Oleh Selpius Bobii*
*) Koordinator Jaringan Doa Rekonsiliasi untuk Pemulihan Papua (JDRP2)
Mari kita menyimak pernyataan rencana jahat itu dari para tokoh Indonesia.
Pdt. Origenes Hokojoku memberikan kesaksian tentang ancaman dari Brigadir Jenderal Ali Murtopo kepada peserta Pepera 1969 pada 2 Agustus di Jayapura:
“Kalau mau merdeka sebaiknya tanyakan pada Tuhan, apakah dia bisa berbaik hati membesarkan pulau di tengah Samudera Pasifik supaya bisa bermigrasi ke sana. Bisa juga tulis orang Amerika. Mereka sudah menginjakkan kaki di bulan, mungkin mereka akan bersedia menyediakan tempat untuk Anda di sana. Anda yang berpikir untuk memilih menentang Indonesia harus berpikir lagi, karena jika Anda melakukannya, murka rakyat Indonesia akan menimpa Anda. Anda pasti lidah akan dipotong dan Anda mulut jahat mengoyak. Lalu aku, Jenderal Ali Murtopo, akan masuk dan menembakmu mati di tempat.” (Sumber: Maire Leadbeater: SEE NO EVIL: New Zealand’s Betrayal of the People of West Papua: 2018:154).
Jenderal Luhut Binsar Pandjaitan (Purn) mengatakan: “Orang Papua yang mau merdeka, pindah saja ke Pasifik. Sudah, sana gabung MSG saja. Tidak usah tinggal Indonesia lagi,” (19/2/2016).
Jenderal (Purn) TNI Prof. Dr. H. Abdullah Mahmud Hendropriyono, mengatakan: “… Orang Irian itu tidak sampai dua juta pak. Seluruh Irian, tidak sampai dua juta. Makanya saya bilang, usul ini, bagaimana kalau dua juta ini kita transmigrasikan. Ke mana? Ke Manado. Terus, orang Manado pindahin ke sini. Buat apa? Biarkan dia pisah secara ras sama Papua New Guinea. Jadi, dia tidak merasa orang asing, biar dia merasa orang Indonesia. Keriting Papua itukan artinya rambut keriting. Itu, itukan, istilah sebetulnya pelecehan itu,” (6/1/2021).
Megawati Soekarnoputri mengatakan: “Maaf ya, sekarang dari Papua. Papua itu kan hitam-hitam, ya. Tapi maksud saya begini, waktu permulaan saya ke Papua, saya mikir, lho aku dewean yo [sendirian, ya]. Makanya kemarin saya bergurau dengan pak Wempi. Kalau dengan pak Wempi dekat, nah itu dia ada. Kopi susu.”
“Tapi sudah banyak lho sekarang, yang mulai blending jadi Indonesia banget. Betul. Rambutnya kriting, karena kan Papua itu di pesisirnya banyak pendatang, sudah berbaur. Maunya saya begitulah. Kan ada peradaban, yang saya bilang, aduh yo mbok sudah tu, berhentilah. Mana yang baik kita pake, mana yang tidak baik kita hindari”, Jakarta, 21 Juni 2022.
Program depopulasi dan genosida Papua adalah melalui berbagai cara, antara lain:
1). Pemekaran pemekaran provinsi dan kabupaten.
2). Kawin campur (Kopi Susu, kata Megawati).
3). Transmigrasi besar-besaran, kini dengan cara pemekaran-pemekaran yang makin meningkat untuk membuka peluang bagi warga lain datang ke Papua (transmigrasi tidak resmi).
4). Pemiskinan melalui penguasaan pusat pusat ekonomi yang diberi akses yang seluas luasnya oleh negara, antara lain: perampasan tanah untuk kepentingan bisnis dan pendudukan serta penggusuran warga setempat; memberi kemudahan oleh negara bagi warga pendatang untuk membuka usaha di kawasan tertentu, dan lain-lain.
5). Pembasmian orang Papua melalui Wanita Tanpa Susila (WTS) yang sudah kena penyakit menular yang mematikan seperti HIV dan AIDS.
6). Pembasmian orang asli Papua melalui makanan dan minuman.
7). Pembasmian orang asli Papua melalui rumah sakit dan pengobatan gratis di tempat-tempat terbuka yang dilakukan oleh negara melalui kaki tangannya serta pelayanan kesehatan yang tidak memadai.
8). Pembasmian orang asli Papua melalui tabrak lari.
9). Pembasmian orang asli Papua melalui penculikan dan pembunuhan.
10). Pembasmian orang asli Papua melalui operasi militer yang mengakibatkan ditembak mati dan ada pula orang asli Papua mengungsi dan akhirnya banyak yang meninggal dunia karena banyak sebab.
11). Pembasmian orang asli Papua melalui minuman keras yang penjualan minuman itu diizinkan pemerintah.
12). Dan lain-lain.
Genosida (pemusnahan etnis Papua), etnosida (penghancuran sosial budaya), spiritsida (penghancuran moral akhlak), dan ekosida (penghancuran alam lingkungan Papua) adalah program negara Indonesia sejak bangsa Papua dianeksasi ke dalam NKRI 1 Mei 1963. Tujuannya adalah NKRI mau miliki tanah air Papua setelah etnis Papua dimusnahkan dari muka bumi ini.
Maka itu, mati kita sadar akan hal ini. Dan mari kita konsolidasi bersatu dan bertobat dari salah dosa (lahir baru di dalam Tuhan) untuk selamatkan tanah air dan bangsa Papua dari genosida, etnosida, spiritsida, dan ekosida.
Atas pertolongan Tuhan, Papua pasti bisa. (*)