Oleh: Selpius Bobii*
*) Koordinator Jaringan Doa Rekonsiliasi untuk Pemulihan Papua (JDRP2)
Bahaya besar sudah di depan mata kita bangsa Papua. Etnis Papua ras Melanesia hanya akan tinggal nama, sama seperti Aborigin di Australia, suku Betawi di Jawa, suku Indian di Amerika Serikat.
Pahami pernyataan berikut ini:
“Agar Papua betul-betul menjadi bagian utuh dari Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam konteks kesejahteraannya, dalam konteks persatuan nasionalnya, dan dalam konteks lebih besar,” kata Iftitah saat serah terima jabatan Menteri Transmigrasi di kantor Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi di Jakarta Selatan, Senin (21/10/2024).
Dengan kata lain, “agar Papua betul-betul menjadi bagian utuh dari NKRI menurut maunya Jakarta adalah pulau Papua itu harus dikuasai oleh orang Indonesia ras Melayu. Untuk itu, orang Papua ras Melanesia harus dimusnahkan dari tanah leluhurnya.“
Melalui berbagai cara etnis Papua sedang dimusnahkan, antara lain: penculikan dan pembunuhan, operasi militer, tabrak lari, peracunan lewat makan minum, lewat wanita tanpa susila yang kena penyakit menular, lewat rumah sakit, lewat ilmu gelap, dan lain sebagainya.
Dengan adanya penerapan Otonomi Khusus dan berbagai pemekaran provinsi dan kabupaten, orang pendatang semakin banyak datang berbondong-bondong ke Tanah Papua. Apalagi presiden Prabowo sudah mencanangkan program transmigrasi besar-besaran, swasembada pangan, dan energi serta tambang di Tanah Papua.
Dengan terlaksananya program-program ini, orang asli Papua akan menjadi semakin minoritas dan musnah. Kini, hampir semua sistem, baik dalam pemerintahan dan luar pemerintahan, orang pendatang sedang kuasai.
Sistem perekonomian, pusat pusat ekonomi juga orang pendatang sudah kuasai. Orang asli Papua semakin tersisih, termarginalisasi, teralienasi, terpolarisasi, terpecah belah, termiskin, menjadi semakin minoritas, dan tidak lama lagi etnis Papua akan musnah. Tanah air Papua sedang dikuasai warga pendatang yang datang dari luar Papua. Etnis Papua akan tinggal nama dalam sejarah ke depan.
Sebelum kita musnah, mari kita sadar, mari kita bersatu dan lawan dengan cara-cara yang bermartabat!. (*)
Deiyai, 22 Oktober 2024