JAYAPURA, SUARAPAPUA.com— Anggota parlemen dari Partai Hijau Selandia Baru menyampaikan terima kasih kepada Wakil Presiden Eksekutif United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) Octovianus Mote atas sharing informasih terkait pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang terjadi di tanah Papua.
“Terima kasih kepada Octovianus Mote, Wakil Presiden United Liberation Movement of West Papua yang telah berbagi informasi terbaru tentang pelanggaran hak asasi manusia dan perusakan lingkungan yang terang-terangan terjadi di tanah Papua Barat,” kata Teanau Tuiono, Anggota (MP) Parlemen dari Partai Hijau Selandia Baru dalam pernyataannya pada 12 September 2024 di Welington, Selandia Baru.
Tuiono mengatakan bahwa pihaknya memiliki sejarah panjang mendukung hak penentuan nasib sendiri bagi masyarakat adat Papua Barat.
“Kami memiliki sejarah panjang dalam mendukung hak penentuan nasib sendiri bagi masyarakat adat whānau di Papua Barat. Kia kaha. Papua Merdeka,” ucapnya.
Sebelumnya pada 1 September 2024, Teanau Tuiono menghadiri acara serupa di Mangere Auckalnd Selandia Baru.
Dalam kesempatan itu, ia juga menyampaikan terima kasih kepada semua aktivis yang menyelenggarakan pertemuan tersebut.
“Melihat begitu banyak anak muda Māori dan Pasifika yang bekerja bersama para migran kulit berwarna dengan rekan-rekan pakeha kami menghangatkan hati aktivis yang sudah tua ini.”
“Juga selalu menyenangkan berada di panel bersama Catherine Delahunty yang masih bisa melakukannya setelah sekian lama. Juga berada di tengah-tengah kawan-kawan intelektual dan kreatif seperti Emalani Case, Nate Rew, Rahman Basir, dan Yasmine Serhan.”
“Menantang anti-kegelapan di komunitas Polinesia adalah pekerjaan yang sangat penting jika kita ingin menjadi pono bagi solidaritas masyarakat adat. Kami juga beruntung karena hadir pula pembicara dari Papua Barat untuk membumikan solidaritas tersebut.”
Teanau Tuiono
Lebih dari 20 tahun Teanau Tuiono menjadi aktivis, advokat, dan organisator di tingkat lokal, nasional, dan internasional.
Tuiono di masyarakat Pasifik, dikenal karena kiprahnya di sektor pendidikan dan advokasi perubahan iklim, sementara di masyarakat Māori ia dikenal karena aktivisme hak-hak adatnya.
Dia memiliki minat khusus dalam bekerja di persimpangan antara hak-hak masyarakat adat dan isu-isu lingkungan, dan telah bekerja di Perserikatan Bangsa-Bangsa, memperkuat suara masyarakat adat terpencil di garis depan perubahan iklim dan hilangnya keanekaragaman hayati.