Terlihat para akademisi serius menyimak penyampaian materi ‘Proses Pertambangan Terintegrasi Hulu Hilir’ oleh Claus Wamafma, Vice President of Community PTFI pada sesi keynote speaker kedua Konvensi Nasional Asosiasi Hubungan Internasional ke-15 di Jayapura, Kamis (9/10/2024). (Dok. PTFI)
adv
loading...

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Direktur dan Executive Vice President Sustainable Development PT Freeport Indonesia (PTFI) Claus Wamafma menegaskan komitmen Freeport dalam mewujudkan praktik pertambangan berkelanjutan.

Hal tersebut disampaikannya dalam Konvensi Nasional ke-15 Asosiasi Ilmu Hubungan Internasional Indonesia (AIHII) yang berlangsung di Jayapura, 8-11 Oktober 2024.

“Freeport Indonesia telah menjadi perusahaan tambang kelas dunia yang terintegrasi dari hulu hingga hilir dengan berproduksinya smelter baru, PTFI akan mengolah batuan bijih tambang hingga memurnikannya menjadi katoda tembaga di dalam negeri,” kata Claus di hadapan para guru besar dan dosen dari 45 universitas di Indonesia.

Claus menjelaskan, Indonesia diprediksi akan masuk dalam 5 besar produsen katoda tembaga di dunia dengan berproduksinya smelter baru PTFI.

Produksi katoda tembaga Indonesia keseluruhan akan mencapai 1,5 juta ton per tahun, merupakan gabungan dari produksi PTFI dengan Amman Mineral.

ads
Baca Juga:  Tim Sukses Paslon YUYUTAE Dilantik, Siap Menangkan Pilkada Dogiyai

PTFI sendiri akan memproduksi katoda tembaga mencapai 1 juta ton, kemudian ditambah dengan Amman Mineral yang akan mencapai 500 ribu ton.

“Hal ini akan menjadikan Indonesia sebagai salah satu pemain kunci dalam suplai tembaga secara global, di saat demand tembaga yang akan diprediksi terus meningkat,” katanya.

Dengan terintegrasinya operasi PTFI dari hulu hingga hilir, hal ini semakin memperkuat komitmen PTFI dalam menjalankan praktik pertambangan yang berkelanjutan dengan mengedepankan prinsip Environmental, Social and Governance (ESG) dalam menjalankan aktivitas pertambangan.

Claus mengatakan, dalam upaya penerapan prinsip ESG pada aspek sosial dan lingkungan, PTFI berkomitmen mereduksi emisi karbon 30 persen pada tahun 2030 melalui pengoperasian kereta listrik di tambang bawah tanah dan penanaman mangrove 100 hektare per tahun.

Dalam aspek sosial, lanjutnya, PTFI menyelenggarakan program-program pendidikan di antaranya melalui program beasiswa, pembangunan sekolah, dan pelatihan guru.

Baca Juga:  PKK Intan Jaya Gelar Seminar Ketahanan Pangan dan Bisnis

Di bidang kesehatan di antaranya memberikan layanan kesehatan gratis untuk masyarakat tujuh suku di Papua, membangun fasilitas kesehatan dan program kesehatan masyarakat.

Di bidang pembangunan ekonomi, PTFI memberikan dukungan kepada UMKM dengan cara mendekatkan mereka pada akses pasar dan pelatihan keterampilan untuk meningkatkan usaha.

Di bidang infrastruktur berperan dalam pembangunan jalan dan jembatan, serta fasilitas umum lainnya untuk memudahkan mobilitas warga di sekitar wilayah pertambangan.

“PT FI juga rutin berkolaborasi dengan pemerintah daerah melalui program-program kemitraan untuk mengurangi ketergantungan masyarakat secara ekonomi, yang sebelumnya dari angka 90 persen PDB Mimika menjadi 70 persen. Artinya, industri lain di masyarakat sudah mulai tumbuh, secara tidak langsung menurunkan tingkat ketergantungan kepada PT FI,” kata Wamafma.

Diketahui, PTFI mendukung Universitas Cenderawasih (Uncen) sebagai tuan rumah rumah Konvensi Nasional ke-15 IAHII dan menjadi salah satu narasumber dengan topik Hilirisasi Mineral Indonesia: Prospek dan Tantangan.

Baca Juga:  Promosikan Budaya Lokal, Festival Danau Paniai 2024 Siap Digelar

AIHII merupakan organisasi yang mewadahi seluruh lembaga penyelenggara pendidikan tinggi ilmu Hubungan Internasional di Indonesia. Saat ini AIHII menaungi kurang lebih 800-an dosen Ilmu Hubungan Internasional yang tersebar di 73 perguruan tinggi negeri maupun swasta di seluruh Indonesia.

Konvensi Nasional ini merupakan pertemuan rutin tahunan sebagai wadah untuk saling berbagi gagasan dan informasi hingga pengambilan kebijakan terkait keberlangsungan Ilmu Hubungan Internasional di Indonesia.

Tema yang diangkat dalam Vennas XV AIHII adalah “Kontestasi Pendekatan Keamanan Tradisional dan Non-Tradisional di Kawasan Indo-Pasifik”. Tercatat 74 guru besar dan dosen dari 45 universitas di Indonesia hadir dalam kegiatan yang berlangsung dari tanggal 8 sampai 11 Oktober 2024. [Adv]

Artikel sebelumnyaPTFI Raih Dua Penghargaan Subroto Award 2024 Dalam Keberlanjutan Sektor Tambang
Artikel berikutnyaPKK Intan Jaya Gelar Seminar Ketahanan Pangan dan Bisnis