleh pagar berwarna merah, hitam, dan kuning, lambang negara PNG.

Tetapi pagar itu tak bisa membatasi hati dan jiwa mereka yang merasa satu sebagai saudara Melanesia, tanpa melihat warna kulit, rambut, ataupun darah.

Sebuah pagar, membatasi garis antara Papua Timur dan Papua Barat. Dari Papua Timur, ada gerbang selamat datang di Indonesia dan tower Merah Putih besar. Dari wilayah perbatasan PNG hanya pagar sebagai garis pemisah tanah Timur dan Barat. Pos kecil dan sederhana di samping kantor imigrasi dengan polisi dua orang dan tentara pun dua orang, sedangkan di tugu selamat datang pun dipenuhi tentara lebih dari tiga orang. Mereka berdiri di tugu selamat datang dan lainnya di pos Skouw.

Antara jam sepuluh hingga sebelas pagi, sebagian rombongan sudah menerima cap persetujuan untuk melanjutkan perjalanan dari perbatasan ke Vanimo. Dengan kecepatan bus yang menderu, rombongan dari Jayapura tiba di lapangan sepak bola Vanimo sekitar Pukul 12.00 siang. Di sana, ribuan warga PNG telah berkumpul di bawah terik matahari, menyanyikan lagu-lagu penuh semangat dan menyambut saudara-saudari dari Jayapura dengan senyum bahagia.

Baca Juga:  Gloria Assem, Siswi SMP dari Papua Barat Daya Belajar Berwirausaha di Kota Malang

Tepat pukul satu siang, pesawat Cargo 130 milik Angkatan Udara Australia mendarat di bandar udara Vanimo, membawa Paus Fransiskus dan rombongannya.

Sejumlah umat dari Tanah Papua tampak hadir di lapangan Vanimo, PNG. (Maria Baru – Suara Papua)

Warga PNG menyambut kehadiran Paus dengan sorakan penuh kegembiraan, “Viva il Pope Francis, Viva il Pope, Viva il Pope,” menggema di udara. Tari-tarian tradisional menyertai langkah sang Paus, dan sebuah mahkota indah dari bulu burung Cenderawasih dikenakan padanya sebagai tanda kehormatan dari tanah Papua.

Anak-anak, perempuan dan laki-laki, tua maupun muda, bahkan bayi-bayi yang digendong dengan penuh kasih, hadir dengan pakaian tradisional yang memancarkan warna-warni kebudayaan PNG.

Mereka juga mengenakan kaos-kaos bergambar Paus Fransiskus dengan tulisan “Pope Francis, Papal Visit 2024.”

Bagi Rosa Baru, seorang perempuan berusia 31 tahun dari Sorong, keuskupan Manokwari-Sorong, perjalanan spiritual ini adalah momen yang paling bermakna dalam hidupnya.

Ia tak bisa menutupi kegembiraannya setelah bertemu langsung dengan sosok suci, Paus Fransiskus, di tanah Vanimo, distrik Green, PNG.

“Ini perjalanan spiritual yang tidak akan pernah saya lupakan. Bisa bertemu dan menerima berkat langsung dari Paus Fransiskus adalah anugerah terbesar dalam hidup saya,” ucap Rosa dengan penuh suka cita kepada Suara Papua, Minggu (8/9/2024).

Tak hanya itu, ia merasa bahwa pertemuan ini juga menjadi momentum bersejarah yang mempertemukan saudara-saudari Melanesia dari dua sisi Papua.

Baca Juga:  Gloria Assem, Siswi SMP dari Papua Barat Daya Belajar Berwirausaha di Kota Malang

“Kami, orang Papua, dengan kulit hitam dan rambut keriting, merasa begitu bahagia. Bertemu keluarga kami dari PNG di tanah mereka adalah pengalaman luar biasa. Melihat lapangan Vanimo dipenuhi oleh sesama Melanesia membuat hati ini penuh sukacita,” kata Rosa.

Susan Pamay (67), salah satu perempuan asli Vanimo Town mengenakan busana tradisional sambil menari dan melambaikan bendara Papua New Guinea di lapangan Vanimo, PNG, Minggu (8/9/2024). (Maria Baru – Suara Papua)

“Saat saya menginjakkan kaki di tanah ini, saya merasakan kita adalah satu, satu bangsa Melanesia. Saya melihat mereka dan merasa mereka adalah saya, dan saya adalah mereka. Kami hanya terpisah oleh garis batas antar negara, mereka di Papua timur, dan kami di Papua barat, tetapi kami satu dari tanah besar Papua,” tuturnya dengan nada pilu.

Sementara itu, dalam sambutannya, Paus Fransiskus mengungkapkan kebanggaannya bisa bertemu dengan generasi muda di tanah yang memiliki sejarah panjang peradaban misionaris sejak abad ke-19.

Paus Fransiskus akui kehadiran para misionaris telah mendidik pria, wanita, para Katekis, dan misionaris lainnya.

Sri Paus juga menekankan pentingnya menjaga persaudaraan dan kesatuan, mengurangi kekerasan, terutama terhadap perempuan dan anak-anak, serta memperhatikan pendidikan dan kehidupan yang berkelanjutan di Vanimo.

Tampak warga berjubel di tepi jalan ketika Paus Fransiskus berkunjung ke kampung kecil, Baro di Vanimo, PNG. (Maria Baru – Suara Papua)

Setelah berpidato dan memberkati para umat di lapangan, Paus Fransiskus berkeliling sekali lagi sebelum melanjutkan kunjungannya ke Baro, kampung kecil di Vanimo. []

Artikel sebelumnyaPro Kontra Hak Kesulungan OAP, Tensi Pilgub Kian Memanas
Artikel berikutnyaBendera Bintang Kejora Turut Sambut Paus Fransiskus di Timor Leste