Papua Sudah Lama Memikul Salib Derita Menuju Puncak Kemenangan Iman

0
123

Oleh: Selpius Bobii*

*) Koordinator Jaringan Doa Rekonsiliasi untuk Pemulihan Papua (JDRP2)

Bangsa Papua sudah lama memikul salib derita. Dunia mengetahui salib derita yang dipikul oleh Papua itu. Karena dunialah yang menciptakan salib derita itu.

Bukan atas kehendak bangsa Papua, tetapi atas kehendak dunia dan atas izin Tuhanlah, bangsa Papua dipaksa untuk memikul salib derita ketika bangsa Papua dianeksasi ke dalam NKRI, sejak 1 Mei 1963.

Sudah lama bangsa Papua berteriak meminta tolong kepada dunia, baik ke barat, ke selatan, ke utara, dan ke timur.

ads

Banyak negara sudah mendengar teriakan minta tolong, lalu mereka menyuarakannya. Tetapi banyak diantara mereka memanfaatkan isu Papua merdeka hanya untuk kepentingan diri dan negaranya.

Banyak negara dan entitas memanfaatkan isu Papua merdeka untuk memeras Indonesia dalam hal duit dan meningkatkan kerja sama.

Teriakan minta tolong dari bangsa Papua dimanfaatkan oleh negara tertentu dan pihak tertentu hanya untuk memenuhi keinginan mereka.

Teriakan minta tolong dari bangsa Papua menjadi jembatan emas bagi pihak-pihak tertentu di dunia untuk memeras Indonesia.

Negara Indonesia menjadi sapi perahan dari pihak-pihak tertentu di dunia yang memanfaatkan isu Papua merdeka untuk memenuhi keinginan mereka.

Tetapi, Indonesia belum memahami tipu daya mereka di balik semuanya ini. Mereka tentu mendukung bangsa Papua untuk merdeka berdaulat, tetapi kesempatan ini mereka gunakan untuk memeras Indonesia dengan memakai isu Papua merdeka.

Hal yang sama isu Papua merdeka digunakan juga oleh orang Papua tertentu untuk mendapatkan keinginan mereka dari Indonesia, yaitu harta dan tahta.

Baca Juga:  Kebebasan Berekspresi Sue: Luka yang Belum Sembuh di Papua

Ada orang Papua yang berteriak Papua merdeka dari lubuk hati yang paling dalam, bahkan siap mati demi pembebasan, tetapi ada pula orang Papua yang berteriak Papua merdeka hanya untuk mendapat sesuatu dari Indonesia, alias “serigala berbulu domba”.

Bangsa Papua sudah lama berteriak minta tolong kepada dunia, bukan untuk meminta tolong soal makan dan minum, bukan meminta tolong pembangunan yang bias pendatang, tetapi bangsa Papua meminta negara-negara di dunia untuk mengakui kemerdekaan kedaulatan bangsa Papua 1 Desember 1961 secara de jure.

Teriakan minta tolong kami di Vanimo – PNG pada 8 September 2024: “Pope Francis, Help me West Papua – Paus Fransiskus, tolong saya Papua Barat” adalah ungkapan suara hati nurani kami ketika Bapa Paus lewat di depan kami.

Kami berteriak meminta tolong kepada Bapa Paus bukan kami mengemis, tetapi kami mengingatkan kepada Bapa Paus bahwa Vatikan punya tanggung jawab moral untuk menebus kesalahan masa lalu, karena tentu Vatikan mendukung secara diam diam-diam bangsa Papua dianeksasi ke dalam NKRI pada tahun 1960-an.

Saat ini sidang umum PBB sedang berlangsung, dan sidang debat umum akan berakhir pada 30 September 2024. Dalam sidang debat umum PBB sesi ke-79 di New York ini, sejauh ini hanya dua negara yang soroti Papua.

Negara pertama yang soroti Papua adalah presiden Kepulauan Marshal. Dalam pidatonya menyatakan mendukung langkah yang diambil oleh forum negara-negara Pasifik untuk memastikan jaminan hak asasi manusia di Papua Barat.

Baca Juga:  Apakah Kemerdekaan Republik Indonesia Berdampak Bagi Kehidupan Orang Asli Papua?

Sementara, Vanuatu mendesak Indonesia untuk menghormati hak-hak orang asli Papua dan menyatakan mendorong otonomi yang lebih besar.

Sikap pemerintah Vanuatu ini tidak konsisten dengan sikap awal mereka. Tampaknya, pemerintah Vanuatu dan negara tertentu lainnya terbuai dengan diplomasi politik dagang sapi dari negara Indonesia.

Sikap yang diambil oleh negara Vanuatu dan negara tertentu lainnya yang menjual isu Papua kepada Indonesia, bagi mereka itu kesempatan untuk memeras Indonesia, tetapi bagi bangsa Papua dirugikan.

Mereka mendapat keuntungan finansial dan kerja sama dengan Indonesia dengan memanfaatkan isu Papua, sementara bangsa Papua terus menerus dikhianati dan dikorbankan.

Dari sisi kepentingan ekonomi politik, hal itu bisa dianggap wajar, tetapi dari sisi moral hal itu tak dapat diterima dan dibenarkan, karena bangsa Papua terus dikhianati dan dikorbankan oleh negara-negara di dunia.

Walaupun demikian, bangsa Papua tidak putus asah. Bangsa Papua punya Tuhan yang dahsyat. Atas izin Tuhan, bangsa Papua dianeksasi ke dalam NKRI pada 1 Mei 1963. Dan atas izin Tuhan pula, bangsa Papua akan diberi kebebasan berdaulat lahir batin. Segalanya indah pada waktu Tuhan.

Wahai bangsa Papua, mari kuatkan hati dan iman serta harapan kita hanya kepada Tuhan. Tuhan punya rencana yang indah untuk masa depan bangsa Papua.

Penderitaan yang sudah lama dipikul oleh bangsa Papua adalah bagian dari proses untuk memurnikan iman, harapan, dan kasih kita kepada Tuhan. Juga kesempatan bagi bangsa Papua untuk bertobat dari dosa yaitu lahir baru di dalam Tuhan; dan agar bangsa Papua memahami rencana kehendak Tuhan untuk masa depan bangsa Papua; agar supaya bangsa Papua melakukan apa yang dikehendaki Tuhan, sehingga tanah air dan bangsa Papua (dari Gag Sorong sampai Samarai PNG) dipulihkan Tuhan indah pada waktuNya.

Baca Juga:  Rencana Jahat NKRI Kian Nyata Untuk Musnahkan Etnis Papua

Kebanyakan pemimpin bangsa Papua, baik dalam negeri maupun luar negeri, berjalan dan berjuang dengan mengandalkan hikmat dunia, dengan memakai teori-teori dunia, dan tidak memahami rencana kehendak Tuhan untuk masa depan bangsa Papua, maka tidak melaksanakan kehendak Tuhan, sehingga terjadilah kehancuran di dalam tubuh organisasi perjuangan Papua, tetapi Tuhan punya banyak cara untuk memulihkan bangsa Papua indah pada waktuNya.

Camkanlah bahwa Papua itu bukan masa depannya Indonesia dalam bingkai NKRI, tetapi Papua itu masa depannya dunia dalam bingkai negara suci Papua. Karena Papua akan menjadi saksi bagi dunia. Papua akan menjadi berkat bagi bangsa-bangsa bergandeng bersama dengan Israel siapkan jalan Tuhan.

Untuk itu, mari setiap kita bertobat dari dosa (lahir baru di dalam Tuhan), berdamai dengan siapapun serta bersatu di dalam rencana kehendak Tuhan, sambil berdoa puasa, pujian dan penyembahan serta terus berjuang sampai Papua merdeka berdaulat lahir batin hingga maranatha.

Atas pertolongan Tuhan, Papua pasti bisa!. (*)

Deiyai, 28 September 2024

Artikel sebelumnyaTragedi Berdarah di Dekai: “Saya Tidak Terima Adik Tobias Silak Ditembak Mati”
Artikel berikutnyaKantor Distrik Waigeo Utara Terbakar, Diduga Buntut Dari Pergantian Kadistrik