Tiga Yayasan GKI di Tanah Papua Disatukan Menjadi Yayasan Pendidikan Kristen

0
358

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com— Yayasan Ishak Samuel Kijne, dan Yayasan Ottow Geissler akhirnya dilaunching penyatuannya ke dalam Yayasan Pendidikan Kristen (YPK) di Tanah Papua. Penyatuan itu dilakukan dalam ibadah syukur di Gedung Gereja I.S Kijne GKI Abepura, Kota Jayapura, Papua pada, Jumat (25/10/2024).

Ketua Sinode GKI di Tanah Papua, Pdt. Andrikus Mofu menyatakan bahwa hari ini telah dilaksanakan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) penyatuan Yayasan Ishak Samuel Kijne dan Yayasan Ottow Geisller ke dalam Yayasan Pendidikan Kristen (YPK).

“Nah hari ini saya katakan hari yang sangat bersejarah, karena dalam pergumulan panjang kami setelah ketetapan Sidang Sinode 18 Waropen tahun 2022 akhirnya terwujud yang menjadi harapan kami dengan kesepahaman itu [penyatuan yayasan],” kata Pdt. Mofu.

“Oleh sebab itu saya berharap hari ini menjadi momentum dimana ketika dua yayasan ini bergabung dalam Yayasan Pendidikan Kristen. Maka hal yang akan dikerjakan ke depan ialah memperbaiki struktur dengan mengisi struktur baru dengan sumber daya gereja yang berkompeten dan profesional yang ke depannya dapat mengurus yayasan ini.”

Baca Juga:  Tanah Papua dalam Bayang-bayang ‘Creeping Genocide’

“Kita juga berharap hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan kita [GKI] ke depan, baik pendidikan dasar, menengah hingga perguruan tinggi dapat dikelola dengan baik. Supaya tujuan dari tercapainya kelembagaan dari pendidikan kita akan menghasilkan sumber daya gereja dan bangsa yang dapat mengapdikan diri pada bangsa,negara dan gereja,” ujarnya.

ads

Pdt. Mofu mengatakan, peluncuran penyatuan yayasan ini merupakan hari bersejarah, karena bersamaan dengan syukuran 99 tahun Nubuatan Domine Ishak Samuel Kijne tentang beradaban orang Papua di Aitumeri (25 Oktober 1925 dan 25 Oktober 2024).

“Jadi shari ini dengan penyatuan kelembagaan kita, khususnya yayasan kita maka saya berharap mimpi kita ke depan kita harus kembalikan masa jaya pendidikan Kristen di tanah Papua. Terima kasih kepada mereka yang telah memberikan sumbangsi pikiran, tetapi juga waktu dan tenaga yang mana hari ini kita telah melihat hasilnya.”

Khusunya kepada tim kajian yang telah bekerja selama 3 tahun, sebelum sidang sinode, tetapi juga pada hari ini akuntan publik dan notaris. Yang mana mereka telah membantu gereja GKI dalam pengurusan penyatuan yayasan ini.

Baca Juga:  Pemindahan Benda Arkeologi Papua, DAP: Jangan Hapus Sejarah dan Identitas Kami

“Apa yang dikerjakan hari ini di luar ekspetasi kita, di luar dugaan kita. Tetapi Tuhan tetapkan dalam waktunya seperti yang kita inginkan. Waktu itu tetapkan tanggal 25 Oktober untuk launching, dan terjadi sesuai penentuan itu. Karena ini hanya karena karya Tuhan,” tukas Pdt. Mofu.

Penandatanganan nota kesepamaham oleh pengurus yayasan yang disatukan. (Elisa Sekenyap – SP)

Oleh sebab itu ia berharap dengan penyatuan yayasan yang dilakukan hari ini, maka adanya dukungan dari pemerintah, karena Yayasan Pendidikan Kristen adalah salah satu dari 5 yayasan yang disebut yayasan pelopor. Jadi YPK merupakan yayasan pertama di tanah Papua, maka perlu adanya perhatian pemerintah.

“Karena itu saya ingatkan pemerintah sesuai komitmen dalam UU Otsus, di mana alokasi dana Otsus juga diberikan kepada 5 yayasan ini – kiranya yayasan YPK mendapat dukungan pemerintah. Jangan sampai ada dana Otsus tetapi pemerintah tidak mengalokasikan untuk lembaga pendidikan, khususnya 5 yayasan pelopor.”

Baca Juga:  Transmigrasi Ancaman Bagi Non OAP dan OAP di Tanah Papua

“Jadi saya berharap pemerintah memperhatikan YPK, karena siswa dan mahasiswa di pendidikan YPK adalah orang asli Papua. Karena gereja ini [GKI] sejak awal punya komitmen untuk memperhatikan pendidikan, khususnya bagi orang asli Papua.”

Samuel Erari, Notaris yang terlibat dalam tim penyatuhan yayasan tersebut mengatakan penyatuan yayasan pada hari ini dilakukan bertepatan dengan hari nubuatan Domine Ishak Samuel Kijne tentang peradaban orang Papua.

“Jadi prosedur pengabungan ini telah dikerjakan oleh saya dan bapak Richard (Akuntan publik) bersama tim dari Departemen SDM Sinode GKI,” jelas Erari.

Tim kerja ini kata Erari telah mempersiapkan segala sesuatu sesuai dengan undang-undang yayasan.

“Kemudian siapa yang menilai harta kekayaan dari yayasan ini adalah akuntan publik, sehingga dari hasil olahan melahirkan laporan aset berupa kas dan tanah dari ketiga yayasan yang bergabung dan aset ini menjadi catatan penting bagi YPK ke depan,” tukasnya.

Artikel sebelumnyaPapua dan Segala Isinya Milik Tuhan Terancam Musnah, Presiden Prabowo Punya Tanggung Jawab Moral
Artikel berikutnyaBawaslu Lanny Jaya Larang ASN Terlibat Kampanye Pilkada