JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Sedikitnya enam point pernyataan disampaikan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) komando daerah pertahanan (Kodap) III Ndugama Derakma sebelum pilot Philips Mark Mehrtens dibebaskan.
Pernyataan sikap politik Egianus Kogeya, panglima Kodap (Pangkodap) III Ndugama Derakma, dibacakan dalam upacara pembebasan pilot asal Selandia Baru yang disanderanya selama 19 bulan atau satu tahun tujuh bulan sejak 7 Februari 2023 lalu.
Ditegaskan, pilot Philips Mark Mehrtens disandera di distrik Paro, kabupaten Nduga, dibawah pimpinan tuan jenderal Egianus Kogeya dengan alasan dan tujuan jelas.
“Kami selaku pimpinan TPNPB Kodap III Ndugama Derakma [selalu eksis berjuang] menegakkan kedaulatan Papua Barat. Dengan ini kami mengambil sikap untuk negara kolonial Indonesia yang tidak sadar selama persoalan Papua dari tahun 1963 sampai 2024 tidak pernah sadari, sehingga orang tua kami menyandera pilot di distrik Jila dan penyanderaan kedua kali pada tahun 1996 dibawah pimpinan tuan jenderal Kelly Kwalik, tuan jenderal Yudas Daniel Kogoya, dan tuan jenderal Silas Elmin Kogoya adalah untuk merebut kemerdekaan bangsa Papua yang ditindas oleh negara Indonesia,” ujar salah satu prajuritnya membacakan pernyataan tertulis Egianus Kogeya dalam upacara pembebasan, 20 September 2024.
Ketiga jenderal tersebut diakuinya pernah menuntut dunia internasional untuk segera menyelesaikan persoalan Papua.
“Sekarang kami sandera pilot Philips Mehrtens asal negara Selandia Baru pada tanggal 7 Februari 2023 di distrik Paro kabupaten Nduga adalah untuk segera mengakui kemerdekaan bangsa Papua.”
Berikut enam pernyataan yang dibacakan, antara lain:
Pertama, orang tua kami yang sandera pilot di distrik Jila dan Mapenduma itu [agar ada pengakuan atas] hak kemerdekaan bangsa Papua kepada negera Indonesia dan dunia.
Kedua, tujuan daripada kami menyandera pilot Philips Mehrtens asal Selandia Baru agar negara Indonesia segera mengakui [kemerdekaan bangsa Papua].
Ketiga, negara Indonesia [mengatakan] terhadap saya adalah kriminal (KKB), separatis dan lain sebagainya, itu tidak. Saya adalah patriot bangsa Papua.
Keempat, kami sandera pilot Philips Mehrtens selama 9 bulan, belum ada tanggapan dari negara Indonesia maupun dunia internasional, maka kami bebaskan pilot ini melalui misi kemanusiaan karena orang tua kami pernah menyandera pilot di Jila dan Mapenduma, [namun semua] dibebaskan dengan kesehatan yang baik.
Kelima, kami minta kepada negara Republik Indonesia pada khususnya TNI Polri untuk membebaskan seluruh orang Papua dari Sorong sampai Samarai yang ditahan untuk dibebaskan tanpa syarat apapun demi kemanusiaan.
Keenam, dengan membebaskan pilot ini, kami menyampaikan kepada seluruh media internasional maupun nasional untuk tidak boleh memprovokasi dengan kepentingan-kepentingan pribadi karena kami membebaskan melalui misi kemanusiaan.
“Perintah ini dikeluarkan panglima Brigjend Egianus Kogeya dan komandan operasi Pemne Kogoya,“ ujarnya.
Tiga kali pekikan “Papua merdeka” mengakhiri pembacaan pernyataan politik tersebut.
Dalam rekaman video terpisah, kapten Philips Mark Mehrtens merasa sangat berbahagia begitu tahu akan segera pulang menemui keluarganya.
Pilot juga ucapkan terima kasih banyak kepada semua yang berjasa baik hingga akhirnya dibebaskan dalam keadaan sehat.
“Saya senang sekali, saya boleh pulang. Terima kasih banyak kepada semua orang,” ucap Philips.
Pilot Susi Air itu dijemput dengan sebuah helikopter sipil keesokan harinya, Sabtu (21/9/2024) di kampung Yuguru, distrik Mebarok, kabupaten Nduga, Papua Pegunungan.
Helikopter yang ditumpanginya bersama Edison Gwijangge langsung terbang ke Timika, ibu kota kabupaten Mimika, Papua Tengah. Setiba di markas Brimob Batalyon B Timika, diperiksa kesehatan dan beristirahat sejenak, lalu berkesempatan bicara kepada wartawan, pilot Philips Mark Mehrtens akhirnya menuju Jakarta dengan menumpang pesawat milik TNI AU. []