JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Untaian kata-kata berisi kemarahan sekaligus duka mendalam diungkapkan Sebby Sambom, aktivis Papua merdeka.
Sebagai anak Yali, Sebby Sambom mengaku sangat tak terima dengan tewasnya satu anak muda Yali yang baru setahun lebih bekerja di sekretariat Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan.
Nasib tragis menimpa Tobias Silak, sarjana lulusan salah satu perguruan tinggi di kota Malang, Jawa Timur. Ia tewas di ujung bedil, tanpa salah sedikitpun.
Berikut catatan Sebby Sambom yang dikirim ke redaksi Suara Papua baru-baru ini.
Satu polisi Indonesia yang merupakan orang asli Papua tembak mati warga sipil orang asli Papua atas nama Tobias Silak, dan seorang anak berusia 15 tahun juga ditembak saat bersamaan yaitu pada tanggal 20 Agustus 2024 di depan pos penjagaan Brimob tak jauh dari kantor Polres Yahukimo.
Setelah tembak mati seorang warga sipil orang asli Papua dan melukai seorang anak sekolah, kemudian polisi melakukan propaganda murahan melalui media massa di Indonesia bahwa dua warga sipil di Yahukimo telah ditembak oleh orang tak dikenal (OTK). Ah, yang benar saja. OTK siapa: Orang Terlatih Khusus?
Semua kesaksian mempertegas siapa pelakunya, tidak salah bahwa polisi Indonesia anak Papua itu yang tembak dua anak Papua.
Mau beralasan apa, faktanya benar pelakunya jeles. Bilang OTK, bilang Tobias Silak bawa senjata, dan berbagai bahasa lain itu semuanya tipu. Pembohongan publik. Dalil ini benar-benar biadab dan polisi berwatak teroris yang tidak bertanggungjawab.
Itu sudah sangat memalukan, karena polisi Indonesia di Papua terang-terangan menjagal dan sedang melakukan pembohongan publik melalu media-media di Indonesia.
Kami harus tegas sampaikan bahwa polisi Indonesia orang asli Papua yang tembak warga sipil di Yahukimo akan bertanggungjawab atas kejahatannya, dan Anda akan berhadapan dengan kami orang asli Papua yang berjuang untuk hak rakyat dan negeri kami.
Ingat bahwa kami berjuang demi bebaskan umat Tuhan di atas tanah leluhur kami, dan juga untuk semua makhluk ciptaan Tuhan, termasuk warga sipil atas nama Tobias Silak yang polisi Indonesia tembak mati.
Oleh karena itu, sekali lagi kami keluarkan peringatan keras kepada polisi orang asli Papua yang telah tembak mati warga sipil orang asli Papua di Yahukimo, kami akan kejar Anda dimanapun, jika tidak roh leluhur orang Papua dari suku Yali akan kejar Anda.
Saya suku Yali, dan orang tua kami tidak pernah ikut dalam penentuan pendapat rakyat (Pepera) palsu tahun 1969 itu. Suara suku Yali besar tidak pernah welcome Indonesia di atas tanah air kami.
Oleh karena itu, kami keluarkan peringatan keras kepada orang imigran Indonesia bersama anggota TNI dan Polisi Indonesia yang orang asli Papua untuk segera stop bunuh kami.
Kami sangat kehilangan satu generasi penerus kami dari suku Yali besar (the Yali union), tetapi ribuan anak Yali sebagai generasi penerus akan bangkit dan lawan pendudukan ilegal orang imigran Indonesia di atas tanah leluhur kami.
Kami seluruh rakyat Papua turut berduka cita atas tewasnya Tobias Silak yang tidak tahu apa-apa dan orang yang tidak bersalah nyawanya telah dihilangkan paksa oleh Polisi Indonesia yang berwatak teroris.
Good bye forever Tobias Silak, rest in peace.
By Sebby Sambom, the spokesman of WPNLA.
Tobias Silak tewas diberondong peluru malam itu. Bersamaan Naro Dapla yang menderita luka-luka serius akibat kena tembakan dari oknum anggota Brimob.
Pihak keluarga korban bersama mahasiswa telah mengadukan kasus penembakan tersebut ke Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) perwakilan Papua di Jayapura. Mendesak proses pengusutan tuntas insiden tragis itu oleh tim investigasi. []