JAYAPURA, SUARAPAPUA.com— Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia, Usman Hamid mengaku menyambut baik pembebasan pilot Philip Mark Mehrtens dari penyanderaannya selama 19 bulan di Nduga,Papua Pegunungan oleh pihak TPNPB Kodap III.
“Kami turut merasakan kelegaan dari keluarga dan teman-teman Mehrtens yang akhirnya dapat melihat kepulangannya. Kami menyambut baik pembebasannya dan berharap dia mendapatkan dukungan dan perawatan yang layak. Ini adalah momen penting di tengah konflik di Papua,” kata Usman.
“Pembebasan Mehrtens menjadi pengingat bahwa konflik di wilayah ini terus memberikan dampak yang sangat nyata bagi hak asasi manusia.”
Menurut Usman, perkembangan penting ini juga menunjukkan kekuatan cara-cara non-kekerasan dalam menangani perselisihan antara gerakan pro-kemerdekaan dan pihak berwenang Indonesia di wilayah di mana pelanggaran hak asasi manusia masih terus terjadi.
“Momen ini seharusnya tidak berdiri sendiri. Pembebasan Mehrtens, setelah lebih dari satu setengah tahun dalam tahanan, merupakan momen penting yang menandakan kemungkinan untuk menangani keluhan yang lebih luas di Papua dengan semangat non-kekerasan yang sama.”
Pilot Selandia Baru Phillip Mark Mehrtens, yang disandera pada tanggal 7 Februari 2023 oleh Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) yang dipimpin Egianus Kogoya di Kabupaten Nduga, Papua, telah dibebaskan pada tanggal 21 September 2024.
Para penculik awalnya mengatakan bahwa mereka tidak akan membebaskan Mehrtens kecuali pemerintah Indonesia mengizinkan Papua menjadi negara berdaulat.
Pada 17 September 2024, TPNPB mengajukan sejumlah persyaratan untuk pembebasan Mehrtens, dengan mengajukan sejumlah tuntutan, termasuk keterlibatan Dewan Gereja Sedunia (WCC) sebagai fasilitator utama dan PNG Trust.
Proposal tersebut juga melibatkan beberapa tokoh penting dari Indonesia, Papua, masyarakat sipil dan media.
Namun, menurut laporan media, Mehrtens kini telah dibebaskan dan pejabat keamanan mengatakan bahwa pembebasan tersebut dicapai melalui kerja sama dengan masyarakat setempat, pemimpin agama dan pemimpin keluarga yang dihormati yang dekat dengan para penculik.
Dia dijemput dengan selamat oleh aparat keamanan dari Kampung Yuguru di Nduga dan segera diterbangkan ke markas polisi di Timika pada tanggal 21 September 2024.